Rabu, 11 Januari 2017

05.33 -

Besar anugerah-Mu




Ada seorang penjual sate yang ditabrak sepeda motor hingga tidak sadarkan diri. Karena orang disekitarnya mengenal dia, maka dibawanya ke UGD. Teman-temannya mendoakan dia dan mereka juga memanggilkan Romo. 

Ketika sampai di UGD Romo tersebut berulang-ulang menepuk pipi penjual sate itu sambil berkata: “Panggillah Yesus.” Tiba-tiba terdengarlah teriakanTe ... sate...


Ada sebuah mobil yang terlempar masuk ke jurang yang dalamnya 50 meter, ada penumpang yang meninggal, ada pula yang patah kaki dan punggungnya. Dalam kejadian itu ada seorang ibu yang berumur 65 tahun terlempar di jerami-jerami, jauh dari teman-temannya, tetapi dia tidak mengalami luka sama sekali

Dari kedua kejadian itu, ada perbedaan antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya (Mal 3:18).

Penjual sate - melakukan kegiatan rohani: ke gereja tiap minggu, selalu hadir dalam suatu komunitas dan rajin berdoa pribadi hanya sebagai kewajiban; dia tidak pernah mengaku dengan mulutnya dan percaya dalam hatinya bahwa Yesus adalah Tuhan yang membenarkan dan menyelamatkan (Rm 10:9-10).

Cirinya: tidak mempunyai iman (semangatnya patah seperti tulang - Ams 17:22) dan seringkali pikirannya melayang-layang kemana-mana ketika ada masalah. Jika ada masalah sepele saja, dia mudah stres dan mengomel, menggerutu, menyalahkan orang lain, memaki-maki, menghakimi (Mat 12:36). Jadi, pikirannya ditawan oleh si jahat, disesatkan dan diperdaya seperti Hawa (2 Kor 11:3).

Seorang ibu yang berusia 65 tahun - melakukan kehidupan rohani: ke gereja tiap minggu, selalu hadir dalam suatu komunitas dan rajin berdoa pribadi sebagai kerinduan.

Dia juga tahu bahwa jika tidak melakukan kehendak-Nya (berbuat baik) adalah berdosa (Yak 4:17). Kehendak-Nya adalah bersukacita senantiasa dan tetap berdoa, jika kita sudah melakukan kedua hal ini, maka baru kita bisa mengucap syukur dalam segala hal. Jika kita tidak melakukan ketiga hal ini, Roh kita akan padam (1 Tes 5:16-19).

Jadi, pikiran kita dikendalikan oleh pikiran kita sendiri (punya jati diri sendiri); pikiran kita ditawan oleh Tuhan dalam seluruh hidup kita, baik saat duduk atau berdiri, berjalan dan berbaring (Mzm 139; Ul 6:7) sehingga kita dapat menangkap anugerah-Nya. Semakin kita belajar melakukan kehendak-Nya, maka akan semakin besar anugerah-Nya bagi kita.

Cirinya: selalu memperkatakan firman Tuhan (Tuhan adalah Allah yang dahsyat - 1 Taw 16:25; Allah itu perkasa - Ayb 36:5; Yesus kasihanilah aku! - Mrk 10:47; Tuhan, tolonglah aku! - Mat 14:30 dll).

Manusia kalau pikiran dan hatinya baik, melihat dan jalan di tempat yg baik maka akan menikmati hari-hari yang baik lebih-lebih kita punya Allah yang Mahabaik, maka kita pasti menjadi baik (Bdk. 1 Ptr 3:10).

Ketika dokter mengatakan bahwa saya terkena tumor di sekat otak, saya langsung berdoa: “Tuhan, aku serahkan hidupku ke dalam tangan-Mu. Hidup atau mati ada ditangan-Mu. Aku percaya, jika Engkau mau menghidupkanku, umurku pasti diperpanjang seperti raja Hizkia (2 Raj 20:1-11). Amin.”

