21.57 -
*Kebajikan*
Bertumbuh dalam keutamaan Kristiani bersama Santo Alfonsus Liquori
Orang Kristen dipanggil untuk meneladan hidup dan keutamaan Yesus Kristus, untuk "menempatkan Kristus dalam cara berpikir dan bertindak.
Selaras dengan tradisi Katolik, Santo Alfonsus memandang tiga keutamaan teologis, yaitu iman, harapan dan kasih sebagai murni karunia rahmat: karunia Allah yang diberikan kepada kita melalui rahmat pengorbanan, sehingga kita dapat hidup dan bertindak secara rohaniah.
Pada saat yang sama, dia melihat keutamaan moral, yang berlimpah dan bervariasi, sebagai karunia yang memampukan kita untuk mempertajam kesadaran tingkah laku kita supaya selaras dengan hukum Allah yang telah diwahyukan melalui Yesus.
Keutamaan-keutamaan bukan satu rumusan teologis yang hanya dikagumi, melainkan suatu karunia untuk digunakan di dalam kehidupan orang Kristen sehari-hari.
Keutamaan iman
Iman Kristiani adalah
Anugerah Allah, iman menjadi mungkin hanya karena bantuan rahmat Allah sendiri.
Tindakan bebas manusiawi, Allah tidak memaksa seseorang untuk beriman, tidak juga yang lain.
Tindakan intelektual, sebuah persetujuan kepada kebenaran Allah, "jawaban ya" terhadap pewahyuan Allah. Iman bukan hanya tindakan intelektual tetapi juga suatu kehendak yang diwarnai oleh kasih, melibatkan pilihan pribadi yang radikal akan Allah.
Mengandaikan ketaatan kepada Allah (percaya dan taat) dan tuntutan pertobatan ketika kita gagal dalam mentaati Dia.
Istilah iman mempunyai arti yang berbeda-beda.
Iman “sebagai suatu kebenaran yang diwahyukan oleh Allah” (ajaran Kristen). Iman ada mungkin hanya karena Allah telah mewahyukan diri-Nya dan kebenaran-Nya kepada kita. Jika hanya dari diri kita sendiri, kita tidak dapat mencapai pengetahuan yang penuh tentang Allah dan kebenaran-Nya. Meskipun Allah telah mewahyukan diri-Nya dalam berbagai cara, kepenuhan pewahyuan-Nya adalah Yesus Kristus (Ibr 1:1-3).
Sebagai harta yang tidak ternilai, pewahyuan Allah yang penuh ini dipercayakan kepada pemeliharaan Gereja. “Kristus, satu-satunya Pengantara, di dunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan dan cinta kasih, sebagai himpunan yang kelihatan.
Ia tiada hentinya memelihara Gereja. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang” (LG 8).
Wewenang mengajar Gereja dalam hal iman “dilaksanakan atas nama Yesus Kristus”.
Ia tiada hentinya memelihara Gereja. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang” (LG 8).
Wewenang mengajar Gereja dalam hal iman “dilaksanakan atas nama Yesus Kristus”.
Iman sebagai “suatu jawaban pribadi kepada pewahyuan itu” (keutamaan iman). Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan “ketaatan iman”.
Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”, dan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya.
Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”.
Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui karunia-karunia-Nya" (DV 5).
Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”.
Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui karunia-karunia-Nya" (DV 5).
Keutamaan pengharapan
Dari semua keutamaan Kristiani, tampaknya harapan yang paling sedikit diperhatikan dan mudah dilupakan. Pengharapan berpusatkan pada Allah. Keutamaan yang bersamanya kita berharap dengan penuh kepercayaan kepada kepenuhan kemuliaan, tujuan akhir hidup kita, berhadapan muka dengan Allah. Bagi orang Kristen, pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa (Ibr 6:19).
Pengharapan adalah suatu keutamaan yang memandang ke masa depan, tetapi tidak melupakan masa lalu atau menolak masa kini.
Dalam pengharapan, kita mengharapkan dengan penuh keyakinan pengampunan akan dosa-dosa masa lalu kita karena belas kasih Allah yang telah menebus kita dengan darah Kristus (1 Ptr 1:18-19).
