Selasa, 07 Maret 2017

Mistik Kristiani

Abad XX dan XXI ditandai dengan adanya ketertarikan besar kepada mistisisme. Ada banyak orang kembali tertarik untuk mencari keheningan lewat meditasi dan ziarah-ziarah alam

Mereka mencari sesuatu yang lebih dalam, suatu “misteri besar” yang menyelubungi alam semesta. Ketertarikan akan mistik diawali oleh kekaguman manusia atas ciptaan. Di balik segala keteraturan alam semesta ini, pasti ada “Makhluk” yang mengaturnya. Orang Kristiani menyebutnya dengan sebutan sederhana “Abba, Bapa” (Rm 8:15; Gal 4:6).

Dalam pengertian Kristiani, kata itu hanya digunakan dalam kaitannya dengan Yang Ilahi, yakni Allah sendiri yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan apa pun (Bdk. 1 Tim 6:16). 

Ia tetap tersembunyi, namun sekaligus nyata bagi mereka yang mencari Dia (Bdk. Ayb 5:8; Mzm 69:33). Manusia begitu rindu akan Tuhan karena sebelumnya ia telah mengalami kasih-Nya yang mengatasi segala pengertian.

Allah telah melukai hatiku dengan panah cintakasih-NyaHanya perjumpaan dengan-Nyalah yang dapat meredakan sakitku (St. Teresa Avila).

Dewasa ini pun begitu banyak orang Kristen yang rindu mencari Allah, atau istilah lainnya mengalami Allah, mengalami kasih-Nya yang nyata dalam kehidupan. Kerinduan itu wajar karena setiap orang terpanggil untuk menjadi mistikus

Jadi, jalan Kristiani adalah jalan mistik, jalan persatuan dengan ketiga Pribadi Ilahi. Tanpa persatuan dengan Kristus, kita akan dibuang (Bdk. Yoh 15:6). Namun, jalan mistik Kristiani tidaklah mudah, penuh dengan bahaya. 

Memasuki jalan mistik dapat diumpamakan seperti menempuh perjalanan menyeberangi hutan lebat di tengah malam gelap gulita

Hanya orang-orang yang tidak bijaksana yang nekad melakukannya tanpa penerangan, bekal, dan rekan seperjalanan

Akhirnya mereka terjerumus ke dalam praktik-praktik sesat, yang kita kenal dengan nama perdukunan, sihir, bahkan ada yang sampai tersesat jauh ke dalam praktik okultisme.

Untuk memasuki jalan mistik kita perlu bekal, yaitu

1. Perlengkapan senjata Allah (Ef 6:11-17).

2. Rekan-rekan seperjuangan dan seperjalanan, pentingnya dukungan orang lain dalam perjalanan rohani (Ef 6:18; Yak 5:16). 

Mereka adalah orang-orang yang sudah berpengalaman dan tahu mengatasi persoalan-persoalan yang akan datang. Mereka adalah sahabat-sahabat dan pembimbing-pembimbing rohani kita. Janganlah segan-segan untuk mencari bantuan doa maupun nasihat dari mereka.

Syarat-syarat pembimbing rohani

- Sehat rohani dan jasmani.
- Berpengetahuan teologi, khususnya teologi hidup rohani yang benar.
- Berpengalaman, dia sendiri adalah mistikus, orang yang dekat dengan Allah 

3. Perlu doa sendiri, bersandar pada kekuatan Allah sehingga kita dapat bertahan dalam segala pencobaan, bahkan akan tetap setia ketika saat itu datang (Bdk. Mrk 13:33-34; Mat 24:42; Why 16:15).

Dalam jalan mistik, ketika seseorang semakin hari semakin dalam mempersatukan dirinya dengan Allah dalam doa, Allah juga akan mengubahnya sedikit demi sedikit menjadi semakin serupa dengan keadaan awal manusia sebagai citra Allah

Dengan itu, manusia tersebut akan semakin serupa dengan Allah, yakni semakin nyata cintakasihnya, baik kepada Allah maupun kepada manusia. 

Di sinilah manusia menjadi semakin kecil, sedangkan Allah menjadi semakin besar di dalam jiwa. Sampai akhirnya, jiwa melebur tanpa kehilangan dirinya di dalam Allah, seperti kayu api yang terbakar akhirnya menjadi api itu sendiri. Api yang adalah cintakasih; yang menyembuhkan, bukan menyakitkan; yang memurnikan, bukan menghanguskan; yang menyelamatkan, bukan membinasakan.

(Sumber: Warta KPI TL No.121/V/2014 » Mistik Kristiani, HDR Januari-Februari 2007 Tahun XI)