Kamis, 18 April 2019

17.50 -

Gaya hidup Kristiani dalam kuasa kebangkitan



Pada saat dibaptis katekumen dicelupkan ke dalam air. Hal ini melambangkan dimakamkannya katekumen ke dalam kematian Kristus (dikuburkan di dalam air), dari mana ia keluar melalui kebangkitan bersama Dia (Bdk. Rm. 6:3-4; Kol 2:12) sebagai "ciptaan baru" (2 Kor 5:17; Gal 6:15) (kelahiran kembali ini, pembaharuan ini dikerjakan oleh Roh Kudus" (Tit 3:5). 

Pembaptisan adalah anugerah Allah yang paling indah dan paling mulia. Pada saat itu kita mendapatkan: anugerah (diberikan kepada mereka yang tidak membawa apa-apa), rahmat (diberikan kepada orang yang bersalah), pengurapan (seperti orang yang diurapi, kudus dan rajawi) dan meterai (melindungi kita dan merupakan tanda kekuasaan Allah). 

Siapa yang menerima pelajaran [katekese] ini, diterangi oleh Roh" (Yustinus, apol. 1,61,12). Karena di dalam Pembaptisan ia telah menerima Sabda, "terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang" (Yoh 1:9), maka orang yang dibaptis itu, setelah "menerima terang" (Ibr 10:32) menjadi putera "terang" (1 Tes 5:5), ya malah menjadi "terang" itu sendiri (Ef 5:8) (KGK 1214-1216). 

Jadi, sejak kita dibaptis, kuasa kebangkitan (kuasa Roh Kudus) yang ada dalam Kristus diwariskan menjadi milik kita. Artinya, Tuhan mau kuasa kebangkitan itu nyata menjadi pengalaman hidup kita sehari-hari. 

Ciri gaya hidup orang yang telah mengalami kuasa kebangkitan

1. Menjadikan Yesus sebagai tujuan hidupnya 

Sering kali kita kecewa, putus asa, dan stres. Itu karena Yesus bukan tujuan utama dalam hidup, tetapi sebaliknya perkara-perkara dunia ini semata yang menjadi tujuan. Apa yang menjadi tujuan hidup kita sangat penting, karena hal itu akan menentukan kualitas pelayanan dan masa depan kita. 

Allah telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan. Jadi, persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak sia-sia (1 Kor. 15:57-58). Oleh karena itu carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat 6:33); Carilah dan pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi (Kol 3:1-4) sehingga kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus (Flp 2:5). 

2. Menjadikan Yesus sebagai fokus penyembahan 

Para rohaniwan yang besar bukanlah pusat penyembahan kita, tetapi Yesus adalah Tuhan yang hidup, yang harus menjadi pusat penyembahan orang percaya, hanya Dia yang layak menerima pujian dan hormat (Why 4:11). 

3. Menjadikan Yesus sebagai pusat pengharapan 

Situasi dan keadaan dunia yang kita hadapi hari-hari ini tidak menentu dan selalu berubah-ubah, namun jangan takut dan cemas karena Yesus adalah pengharapan bagi orang percaya, yang setiap saat siap sedia menolong tatkala kita berseru kepada-Nya (1 Ptr 1:3-6 » Hidup penuh pengharapan akan dipelihara dalam kekuatan Allah karena iman, bergembira ketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan dan menantikan keselamatan yang telah tersedia). 

4. Menjadikan Yesus pusat pemberitaan 

Tuhan Yesuslah yang harus kita perbincangkan dalam dunia yang gelap ini (1 Kor 9:16 » aku memberitakan Injil ... itu adalah keharusan bagiku). Jadi, jangan percakapkan kekurangan orang lain, itu hanya menghabiskan waktu dan energi semata. Mari percakapkan Yesus yang penuh berkat dan cinta itu kepada setiap pribadi, agar suatu saat nanti setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. 

Ketahuilah bahwa kita semua adalah saksi Tuhan, jangan terjebak dengan masalah-masalah pribadi dan rutinitas yang hanya menghambat kita untuk pergi menjangkau jiwa-jiwa yang belum terjangkau. 

Apakah yang harus dilakukan agar hidup dalam kuasa kebangkitan

1. Berkomunikasi dengan Roh Kudus, membuat kita hidup dalam otoritas ilahi. Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, merupakan ekspresi dari kuasa kebangkitan

Sebelum kita menerima Roh Kudus, kita seperti seorang yang dibebani dengan umur dan kelemahan, tetapi jika Roh Kudus datang ke dalam kita, kita dibuat muda, indah dan penuh dengan energi (St. Yohanes Krisostomus). 