Pengharapan bukanlah suatu bentuk keutamaan penghiburan. Justru keutamaan pengharapan memanggil kita untuk memperteguh bahwa dalam setiap bentuk penderitaan atau kesulitan yang kita alami, Allah selalu beserta kita (Mzm 23:4).
Hilangnya pengharapan akan belas kasih Allah (keputusasaan), suatu keyakinan yang keliru bahwa Allah tidak dapat atau tidak akan mengampuni dosa-dosa kita (Yes 1:18).
Obyek yang pertama dan terutama dari pengharapan kita, satu-satunya objek yang terbaik, adalah menjadi milik Allah di sorga.
Keutamaan kasih
Jantung kehidupan orang Kristen adalah keutamaan cinta kasih.
Santo Alfonsus membagi keutamaan kasih dalam dua aspek.
1. Kasih Allah kepada kita
Seperti matahari yang terbit setiap hari untuk menghangatkan bumi, kasih Allah dianugerahkan kepada setiap pribadi kita. Kasih Allah kepada kita ditampakkan secara nyata dalam pribadi Yesus (1 Yoh 4:9-10).
2. Kasih kita kepada Allah
Rahmat Allah kepada kita bersifat gratis dan bebas. Bagaimana kita dapat membalas kasih Allah? Ada banyak cara untuk itu, tetapi cara yang paling utama adalah mengikuti cara yang telah diperlihatkan oleh Yesus, yaitu melakukan kehendak Bapa yang telah mengutus-Nya (Yoh 6:38; Mat 12:50).
Semua kekudusan tercapai karena kasih Allah; namun, kasih Allah tercapai dalam pelaksanaan kehendak Allah; maka, semua kekudusan tercapai karena pelaksanaan kehendak Allah.
Kehendak Allah dinyatakan kepada kita dalam Kitab Suci, Sabda Allah yang hidup, dan di dalam Gereja, yang dibimbing oleh Roh Kudus mengajarkan iman dan moral.
Karena itu, lebih jauh lagi, kehendak Allah dinyatakan kepada kita dalam tugas dan tanggung jawab kita terhadap panggilan hidup kita dan secara konkret, dalam kehidupan nyata kita sekarang di sini.
Karena itu, lebih jauh lagi, kehendak Allah dinyatakan kepada kita dalam tugas dan tanggung jawab kita terhadap panggilan hidup kita dan secara konkret, dalam kehidupan nyata kita sekarang di sini.
Hal yang pokok, meletakkan kehendak Allah dalam segala hal dalam diri kita, bukan hanya ketika kehendak Allah menyenangkan, melainkan juga ketika bertentangan dengan kehendak kita sendiri.
Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, bahkan pendosa pun tidak menemukan kesulitan untuk mengikuti kehendak Allah; tetapi orang kudus melaksanakan juga kehendak Allah ketika berada dalam kesulitan dan rongrongan cinta diri. Dalam situasi itulah kesempurnaan kasih Allah kita ditampakkan.
Bagi pribadi yang mencintai Allah, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan.
Kasih kepada Allah “Itulah hukum yang terutama dan yang pertama” (Mat 22:38). Akan tetapi, perintah kedua menuntut suatu prioritas pula, karena perintah kedua menyatu erat dengan perintah utama, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan (Yoh 15:12,17).
Mengapa kita harus mengasihi sesama? Karena ia dikasihi oleh Allah! Kita harus mengasihi sesama yang dikasihi Allah. Tidak ada orang Kristen yang menjawab kasih Allah dapat mengabaikan kasih kepada mereka yang Dia kasihi.
Ada banyak cara bagi orang Kristen untuk mempraktekan kasih, Santo Alfonsus menekankan dua cara positif dan dua cara negatif
Cara positif yang pertama: pentingnya semangat perdamaian, kasih akan mendorong kita untuk saling memahami satu sama lain (Yes 11:6).
Cara positif yang kedua: pemberian bantuan karitatif, tanggung jawab religius untuk menolong orang miskin dan yang membutuhkan, bukan hanya berasal dari kelebihan kita, tetapi bahkan, bila perlu, berasal dari apa yang kita anggap penting bagi diri kita sendiri (Tob 12:8-9).
