Senin, 03 Juni 2019

Kis 16:22-34

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Selasa, 28 Mei 2019: Hari Biasa Pekan VI Paskah - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kis 16:22-34; Mzm 138:1-2a, 2bc-3, 7c-8; Yoh 16:5-11


Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.

Tetapi kira-kira tengah malam (A1) Paulus dan Silas (*) berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. (A2) Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.

Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. 

Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.

Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: (B1) "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." 

Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga (B2) ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.

Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.


Renungan


1. Kuasa puji-pujian

(A1-2) Ketika umat Tuhan memuji Dia lewat pujian dan penyembahan, maka pada saat yang sama Tuhan bertahta di atas pujian umat-Nya (Mzm 22:4). Ada kuasa Allah yang dilepaskan dari Sorga.

Tujuan menaikkan pujian dan penyembahan dikala sedang menghadapi situasi yang sulit, supaya kita tidak terjebak dengan persungutan atau perkataan-perkataan negatif lainnya (1 Kor 10:10).

Jadi, berdoa, memuji dan menyembah Sang Pencipta harus menjadi kebutuhan orang Kristiani. 

Kehadiran Tuhan itu membawa suatu dampak yang luar biasa. Beberapa di antaranya adalah:

1. Kuasa gelap dilumpuhkan (Mzm 149:6-9; 2 Kor 10:4). Ketika umat Allah memuji dan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, maka benteng-benteng musuh rohani diruntuhkan (1 Sam 16:23).

(2) Menerima inspirasi Allah (2 Raj 3:15-19). Betapa indahnya hidup yang mengandalkan kemampuan Allah yang ekstra ordinari ini. Karena itu jadikan pujian dan penyembahan sebagai gaya hidup sehari-hari sehingga hikmat Allah selalu ada dalam kehidupan sehari-hari.

3. Allah berperang ganti kita (2 Taw 20:21-22). Cara Tuhan berperang berbeda dengan cara kita, cara-Nya begitu efektif dan meraih hasil yang besar.

4) Menarik jiwa -jiwa datang kepada Dia (Mzm 40:4; Yoh. 12:32). Ketika kita memiliki gaya hidup memuji dan menyembah Allah, maka kuasa Tuhan akan nyata dalam menarik orang datang kepada-Nya lewat kehidupan kita (B1-2).

Jadi, ketika kita menghadapi pergumulan atau dalam keadaan terjebak, kita bisa memuliakan Allah di dalam hati kita. Sungguh, “Tuhan maha besar dan terpuji sangat” (Mzm. 96:4).


2. Cara beriman yang sesungguhnya

Sebelum naik ke surga Yesus meninggalkan pesan berharga kepada para murid, bahwa betapa pentingya Ia meninggalkan mereka dan naik ke surga. “….tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu“ (Yoh.16:7). Yesus tahu bahwa melanjutkan karya-karya-Nya melalui para murid akan menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Dengan itu untuk percaya kepada Tuhan yang diwartakan butuh perjuangan yang pantang menyerah.

Itulah yang dihadapi oleh Paulus dan teman-temannya. Percaya kepada Tuhan dalam keadaan dipenjara dan tidak berpengharapan membutuhkan perjuangan iman yang besar. Menghadapi situasi seperti itu Paulus dan Silas tidak gentar, mereka berdoa dan menaikkan pujian dalam keadaan terpasung dan terbelenggu. Mereka mau membuktikan, hanya orang yang percaya kepada Tuhanlah yang bisa selalu memuji Tuhan dalam segala keadaan (*).

Paulus dan Silas meninggalkan sebuah warisan berharga bagi Gereja tentang cara beriman yang sesungguhnya. Dasar pengharapan Gereja adalah Sabda Yesus sendiri,…..Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku” (Yoh.16:8 – 9).