Roh Kudus sungguh-sungguh bersemayan di dalam jiwa kita dengan cinta yang tak terlukiskan ketika kita dibaptis. Dia selalu bersama kita sepanjang segala abad. Allah menyiapkan jiwa kita agar pantas menjadi Bait/Kenisah Roh Kudus, dengan cara memberikan malaikat pelindung pada setiap orang, dia melindungi sejak kita dilahirkan sampai kita menghadap Bapa di sorga. Kuasa kebangkitan Kristus selalu menghidupkan pengharapan baru dan membuat kita bisa bangkit kembali (Ams 24:16 » Tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali). 

Jika kita berbuat dosa yang melawan Roh Kudus (keputusasaan, kesombongan, sikap tidak mau bertobat, sifat membandel, melawan kebenaran, iri hati terhadap kemajuan rohani orang lain), maka Dia akan meninggalkan kita. Dan sebagai ganti-Nya datang setan dan dia mengisi jiwa yang mulia dengan kecurangan yang mengerikan dan sampah neraka. 

Roh Kudus adalah sahabat yang paling agung, paling benar, paling baik, paling lembut. Dia adalah sahabat yang dapat dan mau memberikan kepada mereka apa yang didambakan oleh semua orang (kedamaian, kebahagiaan dan kegembiraan). Dia selalu ingin mencurahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita. 

Karunia dan rahmat itu tidak membuat hidup kita sedih atau tegang. Tetapi jiwa kita dipenuhi dengan kedamaian, kegembiraan, dan penghiburan yang tidak kita rasakan sebelumnya. Apa yang sebelumnya sulit bagi kita sekarang menjadi mudah dan menyenangkan. Dia menerangi, menguatkan kita; Dia memungkinkan kita mengenal Allah. 

[Baca juga: Roh Kudus sahabat yang paling agung]

2. Hidup oleh roh dan berjalan dipimpin oleh Roh 

Jika kita meminta penyertaan-Nya, maka Tuhan memperkenalkan jalan-jalan-Nya sehingga kita mengenal-Nya seperti Musa (Kel 33:13; Ibr 3:2 » pengikut setia). Jika kita tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Nya, kita hanya melihat perbuatan-perbuatan-Nya seperti orang Israel (Yeh 20:13 » pengagum) (Mzm 103:7).

[Baca juga:  Pengagum atau pengikutkah engkau?]

Ciri-ciri orang yang hidupnya tidak dipimpin oleh Roh (Gal 5:16 – hidupnya dikuasai oleh kedagingan): 

1. Hanya memikirkan keuntungan diri sendiri. tanpa peduli dengan beban dan perasaan orang lain maupun Tuhan. 

2. Aktif kegiatan di luar. tetapi di dalamnya kosong; aktifitas pelayanannya tidak sebanding dengan aktifitas di dalamnya. Orang kristen yang rohnya baik pasti aktif melayani Allah secara pribadi, mampu berlutut bagi diri sendiri maupun orang lain. mampu mengampuni ketika hatinya terluka. 

3. Buta rohaninya, tidak bisa membedakan mana hal yang terpenting, hal yang bisa di nomer duakan dalam kehidupan rohani dan hal-hal yang rutin. 

Semua kebaikan dan kerinduan kita untuk berdoa bukan berasal dari daging kita tetapi berasal dari Roh Allah yang menarik hati dan menggerakan semangat kita (Kid 1:4; Hag 1:14). Ketika kita berdoa, Allah akan terus-menerus memasukkan spirit-Nya sehingga kita mempunyai keinginan seperti apa yang dikehendaki-Nya (Mzm 80:19; Flp 2:13; Rm 8:26-27). 

[Baca juga: Doa mengatasi kedagingan

3. Mengandalkan hikmat dan kekuatan Roh Kudus 

Karunia Hikmat membuat orang mengenal dan mengecap betapa sedapnya Tuhan dan hal-hal adikodrati (memandang Allah dan hal-hal ilahi). Oleh karena itu mintalah kepada Allah supaya Ia memberikan Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar supaya mata hati kita terang, agar kita mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya. Betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya (Ef 1:17-19) 

Kebangkitan Kristus memberikan kita keselamatan sekaligus kuasa untuk menjalani hidup ini sebagai pemenang. Inilah dahsyatnya kuasa kebangkitan Kristus yang bekerja dalam diri kita. Separah apapun keadaan yang kita hadapi saat ini, bahkan ketika segala sesuatunya seolah-olah sudahmati”, Yesus dengan kuasa kebangkitan-Nya sanggup memulihkan keadaan kita, sehingga kita dapat menjalani hidup sesuai dengan rencana Tuhan dan hidup dalam kelimpahan kasih karunia-Nya

Marilah kita merindukan untuk mengenal-Nya dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kita menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya kita akhirnya beroleh kebangkitan seperti rasul Paulus (Flp 3:10-11).

(Sumber: Warta KPI TL No. 168/IV/2019 » Renungan KPI TL Tgl 11 April 2019, Dra Yovita Baskoro, MM).