Minggu, 25 Oktober 2015

21.50 -

Bagaimana Menjadi Pewaris Janji-janji Tuhan?

Ada banyak Tuhan berjanji di Alkitab, tetapi janji-janji itu tidak dapat kita alami. Karena kita tidak memiliki ke-radikal-an dalam mengasihi dan mencintai Allah – tidak mencari dengan kerinduan.


Ada 7 langkah menggenapi janji Tuhan


1.Menerima, mempercayai dan menghidupi janji itu – 

sekalipun tidak ada dasar untuk berharap ... berharap dan percaya ... menurut yang telah difirmankan (Rm 4:18-19

» janji itulah yang menguatkan dan memampukan untuk tetap tegar di tengah kesulitan, tantangan, masalah, bahkan kemustahilan, menghasilkan kasih karunia dan kekuatan; karena kenal siapa Allah yang disembah.

Salah satu penyebab orang Kristen tidak bisa menerima janji Tuhan di dalam kehidupannya, karena mereka melihat keadaan dan kondisi pada saat menerima janji itu (contoh: Abraham dijanjikan akan mempunyai keturunan dalam masa tuanya, sedang istrinya Sara sudah mati haid – Kej 17).

Manusia boleh berubah dari waktu ke waktu, namun janji Tuhan tidak pernah berubah/dibatalkan (selalu digenapi). 

Kita sendirilah penyebab dari tertundanya penggenapan janji, karena lebih fokus pada keadaan daripada janji Tuhan. 

Kalau kita menerima janji-Nya dengan sepenuh hati dan mempercayainya, akan membuat kita terfokus kepada-Nya dan memberikan keberanian untuk terus mengikuti pimpinan Roh Kudus sehingga akhirnya janji-Nya digenapi.

2. Tidak bersandar pada kemampuan manusia 

Pada waktu menghadapi kesulitan kita harus berserah bukan pasrah.

Berserah = melibatkan Tuhan dalam penyelesaian masalah, berharap sepenuhnya kepada Tuhan bukan pada kekuatan manusia (terkutuklah orang yang mengandalkan manusia/kekuatannya sendiri ... - Yer 17:5-8) - hasil dari iman yang mempercayai Tuhan yang tidak terbatas – langkah awal pergumulan iman di dalam pengharapan untuk mencapai hasil akhir yang penuh kemenangan.

Contoh: Sadrakh, Mesakh dan Abinego berserah - Jika Allah melepaskan kami ... , seandainya tidak ... , kami tidak akan ... (Dan 3:17-18). 

Pasrah = mencari penyelesaian masalah dengan seluruh kekuatan, ketrampilan, sumber daya yang dimilikitidak berhasil lalu menjadi putus asa dan akhirnya pasrah - hasil akhir perjuangan manusia tanpa hasil - hasil dari ketrampilan manusia yang terbatas.

Banyak orang Kristen tidak dapat menerima penggenapan janji Tuhan sekalipun mereka memiliki iman, karena imannya tidak berkembang (hanya percaya Yesus saja). Seharusnya kita memiliki iman bertahan di dalam segala situasi, kondisi dan masalah yang dihadapinya (1 Yoh 5:4).

Sukses seseorang tidak ditentukan oleh kualifikasi yang dimilikinya, tetapi Tuhanlah yang membuatnya berhasil dengan Roh Kudus dan Firman Tuhan (1 Kor 1:25-29; Za 4:6)

3. Hadapi kenyataan, pusatkan pada janji Tuhan 

Seringkali kita meragukan janji Tuhan/keberadaan Yesus tanpa sadar karena janji-Nya tidak kunjung tiba, sama seperti Maria dan Marta (penyakit ini tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan – Yoh 11:4; kenyataannya Lazarus sudah mati - Yoh 11:14). 

Seringkali kita mengartikan Firman Tuhan menurut kondisi/keadaan yang kita alami sehingga kita berada dalam kondisi tersebut sehingga manifestasi Yesus tidak nyata. 

Inilah bahayanya jika kita menghidupi kenyataan – akan membuat kita mengalami kesulitan dalam melihat apa yang Tuhan ingin kerjakan dalam hidup kita dan akan menimbulkan kesalahan dalam mengartikan firman dan pewahyuan-Nya (terang kenyataan bukan terang Roh Kudus).

