22.52 -
*Iman*
Jangan takut
Ternyata dalam perjalanan pulang, saya menerima telpon dari istri saya yang mengatakan bahwa anak saya kondisinya sangat buruk dan dia harus masuk ICU. Saya langsung balik lagi ke RS.
Saat saya menunggu di luar ruang ICU saya melakukan pujian-penyembahan dengan berbahasa roh. Orang-orang di sekeliling saya merasa heran melihat kelakuan saya, tetapi saya tidak memperdulikan reaksi mereka.
Saat itu hati saya benar-benar sangat takut, membayangkan cucu saya akan ditinggal papanya dalam kondisi masih muda.
Tiba-tiba saya diingatkan Tuhan dengan peristiwa yang sama di ICU Karangmenjangan, anak laki-laki saya yang baru kelas 5 SD sakit infeksi ginjal (batuk terlalu lama sehingga virusnya turun ke ginjal).
Saat itu saya benar-benar sangat takut kehilangan dia, jadi saya sebisa-bisanya berdoa, saya memanggil-manggil nama “Tuhan Yesus”, meskipun saat itu saya belum dibaptis dan belum mengenal-Nya secara pribadi.
Tiba-tiba saya merasakan ada tiupan angin … dan anak saya mengalami kesembuhan secara ajaib.
Syukur kepada Allah, anak saya di ICU hanya 3 hari dan hasil pemeriksaan dokter baik semuanya, meskipun sebelumnya ada perasaan takut di hati saya karena kata-kata dokter (jangan berharap dapat pulang sebelum 2 minggu).
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm 90:12)
Ada seorang anak yang sangat bergembira, sambil menyanyi-nyanyi dia melihat pemandangan di luar kereta api. Ketika melihat sesuatu dia berkata kepada mamanya: “Ma, ada … (pohon, sapi dll).”
Ketika kepala kereta tidak terlihat karena kereta berada di dalam terowongan dan jalannya memutari bukit, anak kecil ini sangat ketakutan dan dia memeluk mamanya erat-erat.
Kata mamanya: “Jangan takut. Sebentar lagi kita akan ke luar dari terowongan yang gelap ini dan kita akan sampai di tempat tujuan kita.”
Sekalipun aku berjalan di lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku (Mzm 23:4)
Di pesawat terbang, di kapal laut, di gedung bioskop, di pertokoan dll. ada pintu daruratnya. Jika terjadi sesuatu kita dapat segera menyelamatkan diri melalui pintu darurat tersebut.
Di Malaysia, “pintu darurat” bernama “pintu kekuatiran” Apa perbedaannya antara pintu darurat dan pintu kekuatiran? Ternyata kalau kita kuatir maka kita dalam posisi darurat, akal pikiran kita tidak jalan sehingga kita butuh pertolongan.
Jadi, janganlah kamu kuatir tentang apapun juga, nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Flp 4:6).
Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu (Mat 6:25-34).
Ingatlah! Allah telah menyertai kita dengan karya-Nya yang luar biasa dalam setiap pertumbuhan iman kita. Bahkan Dia telah memberikan pada kita Anak-Nya yang tunggal sebagai penuntun hidup kita.
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6)
Jika saat ini kita dalam keadaan darurat, ingatlah janji Tuhan ini
1 Aku datang supaya manusia mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10).
2 Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan (Yes 41:10).
3 Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu (Yes 46:4).
Marilah kita menghitung hari-hari yang telah kita lalui dengan bijaksana sehingga kita dapat melihat penyertaan Tuhan di masa lampau, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
(Sumber: Warta KPI TL No. 89/IX/2011 » Renungan KPI TL tgl 11 Agustus 2011, Bapak Djatmiko).
Takut tentunya pernah dialami oleh setiap orang. Takut itu sesuatu yang sangat wajar, alamiah, bukan hal yang aneh yang perlu kita ditutup-tutupi.
Ketakutan adalah kekuatiran yang terus menerus yang ada dalam hidup kita.
Ketakutan yang mencekam bersifat mengikat dan sangat mempengaruhi jiwa dan hati dalam berpikir dan melakukan sesuatu sehingga menghilangkan semangat, keyakinan dan melemahkan kekuatan batin.