Pada tanggal 25 Februari 2011 kepala saya dibuka untuk diambil tumornya. Setelah kepala saya ditutup, ternyata kepala saya masih terasa sakit. Lalu diadakan pemeriksaan lagi dengan cara lain; saya diinfus dengan campur obat tertentu, tujuannya agar pembuluh darah membesar dan kelihatan semuanya pada saat difoto. Pada saat difoto, badan saya terasa terbakar dan kepala saya juga terasa terbakar, panasnya seperti air mendidih.

Berdasarkan pemeriksaan itu, ternyata ada tumor yang masih tertinggal. Dalam hati saya berkata: “Dokter operasi kok sembarangan! Kenapa tidak dilakukan pemeriksaan lengkap terlebih dulu sebelum melakukan operasi, sehingga kepala ini tidak perlu dibuka tutup.”

Meskipun hati jengkel, saya belajar seperti Bunda Maria “menyimpan segala perkara itu di dalam hati dan merenungkannya.” (Luk 2:19). 

Jumat malam, ada seorang teman menyarankan untuk cari alternatif kedua yaitu operasi di Singapura. Tetapi saya masih pikir-pikir biayanya, karena untuk bayar DP operasi di Surabaya tidak punya persiapan, apalagi operasi di Singapura. Dia mendesak saya untuk mengambil keputusan saat itu juga, akhirnya saya menyetujuinya.

Selasa jam tiga pagi, saya sudah diperiksa oleh dokter di sana. Dia minta hasil lab Surabaya, slidenya. Tetapi hasil lab Surabaya tidak bisa dibacanya, maka saya diharuskan melakukan pemeriksaan ulang.

Pada tanggal 14 Maret 2011, kepala saya dibuka untuk kedua kalinya ... ada 8 bagian yang diambil. 

Pada tanggal 19 Maret 2011, dilakukan pemeriksaan MRI Nuklir ... ternyata terjadi peningkatan jumlah kankernya. Melihat kenyataan itu, saya berdoa: “Tuhan, aku nggak mau peduli dengan nama penyakitku. Aku hanya mau percaya kepada-Mu, lingkupilah seluruh tubuhku, jamahlah aku, jika rencana-Mu menyembuhkanku. Aku serahkan seluruh kehidupanku ke dalam tangan-Mu. Amin” 

Syukur kepada Allah, berkat operasi tumor (meningoma) yang gagal di Surabaya, di Singapura ditemukan penyakit kanker ganas (adenokarsinoma). Akhirnya saya ganti dokter, dari dokter otak ke dokter kanker. Kata dokternya: “Umurmu tinggal setahun, karena kankermu sudah stadium 4 dan telah menyebar kemana-mana maka harus diradiasi dan dikemo. Berdoalah melalui perantaraan Bunda Maria, mudah-mudahan Dia memperpanjang umurmu.”

Pada tanggal 25 Maret 2011 untuk pertama kalinya diadakan radiasi; kanker di otak yang sudah diambil tanggal 14 Maret ternyata muncul lagi bahkan kankernya sudah menyebar di seluruh tubuh. Akhirnya dokter tersebut membuat jadwal untuk radiasi dan kemo. 

Puji Tuhan, berkat dukungan doa teman-teman dan juga penyerahan diri yang total, saya melihat semakin besar anugerah-Nya bagi saya sehingga pada tanggal 4 April 2011 sebagian besar kanker sudah dihapuskan oleh-Nya.

Jadi, jadwal pemeriksaannya sekarang diundur 9 bulan lagi, yaitu bulan Agustus 2012. Semua itu terjadi karena kuasa-Nya yang luar biasa

Ya Allahku, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepadaMu, tubuhku rindu kepada-Mu ... sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai (Mzm 63:2, 8).

Apapun yang terjadi di dalam hidup kita, kita harus selalu berbuat baik dengan cara menanggalkan semua perkara dan menyerahkannya ke dalam tangan-Nya; menawan pikiran kita kepada Tuhan sehingga Roh kita tidak padam. Hal inilah yang memampukan kita dapat melakukan kehendak Allah, meskipun kita disakiti orang lain, mengalami cobaan, celaka, menjalani suatu hukuman.

(Warta KPI TL No. 91/XI/2011 » Renungan KPI TL tgl 17 November 2011, Bapak Donny Vincent).