Sabtu, 11 Agustus 2018

03.58 -

Mat 6:1-6, 16-18

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Rabu, 20 Juni 2018: Hari Biasa XI - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 2 Raj 2:1, 6-14; Mzm 31:20, 21, 24; Mat 6:1-6, 16-18

Rabu, 6 Maret 2019: Rabu Abu - Tahun C/I (Ungu)
Bacaan: Yl 2:12-18; Mzm 51:3-4, 5-6a, 12-13, 14, 17; 2 Kor 5:20 - 6:2; Mat 6:1-6, 16-18



"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.

Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau (1) memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi jika engkau (2) berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau (3) berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."



Renungan



1. Tiga Pilar Kekudusan

Dalam kotbah di bukit Tuhan Yesus memberikan tiga pilar kekudusan yang menopang perjalanan hidup rohani. Tiga pilar ini adalah: sedekah, doa, dan puasa.

(1) Memberi sedekah atau perbuatan amal kasih merupakan kesempatan untuk berbagi, bersolidaritas dengan sesama yang berkekurangan demi memperoleh kehidupan kekal. Perbuatan amal kasih kepada sesama yang miskin haruslah dilakukan tanpa perhitungan untung dan rugi, tetapi lakukanlah dengan murah hati seperti Tuhan sendiri murah hati adanya.

(2) Doa menjadi pusat ketiga pilar dalam perjalanan rohani. Berdoa berarti mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Ini berarti kita harus beralih dari berdoa “kepada Tuhan” menjadi “berdoa bersama Tuhan” dan akhirnya menjadi “berdoa adalah kasih tak berkesudahan”. Doa menyatukan kita dengan Tuhan dan sesama. 

(3) Berpuasa atau mati raga berkaitan erat dengan upaya meningkatkan kualitas hidup pribadi, merupakan kesempatan bagi kita untuk mengolah diri dengan mematikan virus egoisme dan kecenderungan badaniah yang tidak sejalan dengan nilai-nilai keimanan. 

Semua yang akan kita lakukan hendaknya dengan sadar dan rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Pilar-pilar ini menopang kekudusan pribadi kita. Oleh karena itu Yesus mengharapkan agar kita melakukan secara pribadi karena Bapa di sorga selalu melihat yang tersembunyi dan akan membalasnya kepada masing-masing kita.


2. Tiga tujuan utama puasa

Setiap agama senantiasa mengajarkan pentingnya berpuasa atau bermatiraga. 

Mulai hari ini umat Katolik diajak untuk memasuki masa puasa, masa bertobat atau masa berahmat selama empat puluh hari, dalam rangka mempersiapkan diri untuk mengenangkan puncak iman Kristiani, yaitu wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus. 

Tiga tujuan utama puasa yang diajarkan oleh St.Ignatius Loyola:

1. MENYILIH DOSA-DOSA MASA LALU. Agar dapat menyilih dosa dengan benar dan tepat,  kita perlu menyendiri atau tinggal di tempat  yang tersembunyi, sehingga kita dapat mengenal dengan baik akan diri sendiri, sebagai orang berdosa yang dipanggil Tuhan.

2. MENGALAHKAN DIRI. Ketika kita kenal diri sendiri, maka nafsu akan taat kepada budi, dan semua kemampuan-kemampuan yang lebih rendah makin tunduk kepada yang lebih luhur’ sehingga kita mampu mengarahkan anggota tubuh kita sesuai dengan kehendak Tuhan.

3. UNTUK MENCARI DAN MENDAPATKAN SUATU RAHMAT ATAU ANUGRAH. Rahmat yang kita dambakan antara lain adalah tobat, semangat atau sikap mental untuk memperbaharui diri terus-menerus, sehingga kita dapat menjadi orang Katolik atau orang beriman yang peduli dan berbagi, antara lain senantiasa melakukan pekerjaan baik meski kecil dan sederhana.

Marilah kita masuk dalam Retret Agung ini dengan tekun dan rendah hati, dengan meningkatkan kehidupan doa, matiraga, sosial dan persaudaraan sejati.