Pages

Rabu, 25 Maret 2020

Tali sipat



[Am 7:7-9] Inilah yang diperlihatkan-Nya kepadaku: Tampak Tuhan berdiri dekat sebuah tembok yang tegak lurus, dan di tangan-Nya ada tali sipat. Lalu berfirmanlah Tuhan kepadaku: "Apakah yang kaulihat, Amos?" Jawabku: "Tali sipat!" Berfirmanlah Tuhan: "Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi. Bukit-bukit pengorbanan dari pada Ishak akan dilicin tandaskan dan tempat-tempat kudus Israel akan diruntuhkan, dan Aku akan bangkit melawan keluarga Yerobeam dengan pedang." 

Tali Sipat adalah alat ukur atau alat penimbang yang gunanya untuk melihat apakah sebuah bangunan tersebut tegak lurus atau tidak. Alat ini sangat penting karena akan membantu mata kita yang terbatas. 

Pada saat seorang tukang bangunan mendirikan sebuah tembok atau dinding, ia akan membentangkan benang untuk memastikan dinding yang sedang dibangun lurus. Ia membutuhkan seutas benang yang diberi beban supaya benang itu lurus. Gaya gravitasi akan menarik beban itu sehingga benang membentuk garis tegak lurus. Dengan mendekatkan benang, yang disebut sebagai tali sipat, itu ke dinding yang sedang dibangun, seorang tukang akan mengetahui apakah tembok itu tegak lurus atau tidak. Tanpa tali sipat, sangat sulit bagi tukang untuk membuat dinding yang lurus.

Allah menyatakan bahwa Dia akan menaruh tali sipat ditengah bangsa Israel, mengapa? Karena bangsa Israel sudah berlaku bengkok, dan Allah mau mereka menjadi sadar dan akhirnya menjadi lurus kembali. 

Tuhan menetapkan hidup kita sebagai bangunan rohani. Tuhan ingin bangunan hidup kita tegak lurus. Menurut Yesaya 28:17, tali sipat itu adalah kebenaran dan, dalam Yohanes 17:17, kebenaran adalah firman Tuhan. Kita harus selalu mendekatkan diri kepada kebenaran firman Tuhan sehingga kita mengerti apakah bangunan hidup kita tegak lurus atau tidak di hadapan Tuhan.

Bagi kita firman Tuhan adalah tali sipat yang akan mengukur apakah kita masih lurus dihadapan Tuhan atau tidak. Jangan pernah mengukur diri dengan ukuran diri sendiri karena hanya akan menghasilkan ukuran yang salah dan kompromi. Pakailah ukuran Allah, tali sipat Allah yaitu firman Tuhan. Mari kita senantiasa membawa bangunan hidup kita dekat dengan kebenaran firman Tuhan dan memastikan bangunan hidup kita tegak lurus di hadapan-Nya.

(Sumber: Warta KPI TL No. 177/I/2020).

Senin, 23 Maret 2020

Lahir untuk bahagia dalam Tuhan



Bhutan merupakan negara di Asia Tengah yang walaupun pendapatan perkapita dan kemampuan ekonominya rata-rata namun mempunyai indeks kebahagiaan tertinggi di Asia dan kedelapan terbesar dunia. Masyarakat Bhutan menikmati kesedehanaan hidup mereka walaupun tidak memiliki hal-hal yang dipandang universal sebagai sumber kebahagiaan seperti mobil mewah, uang ataupun rumah. Kebahagiaan mereka berasal dari komunitas yang sehat, kesenjangan sosial yang rendah, alam yang asri dan keseimbangan kehidupan rohani. 

Terinsiprasi dari negara Bhutan, maka James Illien, staf ahli di PBB membujuk Majelis Umum PBB untuk menetapkan “International Day of Happiness”. Akhirnya PBB menetapkannya pada tanggal 20 Maret. Hari kebahagiaan internasional ini merupakan hari besar di kalender PBB guna meningkatkan kesadaran warga dunia untuk mengingat dan merayakan arti dari kebahagiaan. 