Cara negatif yang pertama: menolak sikap menyalahkan orang lain secara serampangan. Keutamaan kasih yang indah, berusahalah menolak setiap sikap menyalahkan orang lain secara serampangan, ketidakpercayaan dan kecurigaan tidak berdasar kepada sesamamu. Dalam damai tidak dapat berkembang di dalam hati yang dipenuhi dengan kecurigaan, kebencian, atau kemalasan.
Cara negatif yang kedua: menghindari cara bicara yang kasar. Orang Kristen sejati akan menghindari fitnah dan umpatan seperti penyakit, dan akan selalu berusaha untuk hanya berbicara apa yang baik tentang sesamanya.
Keutamaan kemiskinan
Di dalam dunia yang mengalami kemajuan yang hebat pun, kesetiaan dalam semangat kemiskinan bersama dan secara pribadi tetap merupakan panggilan yang relevan. Yesus datang menjawab panggilan tersebut, bahkan Dia menyamakan diri-Nya dengan orang miskin (Luk 4:18; 2 Kor 8:9).
Keutamaan kemiskinan injili dapat ditangkap dengan tepat maknanya bila kita mau peka mendengarkan jeritan kaum miskin, lebih dari sebelumnya, kegelisahan dan penderitan mereka.
Jeritan kaum miskin
Seharusnya mengingatkan kita agar “keinginan berkompromi dengan segala bentuk ketidakadilan social”. Kita mengetahui bahwa ketidakadilan sosial ada di sekeliling kita, dan betapa mudahnya kita mengabaiannya! Ketidakadilan sosial sesungguhnya dapat berwujud praktek bisnis yang tidak jujur, diskriminasi ras, jenis kelamin dan suku, pengabaikan hak-hak buruh dan pekerja, tidak memberikan kesempatan, bahkan bersikap lebih keras kepada usaha-usaha pemberdayaan mereka yang sungguh miskin dan membutuhkan bantuan.
Harus menjauhkan kita dari sikap “mencari kemudahan bagi diri kita sendiri secara tidak terkendali" dan dari sikap "keterikatan terhadap jaminan akan harta milik, pengetahuan, dan kekuasaan”.
Harus meneguhkan kita untuk “berbagi dengan saudara-saudara kita yang membutuhkan”. Berbagi dengan mereka yang membutuhkan merupakan bentuk panggilan kepada keluhuran hati dan tanda kepercayaan yang teguh kepada Tuhan.
Kemiskinan rohani dan semangat kemiskinan menuntut sikap lepas bebas dari keinginan harta dan kekuasaan duniawi.
Keutamaan kemurnian
Bagi orang Kristen, kemurnian bukan hanya dipandang sebagai sikap wajar terhadap seks, melainkan berhubungan erat dengan kasih dan kesucian (1 Tes 4:3-5; Ef 5:1-4). Sebagaimana sebuah jembatan memperoleh kekuatan dari tiang penyangga yang terpancang di dasar sungai, demikian pula kemurnian mempunyai dasar iman Kristen yang paling asasi.
1. Seks merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan (Kej 1:26-27, 31). Pandangan yang mengatakan bahwa seks adalah jahat dan kekeliruan Allah haruslah ditolak.
2. Seks merupakan anugerah yang penting. Seks penting bagi seseorang secara pribadi dan keluarga. Seks merupakan salah satu pilar yang menopang masyarakat. Karena pentingnya ini, orang Kristen selalu memandang seks secara serius.
Seksualitas manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Merendahkan seks, menjadikannya bahan ejekan, atau bahkan menganggapnya tidak penting merupakan tindakan merendahkan martabat manusia.
3. Seksualitas yang diciptakan oleh Allah di dalam diri manusia mempunyai arti intrinsik yang tidak dapat dihapuskan atau diabaikan.
Menurut ajaran Gereja, arti intrinsik tersebut diartikulasikan di dalam Gereja melalui Paus dan para uskup di dalam kesatuan dengan Paus. Dengan dibimbing oleh Roh Kudus, mereka mempunyai tanggung jawab pastoral untuk menjelaskan ajaran Kristus dalam bidang moral dan iman.
Beberapa prinsip dasar moral seksual sebagaimana telah diajarkan oleh kuasa mengajar Gereja
Tradisi Kristen memegang teguh bahwa persatuan secara seksual antara suami dan istri mempunyai nilai yang tinggi.
