Senin, 30 Januari 2017

15.21 -

Doa

Ketika mengetahui dari dokter bahwa anak kedua saya (Hendrik) autis, ada pemberontakan dalam jiwa saya. Terlebih lagi ketika saya banyak mendengar kata-kata yang tidak sedap didengar telinga.


Menghadapi kenyataan ini, hati saya sangat pahit, lalu saya berdoa sambil menangis dan memukul dada serta membenturkan kepala saya ke tanah menyalahkan diri saya sendiri: "Tuhan, jika aku bersalah kepada-Mu, hukumlah aku. Jangan Kau hukum anakku." 



Setelah dua tahun barulah saya mendapatkan jawaban doa saya melalui ayat Kitab Suci, yaitu di Yoh 9:1-3 - Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepadaNya: "Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" 



Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia ..."

Setelah mengetahui bahwa kemuliaan Allah dinyatakan melalui Hendrik, maka saya dipulihkan dari kepahitan saya dan saya mulai bisa bersyukur

Melalui doa-lah kehidupan keluarga saya diubahkan, Tuhan mengajarkan pada adik-adiknya untuk mau melayani kakaknya

Setelah adik-adiknya dewasa dan mempunyai pacar, mereka pun mengajarkan pacarnya untuk mau menerima Hendrik apa adanya. 

Demikian pula dengan anak pertama saya yang menjadi pastor, dia mempunyai belas kasih pada orang-orang yang berkebutuhan khusus. 

Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm 8:26).

Karena kerja berat, maka suami saya jatuh sakit. Dua jam sebelum meninggal dia berpesan: "Ming, pulang saja ke Surabaya dengan anak-anak, aku di sini saja. Janganlah memberkati bos (X) seperti itu."

Pada suatu hari saya mengikuti retret di SEP. Pada sesi pengampunan, pembicaranya berkata: "Bagi Bapak/Ibu yang masih mengalami luka batin harap maju ke depan." 

Begitu saya melihat Bu Cokro, saya seperti melihat X, lalu saya berteriak sambil menangis: "X, kamu kurang ajar, kamu lho ... yang membunuh suamiku." 

Bu Cokro langsung memeluk saya sambil berkata: "Ming, mati hidup kita adalah milik Tuhan, suamimu dipanggil memang kehendak-Nya. Ingat Ming, kamu harus memberi pengampunan, supaya suamimu jalannya enak, supaya hidupmu juga enak." 

Setelah pulang dari retret, saya ke Romo Goris minta didoakan agar rahmat pengampunan turun dalam hidup saya.

Pada saat saya membuat kue, ada telpon dari salah seorang koki yang mengasihi saya, katanya: "Bu, ibu dituduh X sebagai provokator sehingga semua outlet di Bali tutup." 

Tanpa sadar saya berkata: "Kasihan X." Ibu saya yang duduk di samping saya kaget ketika mendengar saya mengatakan "kasihan", karena sudah 7 x saya masuk kamar pengakuan dosa tetapi jawaban saya pada Romo: " Romo, kalau saya disuruh mengampuni X, tidak bisa. Kok enak, suami saya meninggal gara-gara dia."

Sejak saat itu saya benar-benar dipulihkan dari kepahitan saya, saya tidak marah lagi pada X, bahkan saya dapat memohonkan berkat bagi X agar 7 outlet yang di Jakarta dapat berjalan lancar.

Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu (Luk 6:27-28).

Doa adalah karya Roh Kudus, Roh berdoa sesuai dengan kehendak Allah dan Allah mengetahui maksud Roh itu (Rm 8:26-27). Doa inilah yang akan mengubah hati kita sehingga kita mampu melakukan kehendak Allah.

Marilah kita meresapi doa yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus, terutama soal mengampuni. Karena rahmat pengampunan akan memulihkan hidup kita sehingga kita dapat merasakan Allah begitu peduli dan mengerti segala keperluan dan keinginan kita (Mat 6:8; Mzm 38:10). 

Mintalah, maka akan diberikan padamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Bapamu yang di sorga akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Mat 7:7-11)

Perbuatan fasik menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan (Yud 15-16).

Seringkali kita cemburu pada orang fasik, karena mereka sehat dan gemuk, menambah harta benda dan senang selamanya tetapi tidak pernah mengalami kesusahan manusia. Janganlah cemburu kepada mereka karena mereka kurang peka terhadap didikan Tuhan sehingga diakhir hidupnya mereka akan mengalami kebinasaan dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan (Mzm 73:3-5, 12, 17-19). 

Jika saat ini saudara mengalami suatu masalah ... bersyukurlah. Karena melalui suatu masalah, Tuhan mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi sehingga kita dapat hidup secara bijaksana dan adil (Tit 2:12).

(Sumber: Warta KPI TL No.107/III/2013 » Renungan KPI TL tgl 21 Februari 2013, Ibu Pangestu).