Sukacita adalah tanda yang paling tidak bisa salah dari keberadaan Tuhan (Pierre Teilhard de Chardin).

Apakah yang menjadi kebahagiaan kita? Mungkin secara spontan kita akan mengatakan: “saya bahagia kalau punya banyak uang, bisa makan yang enak, punya pasangan yang keren, punya kedudukan dan pendidikan yang tinggi, kesehatan yang prima, dan penampilan yang “ok”. Benarkah kebahagiaan kita dapat dicapai dengan hal-hal tersebut di atas? Tidak! Ini adalah kebahagiaan yang semu, ini hanyalah “kesenangan” karena semua keinginan hati kita terpenuhi. 

Kesenangan itu pada dasarnya adalah “janji” yang diberikan oleh sesuatu, barang atau pengalaman tertentu, yakni situasi emosional spontan yang dirasakan orang ketika mendapatkan sesuatu itu. Di situ ada perasaan nikmat dan kepuasan tertentu, tetapi kesenangan itu melekat pada benda atau hal yang memberi kesenangan itu. Jika benda atau hal itu tidak ada lagi, maka kesenangannya juga hilang. Itu seperti permen karet yang manis sebentar, lalu hilang. Karena itulah mengapa setelah kehilangan kesenangan yang satu, orang harus mengejar kesenangan yang lain. Inilah mengapa kemudian muncul hedonisme, hidup untuk mengejar kesenangan. 

Di tengah iklim hedonisme dan konsumerisme, kita harus menumbuhkan kesederhaanaan hidup tertentu dan menolak tuntutan yang menggelisahkan dari masyarakat konsumeris yang membuat kita merasa miskin dan tidak merasa puas. 

Ingatlah! Kesenangan ini sifatnya hanya sementara dan terbatas. Ini adalah perasaan puas yang palsu, akhirnya kita menjadi budak, kita tidak akan pernah puas, kita terdorong untuk mencari lebih dan lebih banyak lagi, misalnya makan » kenyang, beberapa saat kemudian lapar lagi. 

Tidak semua kesenangan adalah sesuatu yang baik, makanan yang lezat adalah hidangan yang menipu, menyebabkan sakit-penyakit (Ams 23:3). Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (1 Tim 6:9-10). Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya (Pkh 5:9). 

Hidup sederhana, bukan berarti tidak memiliki harta/uang dan atribut-atribut dunia tetapi kita tidak melekat dengan ... (Mat 5:3 » Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga). 

Kesederhanaan dapat diwujudkan bila seseorang memiliki kerinduan menyenangkan Tuhan dalam segala-galanya (Kol 3:17, 23 » Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia). Pola hidup sederhana sebagai orang beriman, akan memampukan menggapai kedamaian batin. 

Tuhan memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku (Mzm 116:6). 

Sementara sukacita itu berbeda! Sukacita pertama-tama bukanlah janji, melainkan buah Roh (Gal 5:22-23). Buah tidak datang dari permulaan, melainkan di akhir. Sukacita adalah akhir dari sebuah perjalanan, buah dari pedagogi hidup batin yang lama, serius dan mendalam. Ia adalah jumlah atau hasil dari semua sikap dan keutamaan-keutamaan kristen yang kita pilih dan kita hayati. 

Sukacita atau kegembiraan bukan berarti hidup dari tertawa ke tertawa. Bukan itu! Sukacita bukanlah pertama-tama hiburan. Sukacita Kristen adalah kedamaian, yakni kedamaian yang berakar dari dalam hati, hanya bisa diberikan oleh Tuhan. Orang beriman percaya bahwa sukacita sejati hanya bisa datang dari atas, yakni Tuhan (Yoh 14:27 » Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu). 

