Rabu, 22 Februari 2017

04.35 -

Jalan Salib



Dalam masa Prapaskah, sering kali diadakan Ibadat Jalan Salib. Dari mana asal usul devosi ini? apakah maknanya untuk hidup kita saat ini?

Ibadat Jalan Salib adalah devosi. Yang dimaksud dengan devosi ialah penyerahan diri sepenuh hati, dalam sikap doa yang membuat orang beriman menjadi sangat tanggap kepada kehendak Allah.

Asal usul devosi Jalan Salib dapat ditelusuri sampai pada awal kekristenan.

Sesudah menemukan Salib Kristus pada tahun 325, Santa Helena, Ibu Kaisar Konstantinus, mencari makam Yesus yang terlupakan. Diilhami oleh mimpi, akhirnya Santa Helena menemukan makam Yesus, yaitu di bukit di mana terdapat kuil yang dibaktikan kepada Dewi Aphrodite. Di situ ditemukan sebuah gua makam yang kecil (lih. Santa Helena dan Salib Suci).

Kuil tersebut kemudian dihancurkan dan dibangunlah sebuah gereja. Segera tempat itu menjadi pusat ziarah orang-orang Kristen. Seiring dengan itu, berkembanglah sebuah bentuk devosi yang menelusuri jejak perjalanan Yesus yang ditempuh sebelum disalibkan, yaitu dari Benteng Antonia sampai ke Kalvari dan berakhir di Makam Suci.

Napak tilas jejak Yesus itu disertai dengan meditasi mengenangkan sengsara Kristus. Pelan-pelan Gereja meresmikan devosi saleh ini dan memberikan indulgensi penuh pada devosi ini 

Tidaklah mudah mencapai Yerusalem untuk mengunjungi Makam Suci ini dan melakukan napak tilas jejak Yesus. Ini disebabkan oleh jarak yang jauh, biaya yang tidak murah dan belum lagi bahaya yang muncul setelah kaum Muslim menguasai Tanah Suci.

Maka Gereja mengijinkan untuk membuat semacam Makam Suci di pelataran gereja atau di biara atau di pertapaan. Dibuatlah peristiwa-peristiwa utama sengsara Yesus. Juga diberikan pahala suci atas ziarah atau devosi yang dilakukan. Namun hal ini juga tidak mudah dilakukan oleh mereka yang hidup jauh dari gereja atau biara.

Pada abad XIV, biarawan-biarawan Fransiskan menemukan pemecahan yang praktis, yaitu mendirikan stasi-stasi Jalan Salib di paroki-paroki dengan ijin dari Takhta Suci. Salib-salib sederhana ditancapkan untuk memperingati preristiwa-peristiwa penting dalam sengsara Kristus.

Pelan-pelan, stasi-stasi itu dilengkapi dengan gambar. Jumlah stasinya beraneka sampai Paus Clemens XII Corsini menetapkannya sebanyak empat belas pada tahun 1731. Bapa Suci juga memberi ijin untuk membuat stasi-stasi Jalan Salib itu di setiap gereja.

Jalan Salib adalah devosi yang terkait dengan sengsara Kristus. Namun harus diakhiri sedemikian rupa sehingga kaum beriman berada dalam harapan akan kebangkitan dalam iman dan harapan; mengikuti contoh Jalan Salib di Yerusalem yang diakhiri di gereja St. Anastasia (sama dengan kebangkitan), perayaan dapat diakhiri dengan kenangan akan kebangkitan Tuhan” (Direktorium tentang kesalehan umat dan liturgi, asas-asas dan pedoman No. 134).

Adanya perhentian tambahan, yaitu perhentian ke XV (Yesus bangkit) berguna untuk menekankan kenangan akan kebangkitan dan mengajak umat menyisihkan waktu untuk merenungkannya.

Dengan demikian, kenangan akan kebangkitan Tuhan tidak hanya diucapkan dalam satu kalimat dalam doa penutup, yang seringkali luput dari perhatian peserta Jalan Salib karena sudah menjelang penutupan.

