01.41 -
*Kasih*
Kasih mengubah segalanya menjadi indah
Ada sebuah cerita tentang kehidupan di sorga dan neraka. Pada suatu hari Tuhan memberikan kesempatan kepada seorang pemuda Jason untuk melihat keadaan di sorga dan neraka.
Tempat pertama yang ia pilih adalah neraka. Ketika ia sampai di neraka, ia melihat para penghuninya sedang berkumpul untuk makan.
Dan bel sebagai tanda mulai makan dibunyikan. Namun, ternyata mereka adalah kumpulan orang yang tangannya tidak bisa ditekuk.
Ketika mereka makan, masing-masing berjuang sekuat tenaga dengan berbagai macam cara untuk dapat mengambil makanan yang ada di atas piring mereka dan memasukkan sendok yang ada makanannya ke dalam mulut mereka.
Mereka sibuk dengan diri mereka sendiri, sambil menyenggol piring orang lain dan bahwa sendok mereka mengenai muka orang yang di sebelah mereka pun, mereka tidak peduli.
Dan sampai akhirnya ketika Jason akan meninggalkan neraka, keadaan mereka masih sama yaitu mereka masih tetap tidak dapat makan sama sekali dan bahkan keadaan mereka menjadi lebih parah, mereka menjadi marah dan kesal karena mereka tidak berhasil memasukkan makanan apa pun ke dalam mulut mereka walaupun perut sudah begitu lapar.
Kemudian Jason pun meninggalkan neraka. Ia pergi ke sorga. Dan ternyata ketika ia sudah sampai di sorga ia pun melihat kumpulan orang, yang tangannya tidak bisa ditekuk, yang sudah siap untuk makan.
Kemudian Jason berpikir: “Wah bagaimana ya mereka dapat makan, jangan-jangan seperti di neraka – mereka tidak dapat makan sama sekali karena keadaan tangan mereka sama dengan keadaan tangan orang-orang di neraka yaitu tidak bisa ditekuk.”
Namun kemudian setelah bel tanda untuk mulai makan dibunyikan, Jason begitu terkejut. Apa yang telah dilihatnya di neraka ternyata tidak ia lihat di sorga!
Mereka bisa makan dengan tenang tanpa kemarahan. Bagaimana caranya? Ternyata mereka makan dengan saling menyuapi.
Yang seorang mengambil makanan dari piring teman yang ada di depannya dan kemudian sendok yang sudah terisi dengan makanan tersebut dimasukkan ke dalam mulut teman yang ada di hadapannya itu.
Demikian juga teman yang ada di hadapannya mengambil makanan dari piringnya dan menyuapi makanan untuk dia. Hal itu dilakukan oleh semua orang di sorga yang tangannya tidak bisa ditekuk sehingga mereka bisa makan sampai kenyang.
Dari cerita ini kita melihat dua keadaan yang begitu berbeda. Di dalam neraka tidak ada kasih sayang yang menjiwai para penghuninya, yang ada adalah keegoisan, kemarahan, kebencian, curiga, ketakutan, menyakiti orang lain, dan segala hal buruk lainnya.
Hal ini dapat dilihat ketika mereka yang masing-masing memiliki kelemahan yaitu tangannya tidak bisa ditekuk hanya sibuk dengan mementingkan diri sendiri bagaimana agar dirinya dapat makan tanpa memedulikan yang lain apakah yang lain dapat makan atau tidak.
Dan di antara penghuninya ada perasaan saling takut, curiga, dan tidak senang bila makanannya diambil orang lain. Keadaan ini sangat berbeda dengan di sorga.
Walaupun mereka mempunyai kelemahan dan keterbatasan dengan tangan masing-masing namun karena mereka memiliki kasih maka yang mereka perhatikan pertama-tama bukan diri sendiri tetapi orang lain. Dengan demikian mereka semua dapat hidup dalam damai dan bahagia dengan menikmati makanan mereka.
Dalam kehidupan di dunia ini kita pun bisa mengalami prarasa neraka. Namun sadar atau tidak ternyata kita masing-masing berpotensi menciptakan suasana neraka kapan pun dan di mana pun kita berada.
Dengan saling menaruh kebencian, dengan menghina dan membicarakan kejelekan orang yang tidak kita sukai, dengan saling curiga dan menghakimi, dengan tidak mau mengampuni, dengan sulit diberitahu atau sulit taat sehingga menyusahkan orang di sekitar kita, dengan keegoisan atau ketidakpedulian terhadap orang lain, dengan kata-kata pedas dan kasar, dengan kejudesan kita, dengan menghindari atau menjauhi bahkan menyingkirkan orang yang kurang menyenangkan, dengan menyepelekan orang lain, mengadu domba, tertawa di atas penderitaan, kegagalan dan kejatuhan orang lain, dsb.
Ketika kita melakukan hal itu maka kita seperti menebarkan racun yang mematikan, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
Jadi ketika kita mengalami ketidakenakan dan ketidakdamaian dalam hidup ini, janganlah langsung cepat menuduh atau menyalahkan orang lain, tetapi kita harus cepat introspeksi diri karena mungkin justru kitalah yang menjadi penyebab terciptanya suasana neraka itu.
Dalam kehidupan ini pasti kita semua mau mengalami kehidupan yang tenang, rukun serta damai seperti gambaran taman firdaus di sorga. Bagaimana kita dapat mengalami suasana yang menyenangkan seperti itu?
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat (Rm 12:9-10)
Kasih persaudaraan merupakan ratu segala kebajikan dan dasar segala kesatuan, harus benar-benar menjiwai kehidupan kita di mana dan kapan pun kita berada.
Dalam hidup ini tidak jarang kita akan menemui dan mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan atau bahkan mengecewakan.
Bagaimana agar semua peristiwa hidup yang tampaknya buruk tidak menjadi sebuah kepahitan melainkan sebuah kemanisan untuk kita?
Kasihlah yang dapat membuat manis segala penderitaan atau kesulitan kita. Dan kasih tersebut dapat diwujudkan dengan bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesengsaraan, dan bertekun dalam doa (Rm 12:12).
(Sumber: Warta KPI TL No. 83/III/2011» Vacare Deo Edisi I/XII/2011).
Cintakasih yang sejati
terdapat dalam hal menanggung segala kekurangan sesamaku.
(St. Theresia Lisieux)