Jalan kegembiraan harus dipelajari, salah satunya dibangun dengan rasa humor. Kemampuan untuk berhumor akan membantu kita bergerak ke masa depan, terlepas dari ketakutan dan kekecewaan. Mampu tertawa dan menertawakan sesuatu, orang lain dan diri sendiri - secara mendalam adalah manusiawi. Ini adalah sikap “dekat dengan rahmat”. Rasa humor di sini tercermin dalam kemampuan dengan baik dan melihat sesuatu secara relatif, tidak kaku dan memutlakkan segala sesuatu. Lalu juga sambil bersikap realistis seseorang mampu menerangi orang lain “dengan semangat positif dan penuh harapan”. Ini adalah kemampuan untuk “berironi terhadap diri sendiri” untuk mengatasi godaan narsisme. 

[Baca jugaHidup penuh keceriaan

Kegembiraan bukanlah kesenangan sesaat: itu adalah hal lain! Sukacita sejati tidak datang dari berbagai hal, dari memiliki. Tidak! Ini lahir dari perjumpaan, hubungan dengan orang lain, lahir dari perasaan diterima, dipahami dan dicintai, dan ini bukan untuk sesaat, tetapi karena yang lain sebagai pribadi. Kebahagiaan bukan berapa banyak jumlah yang yang engkau miliki tetapi berapa banyak orang yang ada di sekelilingmu yang mengasihi dan menciptakan kenangan yang indah bagimu. Jadi, bahagia bukanlah ditentukan oleh segala sesuatu yang kita peroleh tetapi adalah oleh rasa syukur kita atas apa yang sudah kita peroleh. 

Orang Kristen adalah manusia sukacita. Karena mereka dipanggil untuk mengalami hidup sukacita melalui Injil, warta gembira (KGK 2763; Yes 12:6 » Berserulah dan bersorak-sorailah, sebab Allah di tengah-tengahmu!; Luk 10:21 » Bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus; Luk 1:47 » Hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku. Hanya orang yang bersukacita dan gembira yang bisa menjadi pewarta kabar gembira. 

Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan. Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati manusia, supaya menarik mereka kepada diri-Nya, karena hanya Allah dapat memenuhinya: "Pastilah kita semua hendak hidup bahagia, dan dalam umat Tuhan tidak ada seorang pun yang tidak setuju dengan rumus ini, malahan sebelum ia selesai diucapkan" (Agustinus, Mor.eccl. 1, 3, 4). 

"Dengan cara mana aku mencari Engkau, ya Tuhan? Karena kalau aku mencari Engkau, Allahku, aku mencari kehidupan bahagia. aku hendak mencari Engkau, supaya jiwaku hidup. Karena tubuhku hidup dalam jiwaku, dan jiwaku hidup dalam Engkau" (Agustinus, conf. 10, 290) (KGK 1718). 

Sabda bahagia menuntut dari kita keputusan-keputusan penting yang ada hubungannya dengan kekayaan duniawi. Mereka membersihkan hati kita dan mengajarkan kita mencintai Allah di atas segala sesuatu (KGK 1728). 

Hukum baru, hukum Injil adalah bentuk duniawi yang sempurna dari hukum ilahi yang kodrati dan yang diwahyukan. Itulah karya Kristus dan dinyatakan terutama dalam kotbah di bukit. Ia adalah juga karya Roh Kudus dan melalui Dia menjadi hukum batin dari kasih: "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel.... Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku" (Ibr 8:8-10) (Yer 31:31-34) (KGK 1965). 

Hukum baru adalah rahmat Roh Kudus yang dianugerahkan kepada umat beriman melalui iman akan Kristus. Ia bekerja melalui kasih; dengan bantuan kotbah Tuhan di bukit, ia mengajarkan kita apa yang harus kita lakukan dan memberi kepada kita rahmat melalui Sakramen-sakramen, supaya kita benar-benar melakukannya juga. 

