00.33 -
*Orang Kudus dan tokoh Alkitab*
Santa Faustina
Bapaknya seorang petani merangkap tukang kayu. Bersama ibunya ia rajin bekerja. Mereka menganggap bekerja keras itu sebagai jalan kepada kesalehan.
Ibunya mendidik anak-anaknya dengan lemah-lembut tetapi tegas. Pasangan suami-istri ini selalu menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Dalam rumah mereka ada peraturan seperti dalam biara yaitu berdoa dan bekerja.
Pendidikan Helena hanya mencapai kelas 3 SD. Namun ia seorang anak yang pintar dan rajin. Semboyannya “Biar tahu satu pekerjaan, asal tahu betul.”
Sejak kecil Helena suka berdoa, ia tidak puas dengan doa bersama waktu pagi dan malam saja. Ia sering bangun tengah malam dan berdoa sendiri lama sekali, sampai-sampai ibunya menegurnya. Helena menjawab: “Malaikat Pelindung yang membangunkan aku untuk berdoa.”
Ketika berumur 9 tahun Helena menerima Sakramen Pengakuan dan Sakramen Ekaristi untuk pertama kalinya. “Riwayat Orang Kudus” adalah buku yang paling suka dibacanya, kemudian ia berjuang sungguh-sungguh meneladani para kudus itu. Antara lain ia menjadi “katekis” bagi teman-temannya.
Meskipun keluarga Helena rajin bekerja tetapi mereka tetap miskin. Oleh sebab itu ketika berumur 16 tahun, Helena minta izin pada ibunya untuk bekerja agar dapat menolong orang tuanya.
Sebagai pembantu rumah tangga, Helena bersifat taat, rajin, sopan dan teliti. Setahun kemudian ia pulang ke rumah untuk minta izin masuk biara. Bapaknya keberatan karena tidak mempunyai uang. Helena menjawab: “Aku tak memerlukan uang, Tuhan Yesus sendiri yang akan berjuang supaya aku masuk biara.”
Karena orang tuanya keberatan, maka ia mencari kerja lagi dengan syarat: setiap hari ia bisa hadir Misa, sekali setahun mengikuti retret, dan pada waktu luang mengunjungi orang sakit serta menolong orang miskin.
Ketika berdoa di muka Tabernakel, ia selalu mendengar panggilan Tuhan yang akhirnya pada suatu hari pesta, Yesus langsung memanggilnya, lalu berkata: “Hentikanlah pekerjaanmu sebagai pelayan dan berangkatlah ke Warszawa, agar engkau bisa masuk biara.”
Maka pada tanggal 1 Agustus 1925 ia masuk biara suster Bunda Maria Maharahim. Serikat itu berusaha menolong gadis-gadis dan wanita-wanita yang kurang baik, yang memerlukan pembaharuan rohani melalui perbuatan belas kasihan dan kerahiman.
Pada tanggal 30 April 1926 Helena menerima pakaian biara dan mengenakan nama baru: Sr. Faustina. Pada tanggal 30 April 1928 Sr. Faustina mengikrarkan kaulnya yang pertama.
Sr. Faustina sadar, bahwa “Penderitaan adalah rahmat yang besar. Melalui penderitaan jiwanya menyatukan diri dengan Penyelamat. Dalam penderitaan cinta mengkristal. Makin besar penderitaan, cinta semakin bersih. Dan jiwa yang disucikan oleh kesulitan menjadi rendah hati.
Ketika beradorasi ... aku dapat lebih baik mengenal Tuhan dan diriku sendiri. Semakin aku meneladani Bunda Maria, semakin dalam aku mengenal Allah (BH I, 69; II, 226)
Sr. Faustina sungguh-sungguh berjuang supaya menjadi biarawati yang bertanggung jawab dan semua orang merasa senang dengan kehadirannya.
Ia rela dipindahkan di mana tenaganya dibutuhkan, baik di dapur, di kebun atau di pintu sebagai penerima tamu. Semuanya itu dijalankannya dalam kerendahan hati.
Tuhan sendiri mempersiapkan dia untuk menerima rahmat yang lebih besar, yaitu rahmat mistik, dan rahmat untuk menerima penampakan Tuhan Yesus Yang Maharahim sejak tanggal 22 Februari 1931.
Ia rela dipindahkan di mana tenaganya dibutuhkan, baik di dapur, di kebun atau di pintu sebagai penerima tamu. Semuanya itu dijalankannya dalam kerendahan hati.