Hubungan seks tersebut merupakan ungkapan janji kasih mereka, yang merupakan cermin kasih Allah kepada manusia dan kasih Kristus kepada Gereja.
Hubungan seks tersebut merupakan ungkapan janji kasih mereka, yang merupakan cermin kasih Allah kepada manusia dan kasih Kristus kepada Gereja.
Di dalam rumusan Konsili Vatikan II “Cinta kasih itu secara istimewa diungkapkan dan disempurnakan dengan tindakan yang khas bagi perkawinan. Maka dari itu, tindakan, yang secara mesra dan murni menyatukan suami-istri, harus dipandang luhur dan terhormat; bila dijalankan secara sungguh manusiawi, tindakan-tindakan itu menandakan serta memupuk penyerahan diri timbal-balik, cara mereka saling memperkaya dengan hati gembira dan rasa syukur” (GS 49).
Namun, di mana tidak ada perkawinan, di mana tidak ada hidup bersama dan cinta, di mana tidak ada komitmen, persatuan seksual salah secara moral.
Di dalam persatuan suami-istri terdapat hubungan yang tidak terpisahkan antara makna kesatuan (pemberian cinta) dan makna prokreatif (pemberian hidup). Suami-istri, atas kehendak mereka, secara moral hendaknya tidak membedakan kedua makna seksual tersebut. Di dalam kerangka ini, kontrasepsi buatan tidak mendapatkan tempat.
Janji perkawinan menegaskan pentingnya kesetiaan dan eksklusifnya cinta, di dalam suka dan duka, dalam sakit dan sehat. Perzinahan merupakan ancaman langsung terhadap kesetiaan dan cinta ekskluif. Dengan perzinahan, cinta sejati dalam perkawinan dikhianati.
4. Dorongan seksual dan kebutuhan akan pengendalian diri.
Seperti listrik dapat memberikan banyak manfaat di rumah kita jika digunakan dengan tepat; dengan kecerobohan sedikit saja, hubungan pendek listrik dapat menghancurkan seluruh rumah kita.
Banyak orang kudus menasihatkan pentingnya keutamaan kemurnian sehingga kita dapat mengendalikan diri terhadap dorongan seksual yang berlebihan. Yang paling berbahaya bagi kemurnian adalah “kesempatan berdosa”.
Kesempatan berdosa seperti jaring baja yang menjerat dan memaksa seseorang hingga menyerah. Dorongan seksual, salah satu buah dosa asal, berarti bahwa dorongan daging tidak secara otomatis menjadi alasan dan rahmat. Karena dorongan seksual, ada kecenderungan dari laki-laki maupun perempuan untuk mengubah kebenaran, cinta yang mengarah kepada orang lain, hanya pada kepuasan cinta diri. Jadi, dorongan seksual membutuhkan pengendalian.
Kelemahan daging adalah bagian yang tetap dari sifat kejatuhan manusia. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Paus Yohanes Paulus II; Rm 8:2).
Keutamaan ketaatan
Seperti udara yang kita hirup, ketaatan merupakan bagian utama dari kehidupan kerohanian kita. Meskipun kita mungkin tidak menyadarinya setiap saat, ketaatan mewarnai kehidupan kita dan secara tetap ada di dalam iman kita kepada Allah.
Keutamaan ketaatan adalah keutamaan moral yang mendorong orang Kristen untuk menundukkan diri kepada hukum Allah dalam semua wujudnya. Allah sendiri menjadi sumber dari semua hukum.
Ketaatan adalah jawaban positif, bukan hanya kepada hukum sipil atau ketentuan Gereja, melainkan juga kepada kuasa Allah sendiri. Dalam upaya sungguh-sungguh untuk mengetahui dan mencari hukum kodrat, mendengarkan, dan menaati hukum Allah sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, mematuhi hukum Gereja dan menegakkan hukum yang adil dalam masyarakat, seorang Kristen sebenarnya sedang mewujudkannya kepada Allah.
Ketaatan kita kepada Allah haruslah mutlak dan sempurna. Apabila penguasa manusia melawan kuasa Allah dan memerintahkan sesuatu yang melawan moral atau perbuatan dosa, maka “kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia!” (Kis 5:29). Ketaatan adalah cara paling mudah untuk menunjukkan kasih (Yoh 15:10; 5:30; Ibr 5:8-9).