Didalam Kitab Suci bahasa aslinya, kalimat “jangan takut” muncul sebanyak 365 kali. Sama jumlahnya dengan hari dalam setahun. Artinya Tuhan ingin kita menjalani setiap hari tanpa ketakutan.
Perasaan takut tidak akan menyelesaikan apa pun, tetapi justru merugikan diri sendiri.
Karena takut
1. Kita menjadi ragu melakukan sesuatu yang kita anggap benar
2. Membuat hati kita tidak tenang, tidak tentram sehingga hidup kita tidak dipenuhi kenyamanan dan rasa tenang.
3. Kita tidak mengakui kasih Allah yang setia menjaga kita siang malam.
Bagaimana cara mengatasi ketakutan. Apakah ketakutan ini menghalangi kita dekat dengan Tuhan sehingga kita tidak berdoa, menghalangi rencana Tuhan bagi hidup kita. Itulah yang menjadi persoalan.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku (Mzm 23:4).
Tanggal 27 Oktober 2015 saya minta menantu saya untuk mengantar ke dokter karena saya sudah tiga hari saya batuk pilek.
Saya minum obat dan beristirahat dengan harapan segera sembuh dan besok paginya dapat berangkat ke Purwokerto untuk melayani di sana. Namun, sore harinya tubuh saya semakin menggigil kedinginan.
Jam enam, tiba-tiba hp saya berdering, ternyata sahabat saya (X) yang menelpon. X bertanya: “Apakah kamu sakit?” Jawab saya : “Ya.” Katanya: “Aku akan ke rumahmu sekarang. Kamu siap-siap ke rumah sakit.”
Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa saya sakit, maka ketika X mengajak saya ke rumah sakit, saya kebingungan dan bertanya: “Ngapain ke rumah sakit?”
Kata X: “Kamu nggak usah banyak tanya, sekarang ini aku sudah ada di tengah jalan, sudah dekat rumahmu, kamu siap-siap pakai baju, sampai di rumahmu kita langsung berangkat.”
Karena tidak ingin mengecewakan X, maka saya siap-siap berangkat.
Baru saja keluar dari rumah, X bertanya: “Kita mau ke mana?” Jawab saya: “Aku nggak tahu, kan kamu yang mengajak. Rumah Sakit yang terdekat Mitra Keluarga Waru.”
Belum sampai Rumah Sakit, hp saya berdering lagi. Ternyata sahabat saya (Y) seorang dokter spesialis jantung yang menelpon.
Tanya Y: “Ada di mana? Jawab saya: “Ada di mobil”
Kata Y: “Katanya sakit, mau ke mana?” Jawab saya: “Ke Rumah Sakit Mitra Keluarga.” Kata Y: “Baik, Cepat ke sana dan masuk UGD.”
Mendengar itu saya bingung, pikir saya: “Ngapain hanya sakit batuk pilek masuk UGD”.
Sesampainya di Rumah Sakit, ada beberapa suster yang keluar membawa kursi roda dan tempat tidur. Melihat hal itu saya bingung, karena waktu berangkat, saya dapat berjalan sendiri, sekarang pun saya dapat berjalan sendiri ke UGD.
Begitu saya berbaring di UGD, tangan kiri saya langsung ditusuk jarum infus 3, tangan kanan saya juga ditusuk jarum infus 4 dan juga dipasang kateter karena salah satu obat bereaksi banyak mengeluarkan cairan tubuh.
Setelah semuanya dipasang, tiba-tiba dada saya sesak sekali. Lalu saya di bawa ke ICU. Di sana semua peralatan dan monitor dipasang.
Waktu malam, semua tirai pembatas antar pasien ditutup dan lampunya dimatikan. Tetapi tempat saya berbaring, tirainya tetap dibuka dan lampunya menyala terang benderang. Tujuannya agar dokter dan suster yang lewat bisa memonetor saya setiap detik.
Di ICU ada banyak ketakutan, saya ingin menghubungi banyak orang agar memperoleh kekuatan, tetapi tidak bisa karena hp disita oleh menantu saya.
