18.44 -
*Doa*
Doa Keluarga
Berdasarkan hasil survey lembaga misi, di kota Fransisko terdapat homo/lesbi terbesar di dunia – kota Sodom dan Gomora di akhir jaman.
Homo/lesbi tersebut 90 % lahir di tengah-tengah keluarga yang hancur, menjadi generasi tanpa arah; ibu/istrinya dominan, sehingga meskipun ayahnya ada tapi tidak pernah melihat figur ayah di hadapannya.
Kenapa keluarga kita sulit sekali menjadi keluarga yang benar? Karena di tangan keluargalah otoritas diberikan sesuai dengan rancangan Tuhan ketika menciptakan manusia.
Salah satu pola doa yang diajarkan Tuhan adalah doa keluarga.
Nabi Yoel (Yl 2:16 – kumpulkan orang-orang tua, anak-anak, anak-anak yang menyusui, laki-laki, perempuan) dan Yosafat (2 Taw 20:13 – keluarga mereka dengan istri dan anak-anak mereka) telah membuktikan bahwa firman Tuhan itu benar, tapi Iblis mau menyembunyikan fakta ini.
Kadang-kadang laki-laki itu salah mengerti, dia berpikir sebagai kepala keluarga hanya mencari nafkah secara jasmani saja. Itu betul! Tetapi Tuhan memberikan otoritas pada laki-laki bukan pada perempuan.
Laki-laki sejati di hadapan Allah adalah laki-laki yang sesuai dengan rancangan Allah, menjadi imam/kepala untuk menumbuhkan iman/pendoa syafaat bagi keluarganya (Ef 5:22-23), bukan hanya sebagai pengikut, meskipun istrinya sebagai tulang punggung.
Istri akan tunduk kepada suami, kalau suami menjadi kepala, menjadi pemimpin rohani di rumahnya; mengasihi dengan bukti yang jelas, yaitu: korban.
Iblis juga sangat gencar merusak anak-anak melalui media telekomunikasi. Misalnya: TV, VCD, internet, game dll. – anak-anak lebih banyak nonton dari pada berdoa.
Janganlah kamu bertele-tele berdoa
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
Mereka menyangka
bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
(Mat 6:7)
Apakah anak-anak Balita tidak mengganggu ketika diajak untuk berdoa? Kitalah yang merasa terganggu, sedangkan Tuhan tidak pernah merasa terganggu.
Bahkan Tuhan memerintahkan bahwa anak-anak harus ikut berdoa, karena Tuhan sangat mengasihi anak-anak.
Namun kalau kita hanya ingin menikmati suasana doa (merasakan hadirat Allah), berdoalah sendiri atau berdoa bersama sesama pendoa safaat.
Biasanya orang di dunia ini hanya mendapat salah satu berkat, yaitu: berkat rohani atau berkat jasmani.
Kalau kita melakukan gerakan doa yang alkitabiah/dengan basis keluarga, maka kita akan mendapatkan berkat secara rohani dan jasmani (Yl 2:16, 18-29):
1. Allah berbelas kasihan pada umat-Nya (ay 18).
2. Musuh akan dijauhkan (ay 20).
3. Musim akan teratur kembali (ay 23).
4. Mereka akan panen (ay 25).
5. Akan makan kenyang/tidak kelaparan lagi (ay 26).
6. Mereka akan penuh dengan Roh Kudus sekeluarga (ay 28-29).
Keistimewaan yang diberikan Allah pada anak-anak:
1. Status anak-anak - empunya Kerajaan Sorga (Mat 19:14).
2. Fasilitas yang disediakan anak-anak – malaikat mereka di sorga selalu memandang wajah Bapa di sorga (Mat 18:10); sedangkan orang dewasa - malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia (Mzm 34:8).
3. Ada kuasa di mulut anak-anak (Mzm 8:3).
Apakah kita juga bisa mendapat fasilitas itu? Ya, asal kita bertobat dan menjadi seperti anak kecil (Mat 18:3). Dalam hal:
1. Tidak kuatir apa pun juga.
Selama anak-anak hidup dengan orang tuanya, dia yakin bisa makan, tidur dengan pulas, bernyanyi dengan gembira. Sedangkan kita yang mengaku anak-anak Allah yang Maha Tinggi, apakah juga percaya 100% dalam hati bahwa Bapa di Sorga selalu memelihara kehidupan kita?
