06.40 -
*Pikiran*
Berjuang melawan pikiran negatif
Setiap saat kita selalu diperhadapkan dengan pergumulan yang berat berkenaan dengan pilihan hidup yang tidak mudah sehingga kita mengalami depresi. Depresi bisa mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan prilaku, serta dapat membuatnya memiliki berbagai masalah emosi negatif.
Depresi bukanlah perasaan stres atau sedih biasa, namun suatu perasaan kecewa. Kekecewaan ini membuatnya putus asa sehingga merasa gagal, perasaan sedih dan marah ini melebur menjadi satu sehingga tanpa sadar timbul pikiran negatif dan mengasihani diri sendiri (menyalahkan dan meremehkan kemampuan yang dimiliki, kurang percaya kepada diri sendiri » selalu menganggap dirinya tidak berguna, tidak berhasil, tidak berprestasi dan sebagainya, akhirnya membandingkan diri sendiri dengan orang lain).
Ada 5 langkah yang harus kita lakukan ketika kita mulai merasakan perasaan negatif.
I. Jujurlah terhadap diri sendiri, akuilah bahwa kita memiliki perasaan kecewa
Janganlah berpura-pura menunjukkan wajah yang ceria untuk menutupi emosi negatif kita. Karena sekeras apapun usaha kita untuk menutupinya, kita akan semakin stres olehnya, akhirnya menjadi bumerang bagi kita.
Jika kita peduli dengan jiwa kita, katakanlah dalam hati: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mzm 42:6).
II. Melatih diri melihat semua masalah dalam dua sisi
Jika kita tahu janji Allah ini: (1) Rm 8:28 » Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (2) Yer 29:11 » Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Maka pada saat kita mengalami menderita akan tahu manfaatnya, yaitu: (1) penderitaan mengandung unsur menyucikan (1 Ptr 4:1 » berhenti berbuat dosa), (2) merupakan jalan untuk mencapai kemuliaan (2 Kor 4:17), alat yang digunakan Allah untuk membuat kita lebih peka, untuk mencapai tujuan-Nya dalam kehidupan kita.
Jadi, perbaharuilah manusia batiniah kita agar kita tidak tawar hati dan dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (2 Kor 4:16; Rm 12:2). Mohonlah Tuhan memberi kekuatan, kerelaan dan sukacita dalam menanggung penderitaan (2 Kor 12:10).
III. Isilah pikiran dengan hal-hal yang positif
Pikiran adalah medan peperangan yang sesungguhnya. Jika pikiran negatif tidak dikendalikan, maka pikiran ini akan membuat kita percaya kalau masalah itu ada, padahal tidak. Pikiran ini biasanya selalu terpaku pada sudut pandang yang negatif itu-itu saja sehingga dapat menghilangkan kebahagiaan.
Pikiran negatif biasanya datang dari pengalaman pahit dalam hidup (mendapatkan kedukaan, kecelakaan atau penyakit yang tidak kunjung sembuh, kerasnya persaingan » tidak kuat mengatasi tekanan-tekanan dalam kerja). Jika kita tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatan kita (Ams 24:10).
Ingatlah! Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Nya! Berharap kepada-Nya (Rat 3:22-24). Jadi, kembalilah tenang, sebab Tuhan telah berbuat baik kepada kita (Mzm 116:7) dalam tinggal tenang dan percaya kepada-Nya terletak kekuatan kita (Yes 30:15).
Pikiran negatif (kuatir, takut, cemas, putus asa dan sebagainya) hanya akan membuat permasalahan semakin parah, hanya akan membuang waktu dan energi. Tanggalkan itu semua! Jangan biarkan Iblis menjajah dan menghancurkan hidup kita dengan menebar hal-hal negatif di dalam pikiran kita. Kita harus bisa melawannya! Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (Yak 4:7).
Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul (Ayb 3:25-26).
Kita akan mampu mengatasi emosi negatif dengan baik dan bijak jika kita memakai pedang Roh yaitu firman Tuhan (Ef 6:17), dan senantiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan setiap hari.
Isilah pikiran dengan firman Tuhan setiap hari (1 Tim 6:3 » perkataan/ajaran sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus), hal-hal yang positif (Flp 4:8 » Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu).
Kita harus membiarkan Kristus mengisi pikiran kita, meletakkan pikiran kita pada Tuhan sang sumber pengharapan sejati (2 Kor 10:5b » kita menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus; Flp 2:5 » Hendaklah kita dalam hidup kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus).
