Senin, 03 Oktober 2016

21.39 -

Sikap hati yang benar dalam doa

Seringkali dalam doa kita mengimani dan mengklaim apa yang kita inginkan (kanak-kanak rohani - tingkat kebijaksanaannya belum cukup). Pada saat masa ini Bapa memberikan segala keinginan kita, asal tidak membahayakan kehidupan kita. 


Tetapi ketika sudah dewasa rohaninya, kita diajar bukan saja sekedar percaya tetapi berani mempercayakan seluruh jalan hidup kepada Allah



Ingatlah! Allah selalu peduli dengan kebutuhan anak-anak-Nya, meskipun kita tidak mengucapkannya; selera-Nya jauh lebih baik dan jauh lebih tinggi dari pada selera kita. 



Ada orang yang salah mengerti hal ini, sehingga dia berkata: “Kalau gitu saya tidak perlu berdoa, Tuhan kan Maha Tahu. Jadi mbatin saja sudah cukup.” 

Kita semua pernah mengalami penolakan Tuhan terhadap apa yang kita minta, karena Tuhan merindukan kita selalu hadir di hadirat-Nya sehingga kita tahu rancangan yang terbaik buat kita. 

Kedewasaan rohani tidak dapat dilihat dari umur. Jadi, iman dan doa bukan sarana untuk mengatur Tuhan. 

Doa merupakan penyerah diri kita secara mutlak kepada Tuhan, dan tidak lagi menangani masalah dengan kekuatan dan upaya kita sendiri.

Doa mempunyai perbatasan. Memang, melalui penebusan Yesus, kita bisa langsung ke takhta Allah. Tetapi melalui penebusan itu, kita tidak diberi kuasa untuk mendikte Tuhan. Tetapi seringkali anak-anak Tuhan beranggapan bahwa doa sebagai sarana untuk mengklaim Tuhan, seolah-olah kehendaknya sedemikian hebat sehingga Tuhan harus tunduk pada kehendak kita. Ingatlah, Dia Pencipta, kita hanyalah ciptaan-Nya

Akibat dari sikap hati yang salah ini, seringkali kita mengalami kekecewaan, selalu merasa kuatir dan stres sehingga tidak ada sukacita pada saat mengalami penderitaan dalam menghadapi gelombang kehidupan ini.

Sehingga mereka berkata: “Untuk apa kita percaya pada Allah” dan “Untuk apa kita berdoa.” - akal sehat kita belum bisa menangkapnya.

Doa menghantar kita pada batas sejauh yang dapat kita tempuh. Kalau kita mempercayakan diri pada Tuhan sehingga kedaulatan-Nya tidak kita abaikan, maka Tuhan yang memilik-i seluruh kebijaksanaan akan menjawab semua yang kita inginkan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya di dalam hidup kita.

Setiap orang percaya tidak akan pernah merasa kecewa pada Tuhan, jika mereka mengetahui makna sebenarnya dari doa:

Memberikan pengharapan bahwa sesuatu yang terbaik akan datang ~ berani memandang kehidupan ini dari sudut pandang Allah bukan dari sudut pandang manusia. Jadi mampu menyiapkan hati atas segala kemungkinan yang terburuk tanpa hancur terpuruk di dalamnya.

Pengakuan bahwa pemilihan terbaik tetap pada Tuhan, sebab putusan apapun yang diambil oleh Sang Pencipta tidak akan pernah membuat kita kecewa, melainkan kita selalu akan bersyukur kepada-Nya.

Maka sangat penting mengetahui kebenaran firman Tuhan di bawah ini, agar kita mengerti rancangan Tuhan buat kita.

Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).

Betapa besarnya pekerjaan-Mu, ya Tuhan, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu. Orang bodoh tidak dapat mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu (Mzm 92:6-7).

Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes 55:8-9).

Sikap hati yang benar di dalam doa adalah faktor yang amat penting di dalam pertumbuhan rohani kita.

Marilah kita belajar berdoa secara Alkitabiah

Ketika Allah hendak menghancurkan kota Sodom karena sangat berat dosanya, Allah tidak menyembunyikan hal itu pada sahabat-Nya (Yak 2:23).

Abraham datang mendekat dan berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya. ... Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Tuhan berfirman: “Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka.” 

Abraham menyahut: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu. Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?” Firman-Nya: “Aku tidak memusnahkannya, jika kudapati empat puluh lima di sana.”

Kata Abraham: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” Firman-Nya: “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu.”

» Abraham begitu gigih dalam doa syafaatnya. Tetapi dia sadar bahwa tidak bisa bergerak terus untuk memaksakan kehendaknya sendiri. Karena dia begitu mengasihi dan menghormati Tuhan, dia tahu hati dan perasaan sahabat-Nya, lebih-lebih dia mengerti kedaulatan Tuhan (disebut beriman). Allah tahu sikap hati Abraham. Maka, kerinduan yang tak terucapkan itu dipedulikan oleh sahabat-Nya dengan cara: mengutus malaikat-malaikat-Nya untuk menyelamatkan keluarga Lot, keponakannya (Kej 18:16 - 19:29).

