23.41 -
*Berkat*
Hak kesulungan
Dalam tradisi Yahudi, hak kesulungan adalah hak yang diberikan kepada anak laki-laki pertama, yang lahir dalam keluarga itu, dia mendapat 2/3 bagian warisan dari ayahnya.
Misalnya dia mempunyai sepuluh saudara, dua bagian adalah haknya, satu bagian dibagi sembilan. Tetapi ada begitu banyak anak laki-laki yang lahir dari rumah tangga Israel yang tidak mendapatkan hak kesulungannya.
Esau dan Yakup adalah anak kembar; yang pertama Esau (seorang yang pandai berburu, suka tinggal di padang); yang kedua Yakup (seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah) …
Kata Esau kepada Yakup: “Berilah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.” Kata Yakup: “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.” Sahut Esau: “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu? Kata Yakup: “Bersumpahlah dahulu kepadaku.”
Maka bersumpahlah ia kepada Yakup dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. … Esau memandang ringan hak kesulungan itu (Kej 25:24-34). Inilah awal dari Tuhan membenci Esau dan mengasihi Yakup (Mal 1:2-3)
» Esau tidak mengerti seberapa besar efek dari hak kesulungan ini. Tetapi Yakup mempunyai pengetahuan tentang hak kesulungan dari ibunya sehingga dia mengerti dan memahami dampak dari hak kesulungan.
Karena kerinduannya yang dalam (keinginan yang ilahi), Tuhan mengizinkan Yakup menipu ayahnya karena Esau telah terlebih dulu menjual hak kesulungan kepadanya.
Ini bukan berarti Tuhan suka dengan cara Yakup. Maka ada harga yang harus dibayar untuk cara yang tidak halal itu, yaitu penipu (Yakup) ditipu oleh penipu (Laban).
Ketika Yakup lari kepada Laban, dia berangkat sebagai kaipang (pengemis, hanya membawa sebuah tongkat); berkat hak kesulungan, dia pulang sebagai taipan (orang kaya, membawa dua pasukan – Kej 32:10). Jadi, hak kesulungan dapat mengubah nasib dan hidup seseorang.
Ruben adalah anak sulung, tetapi tidak lagi yang terutama sebab dia telah menaiki tempat tidur ayahnya, dia telah melanggar kesuciannya (Kej 49:3-4), maka Israel membuatkan jubah untuk Yusuf (Kej 37:3).
Hak kesulungan di dalam Perjanjian Baru diberikan Tuhan melalui pembaptisan. Jika kita mengerti kebenaran ini, maka kehidupan kita akan diubahkan Tuhan secara dahsyat, secara tiba-tiba. Hak ini akan aktif jika kita mau membuka hati kita dan menerimanya.
Seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubai jubah-Nya. Katanya dalam hati: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu (Mat 9:20-22)
» Perempuan ini mengerti perkara ilahi yang akan memulihkan hidupnya sehingga dia berjuang sungguh-sungguh untuk menjamah jubah Yesus, meskipun badannya lemah akibat pendarahan selama dua belas tahun.
Ada seorang pengemis yang buta duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia! … Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”
Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanannya (Mrk 10:46-52)
» Tuhan selalu mengukur kedalaman kerinduan kita akan perkara-perkara ilahi. Apa yang menjadi kerinduan kita, kita harus ungkapkan. Maka Tuhan akan mengubah keadaan kita tidak dengan perlahan-lahan tetapi dengan tiba-tiba.
Setiap orang harus punya kerinduan yang luar biasa akan hal-hal rohani di dalam kehidupannya. Jika kita mengerti hal ini, maka setiap kali kita beribadah, pada saat itu juga Tuhan akan mengubah hidup kita.
(Sumber: Warta KPI TL No. 95/III/2012 » Renungan KPI TL tgl 2 Februari 2012, Dra Yovita Baskoro, MM).