2. Percaya mutlak (Mrk 11:24)
Harus ada perjuangan dan penyangkalan diri yang luar biasa.
Ada seorang akrobatik yang menyeberang dengan tali di atas sungai yang arusnya deras dan di ujungnya ada air terjun yang sangat tinggi.
Ketika berhasil menyeberang, penonton bertepuk tangan meriah. Si-akrobatik balik dengan beban karung dipunggung dan berhasil juga, dan tepuk tanganpun menggema.
Si-akrobat menurunkan karungnya dan menatang penonton: “Siapa yang akan menyerahkan anaknya untuk digendong balik ke ujung sungai yang lain.
Penonton mulai berbisik-bisik: “Percaya sih percaya tetapi mikir dong! ... ya itu bukan bagian saya.”
Di tengah-tengah bisik-bisik itu, seorang anak kecil berlari dan minta digendong ke seberang. Orang-orangpun mulai lagi berbisik-bisik ingin tahu ‘anak siapa itu?’
Si-akrobatpun segera membawa anak itu ke punggungnya, dia tidak bisa memegang anak itu karena dia harus memegang tongkat keseimbangan, anaklah yang harus memegangnya.
Dengan berdebar-debar penonton melihat langkah demi langkah ... sambil mereka bertanya-tanya: “Siapakah orang tuanya yang begitu tega memberikan anaknya ikut si-akrobat itu.”
Tepuk tanganpun bergelegar sesampainya di ujung sungai, dan terlebih ketika anak itu melambai-lambaikan tangannya.
Akhirnya si-akrobat memperkenalkan, itulah anaknya. Orangpun bergumam ‘wahhhh pantas’.
Kenapa anak kecil itu berani? Karena dia mengenal betul bapaknya, mengerti kemampuan bapaknya dan percaya mutlak pada bapaknya.
3. Tidak ada kepahitan/dendam – anak-anak ketika bertengkar, seketika itu juga mengampuni dan mudah melupakan, berbaikan kembali.
Sedangkan setelah kita bertengkar berapa lama berbaikan lagi? Janganlah masalah demi masalah disimpan terus di hati sehingga berkat tertahan.
Carilah tong sampah yang pas yang dapat membawa kita semakin dekat pada Tuhan Yesus.
Tapi seringkali yang membuang sampah itu, cuma mau mendengar apa yang dia senangi saja (selalu membantah). Misalnya: disuruh mengampuni, berkomentar: “Enak aja!”
4. Memiliki dimensi keempat yang bagus (imajinasi) – kesederhanaan pola pikir anak: mengucapkan apa yang dipikirkan/membayangkan apa yang dimengertinya.
Sedangkan kita seringkali berbeda antara perkataan dengan pikiran/perbuatan. Misalnya: mendoakan seorang teman yang sakit. Setelah berdoa, dalam perjalanan berkomentar: “Mana mungkin dia bisa sembuh, wong sakitnya sudah stadium empat?”
Apa yang kita bayangkan benar-benar terjadi di alam roh. Jika kita membayangkan dan cocok dengan apa yang kita ucapkan dan kita imani, maka hal itu akan terjadi. Inilah cara berdoa yang penuh kuasa, karena lokasi pertempuran itu di pikiran manusia (harus radikal percaya pada Allah).
Apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu.
Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini
akan terikat di sorga
dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini
akan terlepas di sorga.
(Mrk 11:24; Mat 18:18)
Alam roh adalah bayangan dari alam nyata. Jika kita berdoa (alam roh), ada sesuatu yang luar biasa, maka akan berdampak luar biasa juga di alam nyata.
Tetapi jika kita berdoa, ada sesuatu yang luar biasa dan tidak terjadi apa-apa di alam nyata, itu hanya imajinasi semata.
Ada seorang hamba Tuhan yang hendak pelayanan di Kalimantan. Sebelum berangkat, keluarga itu mengadakan doa keluarga.
Anaknya yang bernama Benaya (usia 4 th) berdoa: “Tuhan, roh-roh jahat yang ada di Kalimantan, aku ikat sepuluh-sepuluh, aku pedang, aku buang ke laut.”
Setelah berdoa papanya bertanya: “Kenapa diikat sepuluh-sepuluh?” Jawabnya: “Khan kata papa setannya banyak, biar cepat pa, khan kalau diikat dulu, dipedang pasti kena.”