Pada waktu petang, ketika Daud bangun dari pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sontoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.

Lalu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Lalu mengandunglah perempuan itu.

Berkatalah Natan kepada Daud: “... mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan tewas dengan pedang; istrinya kauambil menjadi istrimu...” Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan.” 

Natan berkata kepada Daud: “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu; engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu akan mati.”

Kemudian Tuhan menulahi anak yang dilahirkan bekas istri Uria bagi Daud, sehingga sakit. Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa tujuh hari tujuh malam, berbaring di tanah, pikirnya: “Siapa tahu Tuhan mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.” (2 Sam 12:22).

Ketika mengetahui anaknya telah mati, ia bangun dari lantai, ia mandi berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. 

Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, istrinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu

» Daud memakai berbagai macam metode doa, tetapi dia mengerti kedaulatan Tuhan, maka dia menyerahkan keputusan terakhir pada Tuhan. Meskipun keputusan Tuhan tidak sesuai dengan harapannya, dia mampu bersyukur dan memuji Tuhan.

Sikap doa yang benar inilah yang membuat Tuhan menghargai Daud, bahkan sejak saat itulah Tuhan lebih mengasihi Daud (Bdk. 1 Sam 13:14).

Dari rahim yang samalah Tuhan memberikan seorang anak laki-laki sebagai gantinya. Yang kelak anak itu menjadi raja menggantikan ayahnya, Daud; dia mempunyai hikmat yang luar biasa dan yang membangun Bait Suci untuk Tuhan (2 Sam 11-12).

Yunus berseru: “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.”

Orang Niniwe percaya kepada Allah lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.

Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: “Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.

Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya sehingga kita tidak binasa.” (Yun 3:9).

Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak melakukannya (Yun 3:4-10)

» Tuhanlah yang mempunyai seluruh kebijaksanaan. Ketika melihat pertobatan yang luar biasa itu, menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka.

Supaya Paulus tidak meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka dia diberi suatu duri di dalam dagingnya. Meskipun dia sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, jawab Tuhan: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor 12:7-10)

» Paulus seorang pengkotbah yang luar biasa, segala karunia ada padanya. Tuhan tahu segala kelemahan Paulus, maka Tuhan tidak mengabulkan doanya.

Meskipun doanya tidak dikabulkan, Paulus tidak merasa kecewa karena dia mengerti adanya kedaulatan Tuhan yang tidak mungkin diterobosnya. Iman Paulus menembus batas iman kebanyakan orang Kristen; bukan sekedar percaya tetapi mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah.

Tujuan ilahinya: agar dia tidak sombong dan tidak jatuh tersandung menuju kebinasaan. Dengan imannya, dia dapat mengakhiri pertandingan dengan baik dan dapat mencapai garis akhir seperti apa yang Tuhan kehendaki (2 Tim 4:7).

Ketika Paulus mengerti bahwa itu kehendak Allah, maka dia berhenti meminta. Keluhannya berubah menjadi ucapan syukur, bahkan meledak dengan sukacita yang luar biasa.

Apa yang dulu dirasanya sebagai gangguan, ternyata sekarang merupakan berkat yang luar biasa di dalam hidupnya. Apa yang dirasakannya sebagai kelemahan, sekarang dilihatnya sebagai gerbang aliran kuasa Kristus yang dahsyat bagi kehidupannya.

Kesesakannya adalah kesesakan yang melegakan. Penderitaannya adalah penderitaan yang memberikan penghiburan. Kesusahannya adalah kesusahan yang membawa sukacita yang besar. Ania yang dialaminya adalah ania yang dijalani dengan rela

Yesus berlutut dan berdoa, kata=Nya: “Ya, Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”

Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya (Luk 22:41-43)

» Yesus 100% manusia dan 100% Allah. Meskipun Yesus adalah Anak Allah, Dia tidak pernah mendikte Bapa-Nya. Penolakan Bapa-Nya, bukanlah suatu kekejaman/kesewenangan. Justru melalui penolakan itu, Bapa hendak memperlihatkan pada kita bahwa itulah karunia kasih yang terbesar buat semua manusia (Yoh 3:16).

Dalam doa Gereja Katolik selalu memakai kata “semoga”, yang berarti memberikan kedaulatan penuh kepada Allah. Kalau Allah memberikan bersyukur, kalau tidak memberikan ya nggak apa-apa.

Tetapi banyak orang Katolik yang kurang mengerti, sehingga merasa kurang yakin menggunakan kata tersebut. Lalu mulai ikut-ikutan cara orang lain berdoa.

Marilah kita belajar berdoa secara Alkitabiah sehingga kata-kata kita tidak menyakitklan hati Allah. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 66/X/2009 » Renungan KPI TL tgl 1 Oktober 2009, Dra Yovita Baskoro, MM).