Jumat, 27 Januari 2017

Hidupmu jadi berkat atau batu sandungan



Sebagai murid-murid Kristus, kita dipanggil untuk memberkati (1 Ptr 3:9) dan membawa kabar baik (Rm 10:15) pada sesama kita, tetapi seringkali kita tidak menghidupi panggilan itu sehingga hidup kita menjadi batu sandungan bagi teman-teman seiman

Misalnya: Terhadap tukang sayur keliling. Harga sayur lima ribu, ditawar empat ribu, ketika tukang sayur menyetujui harganya ... minta tambah lombok (gratis). Bagaimana kita bisa menjadi berkat bagi sesama, jika sikap kita terhadap tukang sayur seperti itu? 

Bukankah ada firman Tuhan yang mengatakan "Lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kis 20:35). Terhadap pembantu. Ketika dia melakukan suatu kesalahan, kita langsung mengolok-oloknya dengan kasar. 

Bagaimana dia bisa memuliakan Bapa di Sorga, jika melihat perbuatan kita yang kurang baik? Bukankah ada firman Tuhan yang mengatakan "Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Mat 5:16).

Marilah kita memberitakan ajaran yang sehat (Tit 2:1-10)

Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.

Perempuan-perempuan yang tua hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya.

Diri sendiri hendaklah menjadi teladan dalam berbuat baik, jujur, dan bersungguh-sungguh dalam pengajaran yang sehat dan tidak bercela dalam pemberitaan.

Orang-orang muda hendaklah menguasai diri dalam segala hal.

Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah.

Marilah kita menggembalakan kawanan domba Allah yang ada pada kita dengan sukarela, dengan pengabdian diri ... sesuai dengan kehendak Allah sehingga apabila Gembala Agung datang, kita akan menerima mahkota kemuliaan (1 Pet 5:2-4).

Sesudah kita memperoleh pengetahuan tentang kebenaran ini, janganlah kita sengaja berbuat dosa lagi karena tidak ada lagi korban untuk penghapus dosa itu (Ibr 10:26)

(Sumber: Warta KPI TL No.103/XI/2012 » Renungan KPI TL tgl 11 Oktober 2012, Bapak Tenoyo).