Orang Kristen tidak cukup menaati hukum Gereja. Benar bahwa perintah Allah dan hukum Gereja dilaksanakan, tetapi dasar pelaksanaannya bukan pada ketentuan yang tertulis, melainkan ditemukan di dalam Yesus Kristus sendiri, yang hidup di dalam diri kita melalui Roh-Nya, yang adalah hukum kehidupan kita.
Ketaatan Kristen bukanlah ketaatan budak atau pelayan, sebagaimana kadang-kadang dipikirkan orang, melainkan suatu jawaban kepada kasih Yesus (Thomas Merton)
Keutamaan kerendahan hati
Kerendahan hati menduduki tempat yang utama di dalam kehidupan dan ajaran Yesus (Mat 11:29; Flp 2:6-8).
Kerendahan hati sama dengan keutamaan pelayanan yang fundamental dari semua dasar bangunan keutamaan Kristen (Pater Bernard Haring)
Kerendahan hati adalah kebenaran (Santa Teresia dari Avila). Untuk memahami definisi ini, kita harus membaginya menjadi dua bagian
Kebenaran dalam arti kebenaran itu sendiri (inti kerendahan hati). Ini berarti bahwa kita menyadari keadaan kemanusiaan kita sebagai ciptaan Allah. Artinya, kita mengakui kebenaran mendasar tentang diri kita: bahwa Allah adalah Pencipta dan Asal dari semua anugerah kita (Kis 17:24-28).
Kebenaran yang paling mendasar tentang diri kita adalah bahwa setiap anugerah dan talenta yang kita miliki berasal dari tangan Allah. Di dalam diri-Nya kebenaran mengandung pengetahuan yang mengajak kita untuk mengingat hal tersebut.
Kerendahan hati tidak menuntut kita untuk menolak anugerah dan talenta yang kita miliki. Sebaliknya, kerendahan hati hanya menuntut kita untuk mengetahui dari mana anugerah dan talenta itu berasal.
Seorang yang sombong adalah seperti sebuah balon yang terisi penuh dengan udara, yang tampaknya hebat, tetapi kehebatannya, dalam kenyataannya, tidak lebih daripada sedikit udara yang akan segera hilang begitu balon tersebut terbuka.
Ia yang mencintai Allah tidak menipu diri dengan miliknya sendiri karena ia mengetahui bahwa apa pun yang ia miliki adalah suatu anugerah dari Allah, bahwa tanpa Allah ia tidak memiliki apa-apa.
Ia yang mencintai Allah tidak menipu diri dengan miliknya sendiri karena ia mengetahui bahwa apa pun yang ia miliki adalah suatu anugerah dari Allah, bahwa tanpa Allah ia tidak memiliki apa-apa.
Kebenaran dalam tindakan
“Kebenaran dalam kebenaran” mengandung arti bahwa dasar keyakinan kita akan diri kita sendiri serta kemampuan dan talenta kita mempengaruhi perilaku, perkataan, dan hubungan kita dengan sesama.
Seluruh penampilan kita akan menampakkan bahwa apa pun talenta yang kita miliki, itu adalah rahmat Allah. Karena itu, kita seharusnya tidak meremehkan orang lain, terutama karena kita telah mengenal kebenaran yang memberikan kebebasan kepada kita (kebebasan dari belenggu gambar yang keliru, dari kepicikan, kecemburuan, dan iri hati, serta dari sikap kepura-puraan).
Seluruh penampilan kita akan menampakkan bahwa apa pun talenta yang kita miliki, itu adalah rahmat Allah. Karena itu, kita seharusnya tidak meremehkan orang lain, terutama karena kita telah mengenal kebenaran yang memberikan kebebasan kepada kita (kebebasan dari belenggu gambar yang keliru, dari kepicikan, kecemburuan, dan iri hati, serta dari sikap kepura-puraan).
Orang yang rendah hati tidak peduli akan kata orang terhadap dirinya, tidak memboroskan waktu untuk tampil berlebihan, tidak mengejar kedudukan, tidak menaruh curiga terhadap maksud baik orang lain, tidak kecewa ketika tidak berhasil mendapatkan yang dia kehendaki, tidak mendendam atau mencari kesempatan untuk balas dendam. Sesungguhnya, orang yang rendah hati terhindar dari banyak hal yang merugikan (Dom Hubert van Zeller).
