20.18 -
*Berkat*
Berkat
Ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir (Luk 13:30) – ada orang-orang yang terdahulu kehilangan berkatnya.
Kain dan Habel (Kej 4:1-16 – anak-anak Adam).
» Tuhan mengindahkan korban persembahan Habel.
Esau dan Yakup (Kej 25:19-34 – anak-anak Ishak).
» Yakup yang mendapat berkat anak sulung.
Ruben ...Yusuf (Kej 29:31-35 - anak-anak Yakup).
» Yusuf yang diberi jubah indah.
Zerah dan Peres (Kej 38 - anak-anak Yehuda dan Tamar).
» Peres yang menjadi cikal bakal Yesus.
Manasye dan Efraim (Kej 41:50-52 – anak-anak Yusuf)
» Efraim yang mendapat berkat anak sulung.
Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Mat 20:1-16).
Mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar.
Perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32).
Meskipun anak sulung selalu melayani bapanya dan tidak pernah melanggar perintah; anak bungsu yang telah memboroskan harta benda miliknya itu dengan hidup berfoya-foya, mendapat jubah yang terbaik, dikenakan cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
Sejak dibaptis, kita sudah menerima anugerah keselamatan secara cuma-cuma melalui Yesus Kristus.
Tapi banyak orang menganggap anugerah itu murahan, tidak ada nilainya, sehingga mereka menjualnya. Ketika kita diberkati secara spiritual, maka kita akan diasah sedemikian rupa sehingga kita memperoleh kekuatan/kepekaan dan kita dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Marilah kita belajar dari Esau dan Yakup.
Walaupun Yakup secara kelahiran bukan anak sulung, tetapi pada akhirnya dia dipilih oleh Tuhan untuk mendapatkan berkat anak sulung, bahkan diberkati sampai dua kali dan namanya diubah menjadi Israel.
Berkat pertama (Kej 25:19-34):
Ishak mempunyai anak kembar, yang keluar pertama dinamai Esau dan sesudah itu keluarlah adiknya dinamai Yakup.
Pada jaman itu, segala sesuatu disampaikan secara lisan. Dan mereka mempunyai kebudayaan untuk meneruskan ajaran/janji-janji Tuhan secara lisan (tradisi).
Esau yang suka tinggal di padang, tidak sempat mendengar tradisi lisan.
Sedangkan Yakup yang suka tinggal di kemah, selalu mendengar tradisi lisan itu. Dengan demikian Yakup mengerti benar janji Tuhan kepada kakeknya, Abraham. Janji itu turun dari kakeknya kepada ayahnya, Ishak.
Secara natural, Yakup menyadari bahwa dia tidak mungkin bisa mendapatkan hak kesulungan.
Yakup tahu kelemahan dan kecerobohan Esau, maka dia mencari kesempatan secara legal untuk mendapatkan hak kesulungan itu dengan cara menukarnya dengan memberi roti dan masakan kacang merah.
Hak kesulungan itu bukan untuk mendapatkan warisan sebanyak 2/3 bagian, tetapi yang diharapkannya adalah ucapan berkat.
Untuk mendapatkan hak kesulungan Yakup berpura-pura menjadi Esau (Kej 27:1-40).
Meskipun Ishak ditipu oleh Yakup, dia tidak pernah mengutuknya. Karena kenabian Ishak, dia bisa merasakan bahwa yang bungsu memang lebih menghargai hak kesulungan dibandingkan yang sulung.
Tetapi ada hukum tabur tuai yang berlaku. Sehingga Yakup harus membayar harga seumur hidupnya, dia pun ditipu dengan cara yang sama oleh Laban (Kej 29:16-30).
Berkat kesulungan yang diterima Yakup, apa pun caranya, telah membuatnya naik (Kej 32:10 – aku membawa hanya tongkat ini waktu aku menyeberang sungai Yordan ini, tetapi aku sekarang telah menjadi dua pasukan).
Berkat kedua (Kej 32:22-32).
Sesudah Yakup menyeberangkan kedua istrinya, kedua budaknya perempuan, kesebelas anaknya dan segala miliknya di tempat penyeberangan sungai Yabok, tinggallah dia seorang diri.
Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakup, sehingga sendi pangkal itu terpelecok.
Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakup: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.”
Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakup.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakup (artinya penipu), tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Bertanyalah Yakup: “Katakanlah juga namamu.” Tetapi sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?”
Lalu diberkatinyalah Yakup di situ. Sejak Yakup menjadi Israel, dia secara fisik tidak pernah bisa berjalan tegak lagi, berjalan dengan menyeret kakinya dan dia juga berjalan menyeret hidupnya.
