Selasa, 15 Januari 2019

18.16 -

Sukacita kunjungan Bunda Maria kepada Elisabet sebagai teladan kasih



Kasih adalah kebajikan ilahi, dengannya kita mengasihi Allah di atas segala-galanya demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (KGK 1822). . 

Yesus membuat kasih menjadi suatu perintah baru (Bdk. Yoh 13:43). Karena Ia mengasihi orang-orang-Nya "sampai pada kesudahannya" (Yoh 13:1), Ia menyatakan kasih yang Ia terima dari Bapa-Nya. Melalui kasih satu sama lain para murid mencontoh kasih Yesus, yang mereka terima dari Dia. Karena itu Yesus berkata: Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu" (Yoh 15:9). Dan juga: "Inilah perintah-Ku: yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12) (KGK 1823). . 

Sebagai buah roh dan penyempurnaan hukum, kasih mematuhi perintah-perintah Allah dan Kristus. "Tinggallah di dalam kasih-Ku! Jikalau kamu menurut perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku" (Yoh 15:9-10) (Mat 22:40; Rm 13:8-10) (KGK 1824). 

Kristus telah wafat karena kasih terhadap kita, ketika kita masih "musuh" (Rm 5:10). Tuhan menghendaki agar kita mengasihi musuh-musuh kita menurut teladan-Nya (Mat 5:44), menunjukkan diri kita sebagai sesama kepada orang yang terasing (Luk 10:27-37), dan mengasihi anak-anak (Mrk 9:37) dan kaum miskin (Mat 25:40, 45). 

Santo Paulus melukiskan gambaran mengenai kasih yang tidak ada tandingannya: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri: Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1 Kor 13:4-7) (KGK 1825) . 

Rasul juga mengatakan: sekalipun aku memiliki segala sesuatu dan sanggup melaksanakan segala sesuatu, "tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna". Dan sekalipun aku mempunyai segala keistimewaan, pelayanan, dan juga kebajikan "tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku" (1 Kor 13:1-4). Kasih melebihi segala kebajikan. Ia adalah kebajikan ilahi yang paling utama: "Demikianlah tinggal ketiga hal ini yaitu iman, harapan, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih" (1 Kor 13:13) (KGK 1826). . 

Pelaksanaan semua kebajikan ini dijiwai dan digerakkan oleh kasih. Inilah "pengikat yang menyatukan dan menyempumakan" (Kol 3:14); ia adalah pembentuk kebajikan; ia menentukan dan mengatur kebajikan-kebajikan; kasih Kristen mengamankan dan memurnikan kekuatan kasih manusiawi kita. Ia meninggikannya sampai kepada kesempurnaan adikodrati, kepada kasih ilahi (KGK 1827). . 

Kehidupan moral yang dijiwai oleh kasih memberi kepada orang Kristen kebebasan anak-anak Allah. Di depan Allah ia tidak lagi bersikap sebagai seorang hamba dengan ketakutan yang merendahkan dan juga bukan sebagai seorang buruh harian yang ingin dibayar, melainkan sebagai seorang anak, yang memberi jawaban kepada kasih dari Dia, yang "lebih dahulu mengasihi kita" (1 Yoh 4:19). 

"Atau kita berpaling dari yang jahat, karena takut akan siksa, berarti kita bersikap sebagai seorang hamba. Atau kita ingat akan upah dan menjalankan perintah-perintah, karena keuntungan yang mengalir darinya; kita lalu menyerupai buruh harian. Atau kita taat demi kebaikan itu sendiri dan karena kasih kepada Dia, yang telah memberi hukum kepada kita... kita lalu bersikap sebagai putera-putera" (Basilius, reg. fus. prol. 3) (KGK 1828). . 

Buah kasih adalah kegembiraan, perdamaian, dan kerahiman; kasih menghendaki kemurahan hati dan teguran persaudaraan; ia adalah perhatian; ia ingin memberi dan menerima; ia tanpa pamrih dan murah hati; ia adalah persahabatan dan persekutuan

"Penyempurnaan seluruh pekerjaan kita adalah kasih. Itulah tujuan yang karenanya kita berlari kepadanya, kita bergegas dan di dalamnya kita akan mengasoh, kalau kita telah mencapainya" (Agustinus, ep. Jo. 10,4) (KGK 1829). 