"Siapa yang hendak merenungkan dengan khidmat dan dengan cerdas tentang kotbah yang Tuhan kita sampaikan di atas bukit seperti yang kita baca dalam Injil Matius, tentu akan menemukan di dalamnya hukum dasar kehidupan Kristen secara sempurna. Kotbah ini mencakup semua perintah yang ditentukan untuk mengarahkan kehidupan Kristen" (Agustinus, serm.Dom. 1,1) (KGK 1966). 

Hukum Injil memenuhi, melebihi, dan menyempurnakan hukum lama. Janji-janjinya dipenuhi oleh sabda bahagia Kerajaan sorga, dan perintah-perintahnya melalui pembaharuan hati, asal segala tindakan (KGK 1984). Jadi, Kotbah di bukit adalah pedoman hidup kepada kita (KGK 2764; Mat 5-7). 

Sabda Bahagia mencerminkan wajah Yesus Kristus dan cinta kasih-Nya. Mereka menunjukkan panggilan umat beriman, diikutsertakan di dalam sengsara dan kebangkitan-Nya; mereka menampilkan perbuatan dan sikap yang mewarnai kehidupan Kristen; mereka merupakan janji-janji yang tidak disangka-sangka, yang meneguhkan harapan di dalam kesulitan; mereka menyatakan berkat dan ganjaran, yang murid-murid sudah miliki secara rahasia (KGK 1717). 

Sabda bahagia menunjukkan kepada kita tujuan akhir, yang untuknya Allah telah memanggil kita: Kerajaan Sorga, memandang Allah, mengambil bagian dalam kodrat ilahi, kehidupan abadi, pengangkatan sebagai anak Allah, dan perhentian di dalam Allah (KGK 1726). 

Hukum baru adalah hukum kasih, rahmat dan kebebasan (KGK 1985). 

Kata “Gereja” memiliki arti “mereka yang dipanggil keluar” untuk membangun persekutuan dan selanjutnya untuk mewartakan. Maka sukacita orang Kristen tidak mungkin terjadi tanpa keluar dari diri sendiri, dari kepentingan dan urusan sendiri, keluar untuk membangun persekutuan hidup dan menjadi pewarta kabar baik. 

Gereja adalah kumpulan orang percaya yang dipanggil keluar dari dunia dan dikuduskan bagi Tuhan. Itulah sebabnya orang percaya disebut sebagai orang-orang kudus, yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang baik, yang kudus (Rm 1:7; Tit 2:14). 

Sukacita harus juga dihayati dalam kerja dan istirahat. Saat diutus Bapa di bumi Yesus sangat sibuk melakukan pekerjaan untuk Kerajaan Allah. Tuhan memberikan teladan dengan bekerja (Kej 1; Yoh 5:17 » Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga) dan juga beristirahat (Kej 2:2). 

Menurut tradisi Kristen, pekerjaan adalah sebuah misi (Kej 2:15 » untuk mengusahakan dan memelihara). Jadi, pekerjaan bukan tentang sekedar melakukan sesuatu untuk uang, tetapi tentang bekerja sama dengan karya penebusan Kristus dalam merawat orang lain dan bumi. Contoh: seorang suami atau ayah bekerja untuk kelangsungan hidup istri dan anak-anaknya. Petani bekerja menanam padi untuk kelangsungan hidup dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan demikian, orang akan bahagia dalam bekerja, karena tahu apa yang dilakukannya itu penuh makna. Jadi, hidup ini akan memiliki maknanya, jika kita bisa melayani dan berkorban bagi orang lain. 

Jadi, bekerja bukan hanya bekerja, tetapi pada saat kita bekerja sebenarnya kita sedang melayani Kristus sebagai Tuan (Kol 3:23-24 » Apa pun juga yang kamu perbuat (1 Kor 10:31 » makan, minum, atau melakukan sesuatu yang lain), perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya). 

Tuhan ingin agar manusia tidak senantiasa terikat pada pekerjaan tetapi juga harus beristirahat. Beristirahat berarti kita masuk dalam perhentian dan mengalami persekutuan dengan Tuhan, melalui doa dan persekutuan dengan sesama, melalui persaudaraan. 