Tuhan sendiri mempersiapkan dia untuk menerima rahmat yang lebih besar, yaitu rahmat mistik, dan rahmat untuk menerima penampakan Tuhan Yesus Yang Maharahim sejak tanggal 22 Februari 1931.
Sebagian penampakan Yesus kepada Sr. Faustina:
* Tuhan Yesus berpakaian jubah putih. Tangan kanan-Nya terangkat untuk memberi berkat sedangkan tangan kiri-Nya menyentuh dada-Nya.
Dari dalam pakaian yang terbuka memancarlah dua sinar besar, yang satu merah dan yang lain pucat. Sinar merah menggambarkan darah yang menjadi sumber kehidupan jiwa-jiwa. Sinar pucat menggambarkan air yang menguduskan jiwa manusia.
Sinar-sinar itu melindungi jiwa-jiwa terhadap murka Allah. Kedua sinar itu keluar dari kedalaman kerahiman-Ku ketika Hati-Ku yang sedang menghadapi ajalnya, dibuka dengan tombak di salib.
Dari dalam pakaian yang terbuka memancarlah dua sinar besar, yang satu merah dan yang lain pucat. Sinar merah menggambarkan darah yang menjadi sumber kehidupan jiwa-jiwa. Sinar pucat menggambarkan air yang menguduskan jiwa manusia.
Sinar-sinar itu melindungi jiwa-jiwa terhadap murka Allah. Kedua sinar itu keluar dari kedalaman kerahiman-Ku ketika Hati-Ku yang sedang menghadapi ajalnya, dibuka dengan tombak di salib.
* Lukislah sebuah gambar tepat seperti yang kaulihat ini dan sertakan tulisan di bawahnya: “Yesus aku berharap pada-Mu!
Keluhuran lukisan ini bukan dalam keindahan warna ataupun goresan kuas, melainkan dalam kasih karunia-Ku.
Melalui lukisan ini banyak rahmat akan Kuberikan kepada manusia. Lukisan ini hendaknya mengingatkan tuntutan-tuntutan kerahiman-Ku, sebab iman yang paling kuat sekalipun tidak berguna tanpa perbuatan-perbuatan.
* Selama masih ada waktu, manusia hendaknya bergegas kepada sumber kerahiman-Ku dan memanfaatkan Darah dan Air yang memancar bagi mereka.
* Tuhan Yesus menghendaki Minggu pertama sesudah Paskah menjadi Pesta Kerahiman. Pesta Kerahiman menjadi pengungsian dan perlindungan bagi semua jiwa, khususnya bagi para pendosa yang memprihatinkan.
Tuhan Yesus menghendaki dibuat novena sebelum pesta kerahiman itu dengan maksud: supaya seluruh dunia bertobat dan mengenal Kerahiman Ilahi.
Umat manusia tak akan menikmati damai sebelum mengarahkan hati dengan penuh harapan kepada Kerahiman-Ku.
Umat manusia tak akan menikmati damai sebelum mengarahkan hati dengan penuh harapan kepada Kerahiman-Ku.
Siapa yang pada hari itu mendekati sumber kehidupan, ia akan menerima pengampunan atas segala dosanya dan dibebaskan dari hukuman, jika disertai perbuatan belas kasihan. Tiga cara untuk melaksanakan perbuatan belas kasihan: perbuatan, perkataan, doa.
* Kepada mereka yang mendaraskan Rosario Kerahiman (Koronka)
- Tiada seorang pun yang menyerukan kerahiman-Ku, pernah dikecewakan ataupun dipermalukan. Secara khusus Kusayangi orang yang mengandalkan kebaikan-Ku. Akan Kuberikan apa saja yang mereka minta.
- Bila koronka ini didaraskan dekat orang yang sedang menghadapi ajalnya Aku akan berdiri antara Bapa dan orang itu bukan sebagai hakim yang adil melainkan sebagai Juru Selamat yang rahim.
- Hati para pendosa yang paling tegarpun, bila mendaraskannya, akan dipenuhi ketenangan, pada saat kematian mereka akan diliputi bahagia.
Seandainya jiwa-jiwa mau mendengarkan suara-Ku, ketika Aku berbicara kepada mereka dalam hati mereka, maka dalam waktu singkat mereka bisa mencapai puncak kekudusan (BH II, 50)
Seandainya jiwa-jiwa mau mendengarkan suara-Ku, ketika Aku berbicara kepada mereka dalam hati mereka, maka dalam waktu singkat mereka bisa mencapai puncak kekudusan (BH II, 50)
(Sumber: Warta KPI TL No. 78/X/2010 » Rasul Kerahiman Ilahi, P. Ceslaus, SVD).