Minggu, 30 Oktober 2016

19.40 -

Mata pelita tubuh

Saya termasuk anak yang pintar, mulai dari SD sampai SMA selalu juara satu. Tetapi pada saat membuat skripsi, skripsi tersebut tidak jadi-jadi. Apalagi pada saat ujian, saya merasa tegang sekali. 

Hal ini terjadi karena pola pikir saya yang salah pada saat itu: “dalam mengerjakan segala sesuatu harus sempurna (perfect), harus menjadi yang terbaik sehingga selalu melihat orang lain sebagai pesaing.” 



Jika pola pikir ini sudah mengendap di hati, maka kita tidak akan mempunyai karakter yang dimiliki oleh Tuhan.

Pola pikir yang ditanamkan duniakurang ini kurang itu”. Hal inilah yang membuat kita tidak dapat menikmati hidup dan hidup kita tidak bahagia.

Salah satu organ vital adalah mata. Mata adalah pelita tubuh, artinya cara kita memandang/melihat menentukan segala sesuatu. Apa yang kita pikirkan akan menjelma menjadi perbuatan/emosi kita.

Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu (Mat 6:22-23)

Jadi, janganlah kita terikat dengan sesuatu sehingga kita kehilangan jati diri kita (merasa minder/jelek dll.). Pada saat kita tidak mempunyai sesuatu yang dapat dibanggakanbiasanya tanpa sadar kita mudah sekali menyakiti hati orang lain

Marilah kita belajar seni mengurangi dari pemahat patung, sehingga kita dapat selalu melihat rencana yang indah di balik suatu peristiwa. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 84/IV/2011 » Renungan KPI TL tgl 13 Januari 2011, Rm Yoh.Wayan Marianta SVD).