Rabu, 09 Januari 2019

Kis 6:8-10; 7:54-59

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Rabu, 26 Desember 2018: Pesta St. Stefanus, Martir Pertama - Tahun C/I (Merah)
Bacaan: Kis 6:8-10; 7:54-59; Mzm 31:3cd-4, 6, 8ab, 16bc, 17; Mat 10:17-22


Dan (1) Stefanus, yang PENUH dengan KARUNIA DAN KUASA, MENGADAKAN MUJIZAT-MUJIZAT DAN TANDA-TANDA di antara orang banyak. Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut (2) jemaat orang Libertini — anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria — bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan ROH YANG MENDORONG DIA BERBICARA. 

Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. 

Tetapi Stefanus, yang (C) PENUH DENGAN ROH KUDUS, menatap ke langit, lalu MELIHAT KEMULIAAN ALLAH DAN YESUS berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." 

Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. (A) Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sedang mereka melemparinya (B) Stefanus BERDOA, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." 


Renungan


1. Menguasai kebencian

Ada dua jenis manusia: (1) Stefanus, orang yang penuh iman dan Roh Kudus. (2) Orang Yahudi yang penuh dengan kebohongan dan dengki. 

Kelompok orang Yahudi ini disebut Libertini, nama lain dari “orang yang merdeka.” Tetapi sebenarnya mereka tidak merdeka karena justru mereka adalah orang yang dibelenggu oleh dosa kebencian. Sebaliknya, Stefanus adalah orang yang merdeka untuk menyatakan kebenaran dan untuk tidak membenci.

Kebencian adalah pembunuhan tingkat pertama yang belum direalisasikan. Memang belum melakukan apa-apa, namun sesungguhnya telah menyusun rancangan jahat dalam benak. 

Kita tidak bisa menghalau kebencian dengan cara mengusirnya berulangkali. Jangan pusatkan segenap tenaga kita pada usaha membuang kebencian itu; sebaliknya, isilah hati kita dengan firman Tuhan dan mintalah agar Ia memenuhi jiwa kita dengan kasih-Nya. Dengan cara inilah kebencian akan berkurang dan akhirnya hilang. 


2. Penuh dengan Roh Kudus

(ABC) Stefanus, seorang yang PENUH IMAN DAN ROH KUDUS (Kis 6:5). Di saat tubuhnya menderita kesakitan karena dilempari batu, HATINYA TIDAK TERSULUT OLEH KEMARAHAN ATAU DENDAM, tetapi ia tetap mengarahkan hatinya kepada Tuhan.

Demikianlah gerakan Roh Kudus, senantiasa mengarahkan seseorang kepada Tuhan, bukan kepada yang lahiriah atau yang duniawi. Bagi orang yang beriman, yang dipenuhi oleh Roh Kudus, kematian menjadi jalan menuju Tuhan. Kalau Tuhan sudah hadir bersama kita, masih adakah yang kita takutkan?