Seorang yang rendah hati tidak takut gagal. Sesungguhnya, ia tidak takut terhadap siapa pun, termasuk dirinya sendiri, karena kesempurnaan kerendahan hati menjadikan ia percaya kepada kekuatan Allah, yang mengatasi segala jenis kekuatan lain dan yang mampu mengalahkan segala rintangan apa pun (Thomas Merton).
Kerendahan hati membuahkan kebebasan dan kedamaian, memberi kita perspektif baru tentang kehidupan secara menyeluruh.
Keutamaan penyangkalan diri
Keutamaan Kristen penyangkalan diri, yaitu “menyangkal diri” dengan secara sadar menolak nafsu dan keinginan yang tidak teratur (Gal 5:24). Penyangkalan diri merupakan cara untuk melawan kecenderungan jahat agar tetap setia kepada kehendak Allah.
“Allah tidak menciptakan seonggok daging” merupakan suatu sindiran yang penuh makna. Paus Yohanes Paulus II sangat sering menegaskan pentingnya nilai kasih akan diri sendiri yang sejati dan nilai dasar emosi manusia. Apakah dalam hal ini ada suatu kontradiksi antara apa yang kita percayai sekarang ini mengenai nilai-nilai baik di dalam diri kita dan apa yang sedang kita bicarakan tentang “penyangkalan diri”?
Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat kita temukan hanya bila kita memahami secara seimbang pandangan Kristiani mengenai kodrat manusia. Kodrat manusia tidak semuanya baik dan juga tidak semuanya jahat. Ada keseimbangan di antara keduanya.
Penyangkalan diri penting untuk mengendalikan kecenderungan keduniawian, ketidaksetiaan, kegelapan, dan ke-aku-an yang menjadi unsur kodrat manusia.
Dalam arti ini, keutamaan ini tampak negatif. Akan tetapi, maksud utamanya amatlah positif, yaitu memupuk kehidupan rohani, pembaruan kodrat manusia agar menjadi semakin serupa dengan Kristus.
Dalam arti ini, keutamaan ini tampak negatif. Akan tetapi, maksud utamanya amatlah positif, yaitu memupuk kehidupan rohani, pembaruan kodrat manusia agar menjadi semakin serupa dengan Kristus.
Santo Alfonsus membuat suatu pembedaan yang tegas antara
penyangkalan disiplin eksternal mengacu kepada kedisiplinan, seperti puasa, pantang, menjaga tutur kata dan kesopanan. Semua itu penting bagi orang Kristen, khususnya untuk menghindari dosa atau ketika diwajibkan oleh Hukum Gereja, seperti dalam masa Prapaskah yang diwajibkan pantang dan puasa.
penyangkalan diri internal mengacu kepada kedisiplinan hati seperti mengendalikan dorongan nafsu dan emosi kita. Penyangkalan diri ini jauh lebih penting. Orang Kristen yang melaksanakan puasa dan laku tapa yang lain, tetapi “tidak berusaha sungguh-sungguh mengatasi nafsunya, seperti dendam, amarah, kemalasan, dan kesukaan akan sentuhan tidak sopan”, tidak akan membuat kemajuan yang berarti dalam kekudusan!
penyangkalan diri berdasarkan pilihan kita. Kita bisa memilih sendiri bentuk-bentuk latihan penyangkalan diri yang paling berguna dan sesuai dengan situasi kita.
Penyangkalan diri yang ditentukan oleh Allah. Salib dan tantangan hidup yang datang dari Tuhan dan sebagai konsekuensi hidup Kristen jauh lebih menguduskan kita: ketabahan di dalam masa sulit atau kesepian. Memikul salib dengan cinta akan membawa kita semakin dekat dengan Kristus.
Seperti anak kunci berpasangan dengan kunci, pandangan penyangkalan diri Kristen terkait erat dengan sabda Yesus (Luk 9:23-24; Mat 10:39).
Keutamaan rekoleksi
Sama seperti kasih manusiawi dikuatkan oleh kehadiran orang yang dikasihi, demikian pula kasih kita kepada Allah dikuatkan oleh kesadaran kita akan kehadiran-Nya. Semakin kita menyadari kehadiran Allah, semakin kita mengenal dengan baik keindahan kasih-Nya yang meluap dan tertanam di dalam hati kita.
