19.34 -
*Kehendak Allah*
Hidup kudus dan sempurna di hadapan Tuhan
Mahatma Gandhi adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India. Meskipun dia seorang Hindu namun menyukai pemikiran-pemikiran dari agama-agama lain termasuk Kristen.
Dia begitu menghayati Sabda Bahagia sehingga ketika mengusung gerakan kemerdekaan melawan penjajahan Inggris, dia tidak menggunakan kekerasan tetapi melalui aksi demonstrasi damai.
Sebagai murid-murid Kristus, kita pun harus sungguh-sungguh menghayati Sabda Bahagia agar dapat hidup kudus dan sempurna di hadapan Tuhan.
Kekudusan adalah suatu proses. Hal ini tidak dapat diraih dengan instant tetapi harus diperjuangkan seumur hidup.
Bukankah firman Tuhan mengatakan bahwa "Tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali? (Ams 24:16). Ingatlah raja Daud, ketika diperingatkan atas dosa-dosanya, dia menyesal, bertobat dan mengaku atas dosa-dosanya sehingga Tuhan berkenan kepadanya (2 Sam 12:1-15; 1 Sam 13:14; Kis 13:36).
Jadi, belajarlah untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikuti Kristus (Luk 9:23). Tularkanlah virus ini kepada setiap orang yang kita jumpai, biarkanlah Allah yang memberikan pertumbuhan (bdk. 1 Kor 3:7).
Jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia adalah setia dan adil,
Sehingga
Ia akan mengampuni segala dosa kita
dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
(1Yoh 1:9)
Marilah kita belajar 8 Sabda Bahagia (Mat 5:1-12)
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga
» Dalam ajaran Yesus memiliki bendawi tidak dianggap jahat, tapi berbahaya (Luk 18:22-24 - kelekatan).
Kekayaan dan harta benda adalah anugerah (Pkh 5:18). Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya (Pkh 5:9).
Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.
Jadi, muliakanlah Tuhan dengan hartamu (Ams 3:9). Sering kelihatan bahwa orang miskin lebih berbahagia daripada orang kaya, karena si miskin lebih mudah bersikap tergantung kepada Allah.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur
» Jika kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah anugerah (keluarga/harta benda), maka pada saat semuanya itu hilang kita tidak akan berdukacita karena kita tahu bahwa ada sukacita yang Tuhan sediakan dibalik dukacita itu.
Sukacita adalah ciri orang percaya, karunia Roh Kudus (Gal 5:22), dampak persekutuan yang erat antara gereja dengan Yesus (Yoh 15:11; 16:22, lih. Warta No. 70/II/2010 - Dukacita Diubah Yesus Menjadi Sukacita).
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi
» Lemah lembut menunjuk kepada sikap batin, karunia Roh Kudus (Gal 5:23). Orang yang lemah lembut tidak mendendam terhadap tindakan kasar yang dialaminya dan tidak tawar hati dalam kemalangan, karena segala sesuatu diterimanya sebagai jalan Allah, ia tahu bahwa hal-hal itu diizinkan oleh Allah demi kebaikan mereka (Bdk. 2 Sam 16:11).
Belajarlah pada Yesus, karena Yesus lemah lembut dan rendah hati dan jiwa kita akan mendapat ketenangan (Mat 11:29).
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan
» Di dalam Injil nyata kebenaran Allah (Rm 1:17) bahwa Yesus datang ke dunia untuk memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37) Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup. Barang siapa percaya kepada-Nya ... apa pun yang diminta dalam nama-Nya, Dia akan melakukannya (Yoh 14:6, 12-13).
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan
» Suka memberi dan tidak pelit (2 Kor 8:2; 9:13). Kasih itu murah hati (1 Kor 13:4). Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri (Ams 11:17).
Berikanlah yang terbaik, jangan tunda sampai menjadi sempurna, berikanlah dengan hati yang tulus dan penuh kasih untuk kemuliaan Tuhan, untuk kebahagiaan sesama dan untuk keselamatan kita. Jadi, hendaklah murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk 6:36).
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah
» Suci adalah keadaan hati manusia yang telah menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah: dalam hati itu tidak ada perlawanan kesetiaan, tidak ada perhatian yang terbelah atau terpencar, tak ada dorongan hati yang bercampur-baur, tak ada kemunafikan dan tak ada ketidaksungguhan.
Kesucian adalah roh penyangkalan diri dan ketaatan, yang 'menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus' (2 Kor 10:5).
Kesucian bermula di dalam batin dan meluaskan diri ke luar ke seluruh lapangan hidup, sambil menyucikan semua pusat hidup dan merajai seluruh gerakan tubuh roh dan jiwa. Upah dari hati yang utuh seperti itu adalah melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah
» Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera (1 Kor 14:33). Jadi, hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain (1 Tes 5:13).
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga
» Setiap orang yang mau beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya (2 Tim 3:12). Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (Mat 10:22).
Sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak. Jadi, jika ingin hidup kudus dan sempurna di hadapan Tuhan, hendaknya kita menaruh pengharapan kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (1 Yoh 3:2-3).
(Sumber: Warta KPI TL No.103/XI/2012 » Renungan KPI TL tgl 1 November 2012, Bapak Vincent Dipoyogo).