Apa sebabnya kamu tidak dapat menangkap Firman-Ku? Karena Iblislah yang menjadi bapamubapa segala dusta. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran (Yoh 8: 43-44)

4. Bersandar pada Tuhan 

Terhadap janji Allah ia tidak bimbang ... malah ia diperkuat dalam imannya dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (Rm 4:20-21); janganlah takut ... Akulah perisaimu ... lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran (Kej 15:1-6).

Seringkali kita begitu senang dan bersemangat menerima janji Tuhan dengan berdoa, berpuasa, memeditasikan firman dan memikirkan strategi untuk penggenapan dari janji Tuhan yang telah kita terima. 

Tanpa kita sadari janji Tuhan itu sudah menjadi “berhala” – posisi Tuhan sudah bergeser digantikan janji-Nya.

Iman berasal dari Tuhan dan diaktifkan dengan mendengarkan, memperhatikan dan menerima firman-Nya (Rm 10:17); bukan dengan sekedar mengucapkan “saya percaya ... saya percaya ...” Orang benar akan hidup oleh iman (Rm 1:17)

5.Melanjutkan perjalanan - karena iman taat ... ketika dipanggil... dengan tidak mengetahui ... (Ibr 11:8), tidak pernah klarifikasi – mengikuti dinamika Roh Kudus/selalu bergerak untuk melihat yang jauh lebih besar. 

Seringkali kita tidak melanjutkan perjalanan karena merasa puas dengan apa yang Tuhan beri, sehingga mengalami stagnasi/tidak pernah maju – puas dengan karunia yang dimilikinya tanpa ingin lebih dan lebih lagi di dalam kehidupan. 

Memang karunia itu Tuhan yang beri, tetapi kita harus belajar bagaimana caranya berjalan dengan kuasa Tuhan.

Ketika kita melanjutkan perjalanan tidak lagi meminta Tuhan memenuhi kehendak kita, tetapi mohon pertolongan-Nya dan mulai memenuhi kehendak-Nya – meminta kepada Allah kuasa-kuasa Roh agar mampu memenuhi apa yang Allah mau.

Tuhan memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada mereka yang mau melanjutkan perjalanan bersama Dia, tetapi Tuhan hanya akan memperkenalkan perbuatan-perbuatan-Nya kepada mereka yang tidak bersedia melanjutkan perjalanan (Mzm 103:7 – Tuhan memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa (pengalaman internal karena adanya perjumpaan pribadi dengan Tuhan), perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel (tidak mengetahui ke jalan mana Tuhan sedang mengarahkan dan menuntun dalam setiap situasi/masalah/keadaan; sehingga tidak dapat penggenapan janji-Nya). 

Carilah dahulu Kerajaan Allah,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu
(Mat 6:33)

6. Menjadi seorang pengembara

Seorang pengembara tidak menyukai zona nyaman/lebih menyukai tantangan dan perubahan; sukses bukanlah tujuan akhir.

Seorang pengembara harus memiliki karakteristik:

Tidak dibatasi oleh waktu - waktu tidak dapat mengendalikan hidupnya. Tidak mudah tergesa-gesa sehingga salah langkah, dapat menghasilkan karya yang bagus (Tanpa pengetahuan ... rajin... akan salah langkah – Ams 19:2). Ia harus sabar dalam mengikuti proses (iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah – Ibr 6:12). Seorang pengembara hidupnya mengalir bersama waktu (Yoh 3:8). 

Bebas - memiliki kehidupan yang bebas dari pengaruh/kekuatan/tidak mudah dipengaruhi lingkungan – mengexpresikan hati dan pikiran; berkreasi; menetapkan langkah-langkah; menentukan pilihan.

Tidak menetap di suatu tempat terlalu lama – terus bergerak dan meningkat dalam mengenal Dia - bekerja untuk memberi buah yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dalam komunitas, bukan untuk dirinya sendiri (Flp 1:22-25).

7.Pasangan hidup - sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam mewujudkan janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita; harus seimbang dan sepadan (2 Kor 6:14) agar dapat saling menguatkan, mengasah dan mendukung dalam meraih janji-janji-Nya.

(Sumber: Warta KPI TL No. 28/VIII/2006; Renungan KPI TL 22 & 29 Juni 2006, Dra Yovita Baskoro MM).