Keberhasilan dalam bekerja maupun pelayanan harus bermuara pada keheningan (Mrk 6:30 -31 » beristirahat). Kesunyian inilah yang membawa kita bertemu dengan Allah, sumber segala kasih karunia (1 Ptr 5:10). Melalui persatuan dengan Bapa, kita mempunyai yang energi besar untuk melayani dengan sukacita (2 Kor 13:11). 

Jalan menuju sukacita tak jarang dipersulit oleh cobaan dan kegagalan hidup yang mengarah pada keputusasaan. Doa adalah kehidupan hati yang baru (akan mengubah sesuatu atau mengubah hati kita). Kita harus sering mengenang Allah, daripada bernafas. Puncak doa Kristen, karena kedalamannya dan lamanya (KGK 2697). 

Doa adalah anugerah rahmat dan satu jawaban dari pihak kita. Doa berarti berjuang melawan kita sendiri dan melawan tipu muslihat penggoda yang melakukan segala-galanya untuk mencegah manusia dari doa, dari persatuan dengan Allah. Jadi, “perjuangan rohani” orang Kristen tidak bisa dipisahkan dari perjuangan doa (KGK 2725). 

Doa adalah kemenangan atas kesepian dan keputusasaan (KGK 2744 » yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang berat menjadi ringan). Oleh karena itu pakailah perlengkapan rohani, seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kita dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis dan dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu (Ef 6:10-20). 

Di tengah kemajuan dunia yang luar biasa sekarang ini, kita menjumpai dunia yang semakin miskin sukacita dan belas kasih. Hal ini juga terjadi pada sebagian orang Kristen. Mengapa? Karena mereka tidak mengenali karunia-karunia Allah sehingga mereka tidak mampu berterima kasih atas karunia-karunia tersebut. 

Sukacita memampukan kita untuk bisa melihat hadiah dari Tuhan yang kita terima setiap hari, keajaiban dan keindahan hidup dalam hal-hal besar dan kecil yang mengisi hari-hari kita. Dalam hal ini sukacita membuat orang menjadi tangguh dan mampu bersyukur (Flp 4:11 » Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan). Contoh: Santo Fransiskus dari Asisi, dapat tergerak untuk berterima kasih di depan sepotong roti keras, atau memuji Allah dengan gembira hanya atas angin yang membelai wajahnya. 

Hidup dengan sukacita adalah “kemampuan untuk merasakan yang esensial” dengan ketenangan dan untuk berbagi apa yang dimiliki, memperbarui “setiap hari keajaiban untuk kebaikan segala sesuatu, tanpa membebani diri kita sendiri dalam konsumerisme yang buram dan rakus. Hati yang tahu melihat apa yang baik, tahu bagaimana harus berterima kasih dan memuji, adalah hati yang tahu bagaimana bersukacita. 

Jika doa kita otentik, kehidupan kita akan diubah dalam terang belaskasih. Belaskasih bukan hanya tindakan Bapa, belaskasih menjadi kriteria untuk memastikan siapa anak-anak-Nya yang sejati. Jalan sukacita adalah jalan belaslasih. Jadi, siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukan dengan sukacita (Rm 12:8). 

Oleh karena itu, hendaklah hidup kita berpadanan dengan Injil Kristus (Flp 1:27), yaitu: murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; (1) ampunilah dan kamu akan diampuni. (2) Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu (Luk 6:36-38). 

Jadi, kemurahan hati memiliki dua segi: 

1. Mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali (Mat 18:21-22). 

Akar dari bersukacita adalah memahami bahwa kita diampuni Tuhan (Zef 3:14-15 » Bersorak-sorailah, bertempik-soraklah! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati! Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Tuhan, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi). 

Sukacita atau kebahagiaan itu berkaitan dengan pengampunan, dengan tindakan memaafkan dan meminta maaf. Sebab dalam hati yang penuh amarah dan dendam tidak ada tempat untuk kebahagiaan. Orang yang tidak memaafkan pada dasarnya menyakiti dirinya terlebih dahulu. 