Senyum satu sama lain, senyum pada istri Anda, tersenyum pada suami Anda, tersenyum pada anak-anak Anda, tidak peduli siapa dia, ini akan membantu Anda tumbuh dalam kasih yang lebih besar satu sama lain (Mother Teresa) 

Iman sebagai rahmat Allah memberikan kepada umat kerinduan atau harapan untuk bersatu dengan Allah dalam hidup kekal. Cara mewujudkan kerinduan atau harapan akan hidup kekal adalah kasih. Iman dan harapan disempurnakan dalam kasih kepada Allah. Dan kasih kepada Allah yang tidak kelihatan diwujud nyatakan dengan mengasihi sesama yang kelihatan. Dengan demikian sesama dapat mengalami kasih dari Allah melalui kita

Kasih kepada Allah selalu menggerakkan untuk menjumpai sesama yang dikasihi. Agar dapat menjumpai sesama yang dikasihi, kita hendaknya berani keluar dari diri sendiri dan berani berkurban dengan tulus. Perjumpaan dengan sesama sebagai wujud kasih kepada Allah selalu melahirkam sukacita

Marilah kita belajar dari Lukas 1:5-45, 56

[5-25] Zakharia dan Elisabet adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya. ... malaikat itu berkata kepada Zakharia: (1) "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan ... ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ...menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." 

Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan (3C) selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya: "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." 

[26-37] Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria

Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." ... Kata malaikat itu kepadanya: (2) "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." 

Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: (4A) "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, (3A) Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." 

Kata Maria: (4B) "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia 

[39-45] (3B) Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 

Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, (5A) melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan (5B) Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." 

[56] Dan (3D) Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. 

» (1, 2) Malaikat membuka kesempatan terjadinya perjumpaan antara Maria dan Elisabet. Mereka sama-sama mengalami misteri Allah, sama-sama tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi mereka meng-amin-i perkataan malaikat Gabriel dengan iman. Menurut kaca mata dunia, mereka sama-sama mengalami “aib”. 

(3A) Malaikat memberi tahu Maria tentang berkat yang telah dilimpahkan kepada sanaknya, Elisabet. (3BCD) Perjalanan Maria yang mengunjungi Elisabet merupakan proses perjalanan batin mewujudkan kasih dan ketaatan Maria pada kehendak Allah. Sebagai seorang yang beriman, Maria hendak mencari peneguhan dan ingin berbagi berkat dengan sanaknya, Elisabet. 

(4AB) Bunda Maria adalah teladan iman kita semua. Orang beriman selalu menyediakan diri dengan tulus agar kehendak Allah terjadi dalam dirinya. 

Berkat bimbingan Roh Kudus, Maria bertumbuh menjadihamba Tuhanyang rendah hati. Meskipun Maria telah mengandung Mesias, ia tidak merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari Elisabet, ia mau meninggalkan semua urusannya guna mengurus hal yang lebih besar, yaitu: memberi peneguhan dan memberkati sanaknya, Elisabet. Perjumpaan mereka adalah perjumpaan yang saling meneguhkan, saling memberkati sehingga dukacita mereka diringankan, sukacita mereka digandakan

(5A) Meskipun Yohanes masih dalam rahim, perjumpaan ini membuatnya bersukacita, karena ia tahu bahwa Maria membawa Yesus dalam rahimnya

(5B) Ada kekuatan Roh Kudus dalam diri Maria, sehingga salamnya mengaktifkan Roh Kudus yang ada dalam diri Elisabet. Berkat Roh Kudus, Elisabet bernubuat dan memuji Maria

Kita semua juga orang terberkati, yang sering kali tidak mengerti misteri Allah dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita harus hidup dalam persekutuan orang beriman agar kita bisa saling berbagi pengalaman iman dan saling memberi peneguhan agar dukacita kita diringankan, sukacita kita digandakan. 

Jadi, sebagai murid Kristus kita harus belajar dari Bunda Maria yang selalu membawa Tuhan Yesus dalam dirinya, berani keluar dari dirinya dan kenyamanan diri, berani meninggalkan kesibukan dan urusan-urusan sendiri, berkurban waktu dan tenaga, memberikan sukacita. Semua itu merupakan buah kasih yang selalu di bawa dalam diri Bunda Maria. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 165/I/2019 » Menantikan kedatangan Tuhan dengan iman yang dewasa, ibadat adven 2018).