Dengan berpikiran positif kita sedang mengaktifkan iman kita bekerja, pada saat yang tepat pasti akan terjadi dan menjadi kenyataan! Pikiran positif adalah modal bagi Tuhan untuk menyatakan kasih dan kuasa-Nya dalam kehidupan kita.
IV. Jagalah tubuh
‘Men sana in corpore sano’ dijadikan jargon olahraga dan kesehatan di seluruh dunia. Ungkapan Latin itu diartikan, ‘Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat’. Kalau jiwa sehat, pikiran pun jernih. Begitu pula sebaliknya.
Jika pikiran negatif datang, belajarlah untuk rileks. Relaksasi dapat menyeimbangkan kehidupan emosional. Kita bisa memilih berbagai teknik relaksasi seperti bernafas lebih dalam, meditasi, atau olah raga ringan. Luangkan waktu untuk memanjakan tubuh dengan spa/pijat, berliburlah dan nikmatilah keindahan alam, mendengarkan suara-suara alam yang dapat menenangkan pikiran.
V. Melekat pada Tuhan
(1) Berharaplah kepada Allah (Mzm 27:13 » Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan; Nah 1:7 » Tuhan itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya; Mzm 37:5 » Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan).
(2) Bersyukurlah kepada-Nya (Pikiran negatif muncul karena kita kurang mensyukuri hidup kita. Kemampuan bersyukur kepada Tuhan akan menolong kita melihat ke depan dan bukannya terus-menerus melihat kebelakang dari kehidupan kita sehingga membuat kita selalu berpikir tentang segala hal yang positif).
(3) Percayalah bahwa Allah adalah penolong kita (Mzm 46:2 » Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti) (Mzm 42:6).
(4) Dekatlah kepada Allah (Mzm 25:14 » Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka). Allah adalah sahabat kita, Dia pasti segera menolong kita, Dia tidak akan membiarkan kita terus-menerus dalam pergumulan kita.
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tes 5:16-18).
Marilah kita belajar dari Elia (1 Raj 19:1-14):
[1-4] Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka (1A) Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu."
Maka (1B) takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya (1C) Tuhan, ambillah nyawaku, sebab (2) aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."
» Elia terkena depresi, jiwanya tertekan. Penyebabnya:
(1ABC) Elia berfokus pada perasaannya, bukan pada fakta/kebenaran. Perasaan seringkali tidak selalu benar. Jadi jangan berfokus pada perasaan, tetapi pada fakta (Yoh 8:32 » kebenaran itu akan memerdekakan kamu).
(2) membandingkan diri dengan orang tertentu (2 Kor 10:12), ini adalah suatu kekeliruan. Ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang tertentu, kita cenderung mengkritik kekurangan-kekurangan kita sehingga kita semakin kehilangan kekuatan dan harapan. Ingatlah! Allah menciptakan kita secara unik, ada kekuatan dan kekurangan dalam diri kita.
[6-14] Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. Tetapi malaikat Tuhan datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu." Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman Tuhan datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: (3A) "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; (4A) hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."
Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan!" Maka Tuhan lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului Tuhan. Tetapi tidak ada Tuhan dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"
Jawabnya: (3B) "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; (4B) hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku."
» (3AB) Elia ingin mengendalikan apa yang ada diluar kendalinya, suka mengandalkan kekuatan sendiri tanpa melihat kuasa Tuhan yang ada di dalam dirinya (1 Yoh 4:4b » Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia; Mat 28:20b » Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman). Jika kita mengambil tanggung jawab yang Allah tidak pernah maksudkan untuk kita, maka kita akan depresi. Jadi, janganlah bersandar kepada pengertian kita sendiri (Ams 3:5) lakukanlah bagian kita, dan jangan merasa bersalah atas apa yang diluar kendali kita.
(4AB, 1B) Elia membesar-besarkan sesuatu yang negatif. Ketika ia menerima pesan tersebut, ia tidak berhenti sejenak untuk mengevaluasi ancaman itu, ia langsung melarikan diri. Faktanya, tidak semua orang menentangnya. Hanya satu orang saja, yaitu Izebel. Jika Izebel benar-benar ingin membunuh Elia, ia tidak akan mengirim peringatan, ia pasti mengirim seorang pembunuh.
Membesar-besarkan sesuatu yang negatif, akan menjadikan kita tampak seperti seorang pengecut. Hal itu akan menyebabkan tekanan, ketakutan, dan perasaan tak berguna.
(Sumber: Warta KPI TL No. 167/III/2019 » Renungan KPI TL Tgl 14 Maret 2019, Dra Yovita Baskoro, MM).