Benci itu menimbulkan kesedihan. Dan kesedihan pada dasarnya bersifat destruktif, bisa membuat orang bertindak jahat dan merusak. Orang-orang seperti itu benar-benar merupakan musuh perdamaian, mereka tidak pernah bahagia (Mat 5:9 » Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah). Dunia gosip, yang dihuni oleh orang-orang yang berperilaku buruk dan merusak, tidak membawa perdamaian. 

Banyak situasi peperangan yang tak berkesudahan di dunia kita. Apa yang sering menjadi penyebabnya? Kesalahpahaman. Oleh karena itu kita harus belajar menghormati mereka dan terlibat dalam dialog dengan mereka yang berpikir berbeda, menghargai mereka terlebih dahulu sebagai pribadi manusia daripada membuat penilaian mendasar terhadap mereka karena cara mereka berpikir. Menciptakan damai sungguh tidak mudah, menuntut keterbukaan pikiran dan hati yang besar. 

Langkah pertama sukacita yaitu kedamaian yang datang dari mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Rat 3:24 "Tuhan adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya). 

Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya (Keb 3:9). Kalau seseorang mengasihi kebenaran, maka kebajikan adalah hasil jerih payah kebijaksanaan. Sebab ia mengajarkan menahan diri dan berhati-hati, keadilan dan keberanian; dari pada semuanya itu tidak ada sesuatupun dalam kehidupan yang lebih berguna bagi manusia (Keb 8:7). 

Ini adalah “kegembiraan adikodrati” yang tidak dapat dihancurkan atau diubah (Yoh 16:20-22 » Dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Sekarang kamu diliputi dukacita ... hatimu akan bergembira dan tidak seorang pun yang dapat merampas kegembiraan itu dari padamu). Kegembiraan ini sifatnya selalu tetap, sebagai secercah cahaya yang datang dari kepastian bahwa “tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Rat 3:22-23). 

2. Memberi menurut kerelaan hati (2 Kor 9:7; Kis 20:35 » Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima). Ini adalah jalan yang ditunjukkan Tuhan, yang nampak seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. 

Kita harus mengatakan kebenaran ini: hidup Kristen bukan hanya satu pesta besar. Sama sekali tidak! Kita sering menangis: saat kita sakit, ketika kita memiliki masalah dengan keluarga atau komunitas, ketika tidak dapat membayar angsuran dan gaji tidak sampai akhir bulan. Begitu banyak masalah yang kita hadapi. Tetapi Yesus memberi tahu kepada kita: “Jangan takut!” 

Dalam hidup ada saat salib, ada saat-saat gelap yang membuat kita seolah-olah ditinggalkan oleh Tuhan. Ingatlah! Saat itu waktunya kita belajar dalam keheningan untuk menyerahkan diri ke dalam tangan Tuhan. 

Buah keheningan adalah doa. Buah doa adalah iman. Buah iman adalah cinta. Buah cinta adalah pelayanan. Buah pelayanan adalah damai (Mother Teresa). 


Tuhan menginginkan kebahagiaan anak-anak-Nya di muka bumi ini. Namun, mengapa masih ada banyak orang yang bersedih? Karena mereka belum mengenal Allah yang benar. Mereka tidak menyadari bahwa dijerat dan diikat pada kehendak Iblis (2 Tim 2:26). 

Akibatnya, tanpa berpikir ditarik dan menghambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Roh perzinahan ada di antara mereka (1 Kor 12:2; Gal 4:8; Hos 5:4). Pikirannya sia-sia (Ef 4:17 » terlalu memikirkan dirinya sendiri, tidak ada lagi ruang bagi orang lain, mereka menjadi tahanan dari pikiran negatif dan “komplikasi tanpa akhir” sehingga tidak akan menikmati “kegembiraan manis” cinta) dan hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang (1 Ptr 4:3; Kol 3:5; 1 Yoh 2:16). Oleh karena itu Tuhan “ingin kita menjadi positif”, sederhana dalam menikmati hal-hal kecil setiap hari. 

