06.00 -
SP Lukas
Luk 13:18-21
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Penanggalan liturgi
Bacaan: Ef 5:21-33; Mzm 128:1-2, 3, 4-5: Luk 13:18-21
Selasa, 29 Oktober 2019: Hari Biasa XXX - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Rm 8:18-25; Mzm 126:1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6; Luk 13:18-21
Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."
Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
Ajaran Yesus mengenai gerakan Kerajaan Allah. Kita diajak untuk mempengaruhi sesama melalui tindakan-tindakan remeh, sepele, dan sehari-hari. Gerakan ini adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, ketekunan, dan kepercayaan. Inilah yang sering kali tidak kita miliki. Kita lebih puas kalau bisa melihat hasil seluruh tindakan kita pada saat itu juga.
Kita hidup di dunia yang lebih mementingkan hasil daripada proses yang memakan waktu. Kita tidak pernah sadar bahwa hidup kita dibentuk bukan hanya oleh hasil semata-mata, namun terutama oleh perjalanan untuk mencapai keberhasilan itu.
Oleh karena itu, Paulus memberi nasihat kepada suami-istri untuk saling merendahkan diri dan mengabdikan diri. Pengabdian diri ini bukanlah tindakan yang sekali jadi selesai, namun tetap berjalan selama perkawinan itu berlangsung. Itu artinya sampai kematian yang bisa memisahkan tubuh mereka.
Untuk mengalami Kerajaan Allah, orang tak perlu muluk-muluk harus melakukan hal yang besar. Kerajaan Allah itu seperti biji sesawi, yang kecil pada awalnya, namun dashyat jika saatnya telah tiba.
Apakah kita membayangkan Kerajaan Allah benar-benar sebagai sebuah struktur pemerintahan atau sebagai sebuah situasi harian dimana Allah hadir dalam bentuk damai dan sukacita? (Rm 14:17).
Kerajaan Allah sebenarnya dekat dengan kita. Jadi, janganlah terlalu sibuk mencari Kerajaan Allah, karena sesungguhnya dalam hatilah Allah hadir dan meraja. Jika kita mengasihi-Nya dengan menuruti perintah-perintah-Nya.
Bacaan: Rm 8:18-25; Mzm 126:1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6; Luk 13:18-21
Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."
Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
Renungan
1. Gerakan Kerajaan Allah
Ajaran Yesus mengenai gerakan Kerajaan Allah. Kita diajak untuk mempengaruhi sesama melalui tindakan-tindakan remeh, sepele, dan sehari-hari. Gerakan ini adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, ketekunan, dan kepercayaan. Inilah yang sering kali tidak kita miliki. Kita lebih puas kalau bisa melihat hasil seluruh tindakan kita pada saat itu juga.
Kita hidup di dunia yang lebih mementingkan hasil daripada proses yang memakan waktu. Kita tidak pernah sadar bahwa hidup kita dibentuk bukan hanya oleh hasil semata-mata, namun terutama oleh perjalanan untuk mencapai keberhasilan itu.
Oleh karena itu, Paulus memberi nasihat kepada suami-istri untuk saling merendahkan diri dan mengabdikan diri. Pengabdian diri ini bukanlah tindakan yang sekali jadi selesai, namun tetap berjalan selama perkawinan itu berlangsung. Itu artinya sampai kematian yang bisa memisahkan tubuh mereka.
2. Kerajaan Allah
Untuk mengalami Kerajaan Allah, orang tak perlu muluk-muluk harus melakukan hal yang besar. Kerajaan Allah itu seperti biji sesawi, yang kecil pada awalnya, namun dashyat jika saatnya telah tiba.
Apakah kita membayangkan Kerajaan Allah benar-benar sebagai sebuah struktur pemerintahan atau sebagai sebuah situasi harian dimana Allah hadir dalam bentuk damai dan sukacita? (Rm 14:17).
Kerajaan Allah sebenarnya dekat dengan kita. Jadi, janganlah terlalu sibuk mencari Kerajaan Allah, karena sesungguhnya dalam hatilah Allah hadir dan meraja. Jika kita mengasihi-Nya dengan menuruti perintah-perintah-Nya.