Tiga hari kemudian, malam terakhir sebelum hamba Tuhan itu berangkat ke Kalimantan, dalam doa keluarga selanjutnya, anaknya berdoa lagi: “Tuhan setan-setan yang ada di laut, jangan dimakan ikan Paus, nanti dimuntahkan ke darat, dan bertemu dengan papa lagi di Kalimantan.”
Rupanya dia ingat cerita Yunus di Sekolah Minggu, sehingga dengan spontan dia ingat dan yakin, masih beriman bahwa setan-setan yang sudah dia ikat sepuluh-sepuluh dan dibuang ke laut masih ada di laut.
Akhirnya hamba Tuhan itu pergi ke Kalimantan, dan melayani dengan penyertaan Allah yang nyata, ribuan orang datang ke KKR ... mengalami pemulihan dan hamba Tuhan itu tidak mengalami serangan balik apa-apa.
Inilah bukti bahwa imajinasi anak-anak sederhana, strategis, yang dia ucapkan dan bayangkan, dia yakini akan terjadi.
Sedangkan doa orang dewasa, misalnya: doa pelepasan.
Setelah memuji dan berbahasa roh sekitar tiga puluh menit, mulai berdoa: “Di dalam nama Yesus, setan-setan kami usir dari daerah ini ... di dalam nama Yesus kami ikat, kami hancurkan ... di dalam nama Yesus kami perintahkan pergi ... dll.
Coba bayangkan setan-setan itu pergi sesuai dengan perkataan kita, terus setelah pergi baru diikat ... berarti setan-setan itu datang lagi baru diikat, dihancurkan, sudah diikat terus disuruh pergi ... wah bagaimana mereka bisa pergi dalam keadaan terikat.
Kalau kita berdoa seperti model ini, maka roh jahat akan berkata: “Jangan panik, tenang. Nggak perlu pergi sekarang, mereka besok berdoa lagi ... mereka masih memerlukan kita lagi.”
*
Suatu saat yayasan yang dipimpin hamba Tuhan itu memerlukan dana 80 juta untuk mengadakan KKR, sedangkan waktunya tinggal dua minggu. Sementara saldo di Yayasan itu tinggal 3 juta. Mulanya dia bingung, dengan siapa dia akan cerita tentang kekurangan dana tersebut.
Kalau cerita ke panitia, panitianya nanti akan ragu-ragu untuk menyebarkan undangan yang gratis itu. Sedangkan kalau cerita ke donatur, wong donatur sudah nyumbang 100 juta setiap bulan untuk pelayanan daerah-daerah atau suku terasing.
Akhirnya dia cerita ketika doa keluarga. Sebelum berdoa anaknya bertanya: “Pa, delapan puluh juta itu enolnya berapa?” Jawab papanya: “Ben, tidak usah tahu enolnya berapa, bilang saja sama Tuhan Yesus, Papa butuh delapan puluh juta.”
Lalu Benaya berdoa: “Tuhan, Tuhan Yesus khan kaya. Bu Guru Sekolah Minggu bilang di sorga lantainya dari emas, jadi Tuhan kaya dong. Tuhan, beri papa delapan puluh juta. Terima kasih Tuhan, Tuhan sudah memberi papa, Tuhan baik deh.”
Hamba Tuhan itu sempat mengungkapkan kekuatirannya dan hal itu terdengar oleh anaknya, anaknya langsung nyeletuk: “Pa..., Ben khan sudah berdoa ... pasti Tuhan beri.”
Akhirnya hamba Tuhan itu mendapatkan dana yang cukup besar itu tanpa menggalang dana. Tuhan menggerakkan hati orang-orang, tanpa mereka memberi tahu namanya.
Begitulah iman anak-anak yang begitu kuat... tulus dan murni. Karena untuk berdoa tidak dibutuhkan pengetahuan tetapi iman. Untuk memindahkan gunung, tidak dibutuhkan pengetahuan berapa kubik tanahnya dll. tetapi dibutuhkan iman untuk mengatakan kepada gunung itu pindah maka gunung itu akan pindah (Mat 17:20).
(Sumber: Warta KPI TL No. 49/V/2008; Renungan KPI TL Tgl 17 April 2008, Dra Yovita Baskoro, MM).