Senin, 19 November 2018

05.25 -

Dewasa dalam iman



Setiap orang menjadi semakin tua seiring dengan pertambahan usia dalam tahun hidupnya. Namun pertambahan usia bukanlah sebuah jaminan bahwa seseorang juga otomatis akan menjadi semakin dewasa. Kedewasaan akan bertambah hanya jika yang bersangkutan sungguh mengolah hidupnya, bukan sekedar menjalaninya. 

Seperti perkembangan kedewasaan pribadi manusia, perkembangan kedewasaan iman seorang murid Kristus terjadi secara bertahap, kanak-kanak (rohani) » berkata-kata, merasa, berpikir seperti kanak-kanak; dewasa (dalam iman) » meninggalkan sifat kanak-kanak itu (1 Kor 13:11). 

Jadi, semakin orang bertumbuh dalam kedewasaan iman, maka ia akan berpikir dan bertindak sebagai orang yang dewasa dalam iman (Yak 2:17, 22 - iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna). 

Dalam hal kedewasaan iman, karakter (tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti) lazim kita sebut sebagai keutamaan/kebajikan. Lewat keutamaan itu kita dihantar semakin dekat pada tujuan iman kita, yakni Allah sendiri, Sang Kebaikan sejati. Jadi, tujuan kehidupan yang berkebajikan ialah menjadi serupa dengan Allah (Gregorius dari Nisa). 

Perjalanan iman seorang Kristiani diawali lewat penerimaan Sakramen Baptis. Melalui Sakramen ini, kita sudah dipilih-Nya, ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Rm 8:29), supaya kita pergi dan menghasilkan buah (keutamaan-keutamaan) dan buah kita itu tetap (Yoh 15:16). 

Buah dari sakramen ini (KGK 1266): 

1. menyanggupkan kita hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus (anugerah-anugerah Roh Kudus), 

2. menyanggupkan kita percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya (3 keutamaan teologikal/kebajikan ilahi: iman, harapan dan kasih – 1 Kor 13:13), 

3. menyanggupkan kita bertumbuh dalam kebaikan (4 keutamaan moral pokok/kebajikan manusiawi: kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan penguasaan diri - Keb 8:7). 

Keutamaan-keutamaan Katolik ditentukan oleh Kitab Suci dan Tradisi Gereja Katolik 

[Baca juga: Bertumbuh dalam keutamaan Kristiani bersama Santo Alfonzus Liquori ; 7 Pilar dasar kehidupan Kristiani]

Seorang yang berkeutamaan adalah pribadi yang memiliki kebiasaan terus-menerus untuk melakukan kebaikan (habitus operativus boni) dengan sukarela (KGK 1804). Kebiasaan ini mengalir dari pilihan dasar (optio fundamentalis) yang benar, yakni pilihan yang luhur bertujuan untuk pemuliaan Allah dan perwujudan rencana keselamatan-Nya

Lewat kehadiran Roh-Nya, Kristus senantiasa menyertai proses kedewasaan iman kita. anugerah penyertaan Roh Kudus inilah yang kita terima dalam Sakramen Krisma

Buah dari sakramen ini (KGK 1302-1303): menghasilkan pertumbuhan dan pendalaman rahmat Pembaptisan sehingga kita berani mewartakan perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah (Kis 2:11), meninggalkan manusia lama yang kekanak-kanakan, membuat sanggupmenerima makanan keras (1 Kor 3:2; Ibr 5:12), serta menjadigaram dan terang dunia’ (Mat 5:13-16). 

Sakramen Ekaristi, Komuni, suatu daging “yang berkat Roh Kudus dihidupkan dan menghidupkan, melindungi, menambah, dan membaharui pertumbuhan kehidupan rahmat yang diterima dalam Pembaptisan (KGK 1392). 

Buah utama dari penerimaan Ekaristi di dalam komuni ialah persatuan yang erat dengan Yesus Kristus (KGK 1391; Yoh 6:56-57). Kristus menghidupkan cinta kita dan memberi kita kekuatan, supaya memutuskan hubungan dengan kecenderungan yang tidak teratur kepada makhluk-makhluk dan membuat kita berakar di dalam Dia (KGK 1394). 

Semakin kita ambil bagian dalam hidup Kristus dan semakin kita bergerak maju dalam persahabatan dengan-Nya, semakin kurang pula bahaya bahwa kita memisahkan diri dari-Nya oleh dosa besar (KGK 1395). 

Seseorang yang sudah menerima Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, Sakramen Krisma dan Sakramen lainnya seharusnya imannya bertumbuh sehingga serupa dengan Kristus, ada perubahan dalam hidupnya, ada pembaharuan budi, sehingga dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm 12:2 - ada metamorfosis). 

Jadi, keutamaan ada berkat rahmat Tuhan (melalui sarana Sakramen-sakramen). Tanpa usaha manusia rahmat ini mandul. Jadi, bagian manusia adalah berdoa dan merenungkan firman-Nya serta selalu memasukan pikiran semua yang benar, semua yang mulia, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Flp 4:8). 

Jadi, bagi murid Kristus, kedewasaan iman akhirnya bukan lagi sebuah pilihan, tetapi menjadi sebuah panggilan, sebuah keharusan. Lewat iman yang semakin dewasa itulah kita menanggapi kebaikan Allah yang sudah dinyatakan kepada kita. 

(Sumber:  Warta KPI TL No.161/IX/2018 » Renungan KPI TL Tgl 6 September 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).