Ketika Esau melihat Yakup berjalan menyeret kakinya, timbul rasa belas kasihan sehingga terjadi rekonsiliasi (Kej 33:14) – dibalik malapetaka itu ternyata Allah punya rencana yang besar di dalam hidupnya.
Sejak itu Israel menyeret kakinya dan hidupnya, sehingga dia berkata: “Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya.” (Kej 47:9).
Permasalahan yang dihadapinya:
Dina diperkosa oleh Sikhem. Pemerkosanya mau bertanggungjawab. Tetapi karena sakit hati dan sangat marah, kakak-kakaknya merancangkan suatu tipu muslihat, syaratnya setiap orang laki-laki disunat. Ketika mereka menderita kesakitan akibat disunat itu (saat itu belum ada teknologi canggih), mereka dibunuh. Dina tidak jadi dikawini, karena yang memperkosa sudah mati (Kej 34).
Rahel, istri yang sangat dicintai meninggal ketika melahirkan Benyamin (Kej 35:16-21).
Meratapi Yusuf, anak kesayangannya yang dikira sudah mati (Kej 37:1-36).
Secara duniawi tidak menyenangkan. Tetapi yang dialami itu membuat dia begitu matang/kuat. Dengan kemapanan/kepekaan dalam roh dan jiwanya dia mempertajam kenabian yang ada dalam batinnya. Sehingga akhir hidupnya dia memberkati dan memberkati ... karena dia lebih dulu diberkati.
Firaun diberkati dua kali (Kej 47:7-10).
Ketika Yakup memberkati Firaun, secara rohani posisi Yakup berada di atas Firaun. Ini adalah pencapaian rohani yang sungguh luar biasa, karena Yakup sebagai rakyat memberkati raja (Ibr 7:7 – memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi).
Efraim (Kej 48).
Adapun mata Israel telah kabur karena tuanya, jadi ia tidak dapat lagi melihat. Setelah Yusuf memegang mereka keduanya, dengan tangan kanannya dipegangnya Efraim, yaitu di sebelah kiri Israel, dan dengan tangan kiri Manasye, yaitu disebelah kanan Israel.
Tetapi Israel mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye – jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung.
Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya meletakkan tangan kanannya di atas Efraim, hal itu dipandangnya tidak baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya untuk memindahkannya di atas kepala Efraim ke atas kepala Manasye. Tetapi ayahnya menolak: “Aku tahu, anakku, aku tahu...”
Ketika Yakup memberkati anak-anak Yusuf, dia tidak melakukan kesalahan seperti Ishak.
Anak-anaknya (Kej 49)
Setelah Yakup selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat berbaring dan meninggallah ia.
(Sumber: Warta KPI TL No. 63/VII/2009 » Renungan KPI TL 13 November 2008 , Dra Yovita Baskoro, MM).
Semua umat manusia di dunia ini akan mendapatkan berkat umum:
- dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya (Pkh 3:13).
- Jika kita mau mengikuti perintah-Nya, yaitu: Ampunilah ... percayalah ... kamu menerimanya (Mrk 11: 25-24).
Maka anak-anak Tuhan juga akan mendapatkan berkat khusus, yaitu:
- Damai sejahtera dan sukacita (Yoh 14:27-28).
- Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan padaku (Flp 4:13).
- Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia (1 Kor 2:9).
- Membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh 3:11).
(Sumber: Warta No. 38/VI/2007)
Kebaikan-Nya, kedekatan-Nya, belas kasih-Nya merupakan berkat. "Semoga Tuhan memberkati Anda," merupakan doa berkat terpendek [KGK 2626-2627].
Tuhan tidak akan memberikan sebuah berkat kepada orang yang belum siap menerimanya.
Bila berkat diberikan kepada orang yang belum siap menerimanya, berkat itu bisa saja berubah menjadi kutukan bila orang itu menggunakan dengan cara yang salah.
Ketika Tuhan ingin mencurahkan berkat, hal pertama yang Dia lakukan adalah mengubah diri kita. Tidak ada berkat melimpah yang dapat diberikan kepada orang yang belum meninggalkan kehidupan lamanya.
Jadi, bila kita ingin mendapatkan banyak berkat, ubahlah cara hidup kita sekarang juga. Hiduplah di dalam Dia.
Ketika kita siap, tanpa perlu menunggu lama, berkat itu pasti akan turun ke dalam hidup kita.