Selasa, 24 Januari 2017

Dulu - sekarang



Dulu, aku pernah sangat kagum pada manusia cerdas, sangat kaya, berhasil dalam karir hidup & hebat dalam dunianya.


Sekarang, aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku, aku kagum dengan manusia yang hebat di mata Tuhan. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa & bersahaja!

Dulu, aku memilih marah karena merasa harga diriku dijatuhkan ketika orang lain berlaku kasar kepadaku, menggunjingku dan menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran.

Sekarang, aku memilih untuk bersyukur dan berterima kasih karena kuyakin ada kasih yang datang dari mereka ketika aku mampu untuk memaafkan dan bersabar.

Dulu, aku memilih mengejar dunia dan menumpuknya sebisaku. Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan dan minum untuk hari ini dan bagaimana cara membuangnya dari perutku.

Sekarang, aku memilih untuk bersyukur dengan apa yang ada dan memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan penuh kasih dan bermanfaat untuk sesama.

Dulu, aku berpikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tua, saudara dan teman-temanku kalau aku berhasil dengan duniaku. 

Ternyata ... yang membuat kebanyakan dari mereka bahagia adalah bukan itu melainkan sikap, tingkah dan sapaanku kepada mereka.

Sekarang, aku memilih untuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.

Dulu, pusat pikiranku adalah membuat rencana-rencana dahsyat untuk duniaku.

Ternyata aku menjumpai teman dan saudara-saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya.

Sekarang, yang menjadi pusat pikiran dan rencanaku adalah bagaimana mempersiapkan diri dan terutama hatiku agar aku selalu siap jika suatu saat namaku dipanggil oleh-Nya.

Tak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati teriknya matahari besok. Tak ada yang bisa memberikan jaminan bahwa aku masih bisa menghirup nafas esok hari. Kalau hari ini dan esok hari aku bisa hidup, itu semata-mata anugerah Tuhan.

(Sumber: Warta KPI TL No.141/I/2017).