Jadi, rekoleksi bukanlah keutamaan yang khusus seperti ketaatan atau kerendahan hati, tetapi lebih sebagai rangsangan untuk memperdalam keutamaan Kristiani lainnya.
Empat langkah untuk berjalan bersama Allah (pilih satu langkah yang sangat membantu kita)
1. Menghadirkan gambaran hidup Tuhan Yesus ke dalam hidup kita saat ini (memikirkan Yesus sebagai seorang bayi di Betlehem, seorang tukang kayu yang magang di Nazaret, sebagai orang pengkotbah yang penuh kasih di Galilea, serta sebagai seorang yang mengalami penderitaan dan kematian di Kalvari). Dengan cara ini kita dapat dengan mudah menghubungkannya dengan kehidupan kita sekarang ini.
2. Dengan mendasarkannya kepada kebenaran ajaran iman yang kudus. Ajaran iman mengajarkan bahwa Allah ada di mana-mana dan bahwa Allah meneguhkan kita (Kis 17:24-27). Dari waktu ke waktu sepanjang hari, kita nyatakan kehadiran Allah secara sederhana, dengan membuat pengakuan iman, seperti “Ya Allahku, aku percaya bahwa Engkau hadir di sini saat ini.”
3. Dengan memandang Allah dalam ciptaan-Nya.
4. Bersatu dengan Allah dalam diri kita yang terdalam. Sesungguhnya, yang paling penting dari semua kebenaran Kristen adalah Allah tinggal di dalam orang yang mencintai-Nya! (Yoh 14:23)
Keutamaan doa
Seperti jantung yang memompa darah ke seluruh bagian tubuh, demikian pula doa menjadi sumber bagi seluruh kehidupan Kristiani. Tanpa doa, pertumbuhan rohani tidaklah mungkin. Keutamaan doa dikuasai oleh Allah dan membimbing kita untuk lebih dekat kepada-Nya dibandingkan dengan keutamaan lainnya.
Keutamaan salib
Salib adalah suatu simbol yang mengacu kepada penderitaan kehidupan manusia; penderitaan yang dapat berupa, baik di dalam ataupun di luar diri manusia, penderitaan fisik, psikologis, ataupun spiritual.
Misalnya, merosotnya kesehatan, kekuatiran dalam hal keuangan, kekalutan emosional, keretakan hubungan dengan keluarga atau teman, penderitaan batin, godaan, dan kekeringan rohani.
Penderitaan seperti itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia, suatu kenyataan yang harus dihadapi oleh seseorang, apa pun bentuknya.
Penderitaan seperti itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia, suatu kenyataan yang harus dihadapi oleh seseorang, apa pun bentuknya.
Orang Kristen sejati seharusnya bertanya, "Bagaimana penderitaan itu dialami dan dihayati dengan mengembangkan sebuah cinta salib?" Cinta salib tidak berbicara mengenai upacara penderitaan sadistis tetapi berbicara tentang semangat kesabaran dan penyerahan diri kepada kehendak Allah.
Jika diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari semangat ini akan mengingatkan kita untuk menghadapi penderitaan kita tanpa mengeluh, tanpa rasa pedih, tanpa harus mengeraskan hati, dan tanpa terpisah dari Allah.
Semangat Kristus akan mengajar kita untuk berani memikul salib kita dengan kesabaran, ketenangan hati, dan cinta. Cinta akan salib merupakan suatu jawaban terhadap ajakan Yesus (Mrk 8:34).
Siapa saja yang bertumbuh dalam keutamaan ini akan segera mengalami kedamaian di dalam hatinya. Kedamaian ini hanya datang ketika kita memikul salib kita dengan kesabaran dan penyerahan diri. Dan memampukan kita untuk berbagi dalam cara-cara khusus, dalam perutusan Yesus yang membebaskan dan penderitaan kita mendapatkan arti baru (Kol 1:24).
(Sumber: Warta KPI TL No.112/VIII/2013 » Bertumbuh Dalam Keutamaan Kristiani Menimba Rahmat Bersama Santo Alfonsus Liquori, Daniel L. Lowery, CSsR).