Waktu dokter Y datang mengunjungi saya, dia tersenyum dan memegang tangan saya sambil berkata: “Pak Jatmiko, tugas pak Jatmiko cuma berdoa minta belas kasihan Tuhan. Tugas saya menggunakan seluruh kepandaian saya dan seluruh peralatan untuk melakukan yang terbaik.”
Pada saat kritis itu tiba-tiba Tuhan mengingatkan saya ayat di Yesaya 41:10. Lalu saya menyanyikan lagu tersebut.
Janganlah takut, sebab Aku mrenyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan (Yes 41:10)
Ketika saya menyanyi, saya merasakan ada sesuatu yang masuk dalam tubuh, ada kekuatan baru dalam jiwa saya, perasaan takut yang mencekap itu telah diangkat oleh-Nya sehingga saya memperoleh ketenangan dan saya dapat tidur.
Ketika melihat saya tidur, para suster bersukacita karena mereka tahu bahwa masa kritis saya sudah lewat dan mujizat akan terjadi pada saat saya tidur.
Anak saya memberitahu bahwa Misel, anaknya sakit perut. Setelah digosok minyak kayu putih, dia masih menangis dan mengatakan bahwa sekarang pusing kepalanya dan sakit punggungnya.
Akhirnya dia berkata bahwa kepikiran kakeknya dan tidak ingin ditinggalkan kakeknya.
Setelah saya mendengar cerita anak saya, saya sangat terharu dan rindu segera bertemu cucu saya.
Ketika sudah boleh dikunjungi, ketiga cucu saya dibawa ke rumah sakit. Mereka mengelilingi tempat tidur saya dan bergantian mendoakan saya.
Hal inilah yang memberi semangat dan kekuatan baru dalam hidup saya, saya tidak takut lagi karena saya tahu bahwa Tuhan beserta saya.
Sebagai manusia biasa, saya merasa heran karena menantu saya belum minta biaya untuk membayar rumah sakit.
Ketika saya bertanya kepadanya, dia tersenyum sambil berkata: “Papi, nggak usah mikirin masalah ini. Ada deposit dari sorga atas nama papi untuk pengobatan selama di rumah sakit.”
Seminggu setelah berada di rumah sakit, saya diijinkan pulang. Dan menantu saya yang mengurus administrasinya.
Begitu melihat perincian biaya rumah sakit dan deposit yang diberikan hanya selisih dua puluh tiga ribu, saya menangis karena melihat penyertaan-Nya yang sungguh luar biasa dalam hidup saya.
Setelah kejadian ini, saya merefleksikan hidup saya.
Sungguh luar biasa, Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi saya (Rm 8:28). Saya merasa sakit batuk pilek, ternyata penyakit saya serius karena saat itu jantung saya hanya dapat bekerja 5% saja.
Sungguh, Tuhan telah sediakan segala sesuatunya, melalui sahabat-sahabat. Meskipun saya tidak memberitahu kepada mereka bahwa saya sakit, mereka digerakkan oleh-Nya menjadi malaikat-malaikat-Nya menolong saya.
Jika dipikir secara logika, bagaimana mungkin seseorang bisa mendepositkan suatu jumlah tertentu dan deposit itu pas (bahkan masih ada sisa dua puluh tiga ribu) dengan biaya rumah sakit, tanpa dia tahu berapa lama saya di rumah sakit.
Semua itu hanya dapat dilakukan oleh Satu Oknum, yaitu Tuhan yang begitu mengasihi kita, sehingga Dia sediakan segala sesuatunya sebelum hal itu terjadi.
Sungguh, saya sangat bersyukur karena boleh mengenal firman-Nya sehingga firman yang telah tertanam di dalam hati saya berkuasa menyelamatkan jiwa saya (Yak 1:21)
Marilah kita membalas kebaikan-Nya dengan memuji, menyembah dan melayani-Nya dengan sungguh-sungguh.
(Sumber: Warta KPI TL No.129/I /2016 » Renungan KPI TL Tgl 26 November 2015, Bpk Mikael Djatmiko).