Rumusan devosi Jalan Salib tidak hanya ada satu saja, melainkan banyak sekali. Banyak rumusan yang digubah oleh para pastor yang mempunyai devosi yang sangat kuat pada Jalan Salib dan meyakini akan kemanjuran rohaninya. 

Ada pula teks-teks rumusan laku kesalehan Jalan Salib yang digubah oleh kaum awam yang terkenal karena teladan kesalehannya, karena kekudusan hidup, ilmu serta mutu tulisannya.

Aneka rumusan ini boleh digunakan dengan tetap mengingat jika ada instruksi-instruksi dari Uskup setempat tentang laku kesalehan Jalan Salib. 

Versi yang lama mulai dengan pengadilan oleh Pilatus sampai Yesus dimakamkan. Sekarang ada versi baru, yang mulai dengan Perjamuan Malam terakhir dan berakhir dengan Kebangkitan Tuhan.

Apa makna Jalan Salib? Ibadat Jalan Salib mengajak kita untuk masuk ke dalam peristiwa-peristiwa yang dialami Yesus dalam sengsara-Nya sampai Dia wafat dan dimakamkan.

Melalui renungan akan jalan Salib Tuhan, kita diundang untuk menyadari betapa berharganya penderitaan dan sengsara yang dilakukan Tuhan untuk menebus dosa-dosa kita

Bilur-bilur yang ditanggung-Nya dan tetesan darah yang dikucurkan-Nya memberi kita hidup kekal. Kurban Kristus mendamaikan kita dengan Allah

Ibadat Jalan Salib juga mengajak kita untuk menjadi peka dan solider dengan sesama, khususnya yang menderita. Simon dari Kirene dan Veronika menunjukkan keberanian yang luar biasa untuk membantu Tuhan yang sedang menderita. Keberanian itu sering kali menuntut pengorbanan, bukan hanya susah payah fisik, tetapi juga harga diri, tenaga, uang, bahkan kemapanan dan masa depan, dll (Luk 10:25-37).

Teladan Yesus sendiri tak kalah mengagumkan. Meskipun tengah menderita begitu hebat, Yesus masih sempat menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya (Luk 23:28). 

Lebih dari itu, di puncak salib, setelah disiksa begitu keji, Yesus masih mengingat kesejahteraan para penyiksanya, yaitu dengan memohonkan ampun untuk mereka (Luk 23:34).

Kepekaan kepada sesama, khususnya yang menderita mengingatkan kita pada ajaran Yesus bahwa segala sesuatu yang kita lakukan untuk salah seorang saudara yang paling hina, kita lakukan untuk Dia (Mat 25:45).



Pada abad ke IV atau V muncullah kisah Veronika sebagai seorang wanita saleh yang dengan berani membersihkan wajah Yesus dalam perjalanan-Nya ke Kalvari. Pada kain pembersih itu, tercetaklah wajah Yesus. 

“Gambar asli” ini pada abad ke V disimpan di Edessa, dibawa ke Konstantinopel (abad X) dan akhirnya dibawa ke Basilika St. Petrus di Roma.

Nama Veronika berasal dari kombinasi kata Latin: Vero (benar) dan kata Yunani eikon (gambar). Veronika menghadirkan sosok yang melakukan tindakan sederhana tetapi penuh keberanian sebagai ungkapan cinta yang sempurna.

Sosok Veronika yang muncul pada perhentian ke VI, tidak mempunyai dasar biblis, tetapi berasal dari tulisan-tulisan apokrif. Pada buku Kisah Pilatus dari abad II, dikatakan bahwa Veronika adalah wanita yang disembuhkan oleh Yesus dari sakit pendarahan (Mat 9:20-22) dan bahwa dia datang pada pengadilan Yesus untuk menyatakan bahwa Yesus tidak bersalah.

(Sumber: Warta KPI TL No.142/II/2017 » Dari Prapaskah sampai Paskah, Dr. Petrus Maria Handoko, CM).