Kamis, 08 September 2016

06.40 -

Persiapan menyambut kedatangan Tuhan

Kedatangan Tuhan sudah dekat dan sangat singkat. Maka kita harus waspada dan belajar untuk hidup kudus agar kita tidak masuk di dalam penyesatan-penyesatan oleh Mesias-mesias palsu atau nabi-nabi palsu. 

Pembinasa keji itu akan melakukan apa saja untuk menghalalkan apa yang dia perbuat. Mereka pun dapat menyamar sebagai malaikat terang dengan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat (jangan kejar mujizat-mujizat, karena hal itu akan membawa kita pada nabi-nabi palsu). Jangan melekat secara luar biasa pada apa pun yang ada di dunia, termasuk keluarga. 



Karena itu pergunakanlah waktu yang ada. Perhatikanlah dengan seksama cara hidupmu. Janganlah kamu bodoh, usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Allah. Karena akan terjadi siksaan yang dahsyat, sehingga tanpa sadar kita menjual anugerah keselamatan. Maka berdoalah, agar kita boleh benar-benar pasrah dan melekat pada Tuhan (Mat 24:24; Why 12:12; 2 Kor 11:14; Ef 5:15-17). 



Janganlah menjadi orang kristen yang jago berdoa/menghafal ayat-ayat Alkitab, tetapi tidak mampu memandang kehidupan ini. Ingatlah di dalam setiap peristiwa Allah hadir di sana dan mengajarkan sesuatu pada kita. Milikilah kepekaan untuk mendengarkan suara Tuhan, agar kita dapat mengenali-Nya dengan baik.


Tuhan sudah menetapkan langkah-langkah kita (Yes 55:8-9). Jadi kerjakanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah, agar orang lain dapat melihat Allah hadir di situ (1 Kor 10:31). Jika kita memberontak rancangan-Nya, maka Tuhan yang akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

Firman Tuhan kepada Yunus: “Pergilah ke Niniwe... sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.”

Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan,. Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut ...lalu mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.

Sahutnya kepada mereka: “Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah penyebab badai ini.”

Atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya (Yun 1).

Paulus dididik oleh Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati. Aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (Kis 22:3; 2 Kor 12:7)

»Tuhan selalu menyertai kehidupan Paulus. Tetapi Dia mengijinkan hal itu terjadi, karena tahu karakter Paulus yang sombong, supaya hilang sedikit demi sedikit. 

Pengetahuan membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun (1 Kor 8:1).

Ada 3 hal yang harus kita pelajari

1. Minta pimpinan Tuhan dalam kehidupan kita, agar sikap hati kita tidak menyimpang. 

2. Lebih banyak diam, refleksikan hidup kita, jangan terlalu banyak menilai dan menghakimi sesama, banyak berdoa. 

3. Tuhan sudah menetapkan langkah-langkah bagi setiap kehidupan kita. 

Ada beberapa persiapan yang harus kita lakukan untuk menyambut kedatangan Tuhan, yang sewaktu-waktu hadir di dalam kehidupan kita.

1. Bangun dan pelihara relasi yang akrab dengan Tuhan 

2. Kenalilah Tuhan secara pribadi, supaya pada waktu Tuhan bicara, kita mengenal suara-Nya dan kita siap melakukan perintah-Nya.

Maka kita harus belajar sangkali diri, pikul salib lalu mengikuti-Nya. Sering-seringlah melakukan ED (Evaluasi Diri secara jujur), minta pimpinan Roh kudus, jangan terlalu banyak menghakimi dan menilai orang.

3. Miliki hati hamba 

Kehidupan kekristenan adalah kehidupan menjadi hamba. Jika tidak memiliki hati seorang hamba, kita tidak kan pernah menjadi rendah hati. 

Pada jaman dulu, untuk sementara waktu anak-anak Israel yang akil balig tinggal di rumah hambanya (pembantunya), mereka dididik menjadi seorang hamba – diberi otoritas penuh oleh ayahnya. Hamba itu yang menilai lulus atau tidaknya. Ketika lulus baru dianggap ahli waris.

Taklukkan pikiran (lih. warta No. 60/IV/2009). 

Waspadailah! Jangan sampai kita membawa orang pada Tuhan, tetapi kita sendiri yang tertinggal (1 Kor 9:27). Pada saat masuk dalam pergumulan, marilah kita dengan rela disusutkan oleh Tuhan, sehingga kain kehidupan kita mampu menambal kehidupan orang lain.

Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya (Mat 9:16)

Ada seorang hamba Tuhan berdialog dengan Allah dalam keheningan.

Tuhan bertanya: “Kenapa kamu bisa terkenal seperti ini, dicari-cari orang, punya rumah bagus, punya istri baik, punya anak-anak yang diberkati. Apa yang kamu lakukan?”

Jawabnya: “Aku tidak melakukan apa-apa. Semua yang aku terima itu berasal dariMu. Aku melakukan sesuatu, hanya jika Roh Kudus berbicara kepadaku. Aku tidak punya jasa apa pun dalam pelayan pelayananku.”

Lalu Tuhan berkata: “Itu benar, yang dapat membawamu kehadirat-Ku hanya Roh Kudus. Tapi sekarang kamu sudah tua. Aku sudah tidak ingin memakai kamu lagi. Aku akan membuang kamu ke neraka.”

Jawabnya: “ Ya...aku ini hanyalah hamba-Mu, aku ini hanyalah budak-Mu. Jika Engkau membuang aku, itu adalah hak-Mu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.”

Mendengar itu Allah tersenyum dan berkata: “Itulah yang Aku suka darimu. Karena jawabanmu itu Aku tahu bahwa kamu sangat percaya pada-Ku. Aku menyayangi dan mengasihimu. Dan Aku tidak akan membiarkanmu binasa.”

Itulah reaksi orang yang sangat mengenal Tuhannya.

Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku (Yoh 10:28)

Janganlah kita mengenal pribadi Allah melalui orang lain (melalui kesaksian), tapi belajarlah mengenal pribadi Allah secara pribadi (mengalami sendiri). Karena apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Kor 2:9).

(Sumber: Warta KPI TL No. 62/VI/2009 » Renungan KPI TL 25 September 2008 dan 30 Oktober 2008, Dra Yovita Baskoro, MM)