Senin, 10 Oktober 2016

Santa Helena dan Salib Suci




Ketika raja Persia menaklukkan Tanah Suci dan menduduki Yerusalem, ia merampas Salib Yesus dan membawanya ke Persia

Tetapi tidak lama kemudian Kaisar Romawi Heraklius mengalahkan Persia, Salib Tuhan itu dikembalikan atas tuntutannya. Heraklius sendiri memikul Salib Tuhan itu hingga ke puncak Golgota.



Setelah Konstantius Klorus meninggal (tahun 306), Konstantinus anaknya menjadi Kaisar Romawi Barat. Empat tahun kemudian, terdapat lima kaisar di Kekaisaran Romawi yang saling bersaing: Konstantius, Maxentius, Licinius, Galerius dan Maximinus. 



Tatkala Galerius meninggal dunia, kekaisaran dibagi dalam empat bagian: Konstantinus memerintah di Gaul (Prancis), Britania (Inggris) dan Raetia (Swiss); Maxentius di Spanyol, Italia dan Afrika Utara; dan bagian timur kekaisaran diperintah oleh Licinius dan Maximinus.



Pada tahun 312, Maxentius menyerang Konstantinus. Dalam kegentingan itu, Konstantinus mengalami suatu penglihatan ajaib: sebuah salib tampak di langit dengan pancaran cahaya yang berkilau-kemilau. Pada salib ajaib itu terpampang tulisan Yunani “Tuoto Nika” yang artinya “Dalam tanda ini engkau akan menang!” 

Konstantinus yakin bahwa Tuhan menghendaki dia bersama pasukannya bertempur dengan memakai tanda itu. Segera ia memerintahkan seluruh pasukannya berperang di bawah panji salib suci. 

Konstantinus menang mutlak atas musuhnya Maxentius dan memasuki kota Roma dengan jaya. Konstantinus bersama pasukannya dielu-elukan oleh seluruh umat Kristen, yang beberapa tahun silam dianiaya. 

Karena kemenangan ini, Konstantinus memberikan kebebasan kepada agama Kristen, bahwa agama Kristen diakui sebagai agama negara

Semua orang Kristen yang masih mendekam dalam penjara dibebaskan dan Konstantinus dan ibunya bertobat menjadi Kristen.

Di bawah bimbingan dan dorongan ibunya yang saleh itu (Helena), Konstantinus mendirikan banyak gereja, mengembalikan semua kekayaan Gereja yang dijarah oleh penguasa Romawi yang lalim, dan banyak menghadiahkan banyak bidang tanah kepada Gereja.

Sebagai penghormatan kepada ibunya yang saleh itu, Konstantinus mengangkat ibunya menjadi ratu; Drepanum, kota asal ibunya diubah namanya menjadi Helenapolis.

Pada tahun 324, Helena berziarah ke Tanah Suci Yerusalem untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan banyak rahmat kepada keluarganya

Dalam ziarah itu, Helena bertekad menemukan Salib Suci, tempat Yesus menebus seluruh umat manusia dengan mengucurkan darah-Nya

Berkat bimbingan Roh Kudus, ditemukanlah tiga buah salib di sebuah sumur dekat bukit Golgota di Yerusalem. Paku-pakunya pun masih ada pula. 

Kesulitan yang timbul ialah “betulkah ketiga salib itu adalah salib yang bersejarah itu? Manakah Salib Yesus? 

Akhirnya ketiga salib itu dibawanya kepada Uskup Yakobus, Uskup juga tidak tahu mana yang salib Yesus. 

Lalu Uskup mengajak Helena berdoa minta petunjuk Tuhan Yesus sendiri. Ketika mereka sedang berdoa, Uskup langsung mendapat petunjuk. 

Di sekitar tempat itu ada seorang ibu tua yang sedang sakit keras, bahkan sudah hampir mati. Sudah diobati oleh beberapa tabib tapi tetap tidak berhasil disembuhkan.

Ketiga salib itu dibawa kepada ibu yang sudah tua itu. Mereka berdoa lagi dan minta petunjuk untuk mengetahui yang mana salib Tuhan Yesus.

Salib pertama disentuhkan kepada ibu tua yang sakit, namun tidak ada reaksi apa-apa. Salib yang kedua disentuhkan juga, hasilnya sama, tidak ada reaksi apa-apa. 

Ketika salib ketiga disentuhkan pada tubuh ibu itu, tubuhnya mulai bergerak dan perlahan-lahan dia berusaha untuk duduk. Karena tubuhnya begitu lemah, maka ditolong untuk bisa bersandar ke tembok. Langsung ibu itu diberi minum dan makan. Saat itu juga sembuh! Maka sejak itu, tersiar di mana-mana mengenai mujizat Salib Tuhan Yesus.

Sejak kejadian itu, maka salib Tuhan Yesus dijadikan relikwi. Di tiap meja altar Gereja induk (Katedral) di Eropa diletakkan di meja altar sepotong kayu kecil yang berasal dari Salib Yesus.

Relikwi adalah barang-barang yang pernah dimiliki oleh orang-orang suci. Entah itu pakaian atau benda-benda yang selalu dipakainya.

Saking gembiranya, Helena memohon kepada puteranya Konstantinus agar mendirikan gereja di atas bukit Golgota untuk menyimpan salib yang tak ternilai itu. Ia memotong sebagian untuk di kirim masing-masing ke Roma dan Konstantinopel. Dua buah gereja lain dibangunnya, masing-masing di Betlehem, tempat kelahiran Yesus dan di bukit Zaitun, tempat Yesus mengalami sakratulmaut dan diangkat ke surga.

Pada tanggal 14 September Gereja merayakan pesta Salib Suci. Penemuan Salib Tuhan ini dikaitkan dengan penemuannya oleh Santa Helena. Lebih dari itu pesta ini lebih merupakan ungkapan iman Gereja terhadap Salib Yesus sebagai jalan keselamatan.

(Sumber: Warta KPI TL No. 78/X/2010 » Renungan KPI TL tgl 23 September 2010, Bapak Effendy; Orang Kudus Sepanjang Tahun, Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM).