Rabu, 22 Februari 2017

Mata yang berdimensi tiga



Model mata tridimensi adalah gagasan ahli teologi Hugo dari S. Viktor (wafat 1141 di Perancis) dan menerangkan dengan baik hubungan tiga cara mengenal sesuatu.

Dengan mata jasmani, manusia melihat dunia bendawi.

Dengan mata akal-budi manusia menganalisa dunia dan seluruh isinya, menjadi sadar akan dirinya sendiri, membentuk gambaran, sistem ada ajaran sebagai hasil pemikiran dan refleksi akal-budinya.

Dengan mata rohani manusia memandang ke dalam dirinya sendiri, mendalaminya, bahwa melampaui dirinya itu, sehingga menyadari Sang Pencipta secara eksistensial dengan menghayati kehadiran-Nya yang dekat.

Ketiga dimensi tersebut saling meresapi, karena matanya hanya satu. Hanya dengan menggunakan ketiga dimensi, manusia dapat memperoleh pengetahuan yang menyeluruh.

Dosa membutakan mata rohani dan mengaburkan mata akal budi, sehingga semuanya kurang pasti. Hanya mata jasmani masih terbuka lebar-lebar, sehingga manusia menganggapnya dunia bendawi sebagai satu-satunya yang nyata dan penting baginya. Maka, ia menjadi dangkal.

Merupakan tugas agama untuk menyadarkan orang beriman, bahwa dengan bantuan ilahi kemampuan mata rohaninya dapat dipulihkan, sehingga kenyataan tampak lagi dalam segala dimensinya.

(Sumber: Ensiklopedi Gereja, A. Heuken, SJ).