(Sumber:Warta KPI TL No. 178/II/2020 » Seminar Lahir untuk bahagia dalam Tuhan, Rm Ignasius Budiono, O.Carm).

Kerajaan Allah



Dahulu kita hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci (Tit 3:3). Ada banyak orang melakukan hal ini karena mereka tidak sadar bahwa telah dijerat oleh Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya (2 Tim 2:25-26). 

Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita (Tit 3:4-7). 

Berkat rahmat-Nya, kita percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya; hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus dan bertumbuh dalam kebaikan (KGK 1266). 

Pembaptisan suci adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, (1) pintu masuk menuju kehidupan dalam roh (2) menuju Sakramen-sakramen yang lain. Oleh Pembaptisan kita (3) dibebaskan dari dosa dan (4A) dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita (5A) menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan (6) ikut serta dalam perutusannya (KGK 1213). 

Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis (7) suatu "ciptaan baru" (2 Kor 5:17), (4B) seorang anak angkat Allah (Gal 4:5-7); ia (8) "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Ptr 1:4), adalah (5B) anggota Kristus (1 Kor 6:15; 12:27), (9) "ahli waris" bersama Dia (Rm 8:17) dan (10) kenisah Roh Kudus (1 Kor 6:19) (KGK 1265). 

Pembaptisan adalah anugerah Allah yang paling indah dan paling mulia.... Kita menamakannya anugerah, rahmat, pengurapan, penerangan, busana kebakaan, permandian kelahiran kembali, meterai, dan menurut apa saja yang sangat bernilai. Anugerah, karena ia diberikan kepada mereka yang tidak membawa apa-apa; rahmat, karena ia malah diberikan kepada orang yang bersalah; pembaptisan, karena dosa dikuburkan di dalam air; pengurapan, karena ia adalah kudus dan rajawi (seperti orang yang diurapi); penerangan, karena ia adalah terang yang bersinar; busana, karena ia menutupi noda-noda kita; permandian, karena ia membersihkan; meterai, karena ia melindungi kita dan merupakan tanda kekuasaan Allah" (Gregorius dari Nasiansa, or. 40, 3-4) (KGK 1216). 

Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum (Mrk 16:16). Oleh kasih karunia telah dibenarkan dan akan beroleh keselamatan (Rm 3:24; Kis 15:11). Manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman (Yak 2:24). 

Kristus mau kita tidak sekedar menjadi pengikut-Nya saja (dibaptis), namun Dia juga mau kita menjadi murid-Nya (Yes 50:4 » mempertajam pendengaran dan memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu; Yoh 13:35 » saling mengasihi) dan saudara-Nya (Mat 12:50 » melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga). Kristus mau kita beriman sesuai dengan kehendak-Nya (Mat 7:21). 

Kapankah Kerajaan Allah akan datang? Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kita (Luk 17:20-21). 

Jika orang yang beriman kepada Kristus, maka ia akan mengasihi-Nya dengan menuruti firman-Nya. Janji-Nya: (1) Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia (Yoh 14:23). (2) Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah (1 Kor 6:17, 19; 2 Tim 1:14 ). Roh Kudus dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia (Kis 5:32). 

Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Kor 3:2). Hendaklah kamu menjadi pelaku firman (Yak 1:22) agar kemuliaan Tuhan tampak kepadamu (Im 9:6) 

Jadi, kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan." (2 Kor 6:16-18). 

Definisi Kerajaan Allah di Kamus Alkitab dan Kitab Suci: 

1. Kerajaan Allah artinya Allah sendiri yang tampil sebagai Raja dalam kemuliaan dan keperkasaan untuk menyelamatkan dan memberi perlindungan untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan, bukan untuk menghukum atau membalas (Mzm 145:11-13; Rm 5:14-15; 1 Tim 1:15; Yoh 3:16-17). 

2. Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa (1 Kor 4:20). Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu (Kis 1:8). 

Karunia Roh Kudus dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya (Ibr 2:4). Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh (Mrk 16:17-18). 

3. Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm 14:17). 

Ketika Kerajaan Allah ada dalam hati kita, maka ada damai sejahtera dan roh sukacita dalam kehidupan kita. Kedua hal inilah yang memampukan kita untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikuti-Nya (Luk 9:23) sehingga kita dimampukan untuk melakukan kehendak-Nya, hidup berpadanan dengan Injil Kristus (Flp 1:27) (Tit 3:1-2 » tunduk pada pemerintah (Rm 13:1) dan orang-orang yang berkuasa (Ef 5:22-24), taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik (Ef 2:10), selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang., Luk 6:36-38 » murah hati dengan cara mengampuni dan memberi). 

Setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah (Rm 14:12). Jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka (Ibr 10:26-27). 

Sebagai anggota Tubuh Kristus, kita dipanggil untuk memperoleh berkat, hendaklah memberkati dengan saling menolong dan mendoakan (1 Ptr 3:9; Gal 6:2) dan dipanggil untuk menjadi rekan kerja Allah dalam rencana keselamatan (1 Kor 3:9). 

Siapapun yang telah menemukan Kristus harus menuntun yang lain kepada-Nya. Kegembiraan yang besar tidak dapat disimpan untuk diri sendiri, ia harus dibagikan (Paus Benediktus XVI). Jadi, sebarkanlah iman katolikmu sehingga dunia dapat dibawa kepada kebenaran-Nya, yaitu Kristuslah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 178/II/2020 » Renungan KPI TL Tgl 15 November 2018, Ibu Laksmi).

Perjalanan ke Emaus



Sesungguhnya Alkitab hanya berisi dua hal, yaitu: perintah dan janji (Ul 11:26-28 » berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan dan melakukannya (Ul 28:1-14); kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan (Ul 28:15-46). 

Kita semua suka sama berkat Tuhan, kita semua suka sama janji Tuhan, karena janji Tuhan itu sangat indah, ya dan amin. Pertanyaan berikutnya untuk kita semua: seberapa banyak kita suka sama perintah Tuhan? Seberapa banyak kita semua suka sama pribadi-Nya Tuhan? 

Contoh Mat 6:33: Perintah » Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya; Janji » semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Janji itu akan terpenuhi apabila perintah-Nya kita jalankan. Oleh karena itu janganlah terlebih dahulu fokus pada janji-Nya, tetapi fokuslah terlebih dahulu kepada perintah Tuhan. 

Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh (Yoh 15:10-11). 

Apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan (Rm10:8 » firman iman). Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita (Ul 30:11, 14; 1 Yoh 5:2-4). 

Jadi, janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." (Yos 1:8-9). 

Marilah kita belajar dari Luk 24:13-35: 

Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus (1D) pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 

Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, (3A) datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi (1C) ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan (1B) muka muram. 

Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" 

Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal (1B) kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." 

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang (1A) bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" 

Lalu (2A) Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 

Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi (4) mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. 

Waktu Ia duduk makan dengan mereka, (3B) Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu (2C) terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah (2B) hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" 

Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. 

» (1ABC) Mereka adalah pengikut Kristus yang bodoh karena tidak percaya dengan apa yang telah dikatakan-Nya (Mrk 10:28-30). Iman yang benar itu melakukan perintah Tuhan sembari percaya janji- Nya pasti digenapi (Yak 2:17 » Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati). Mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar (Rm 10:2). 

(1D) Mereka galau, putus asa dan kehilangan harapan ketika impian dan harapannya tidak sejalan dengan kenyataan. Jadi, kekecewaan ini terjadi karena mereka telah kehilangan fokus utamanya, yaitu: tidak melakukan perintah-Nya (Mat 28:10 » Kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."). 

(2ABC) Untuk dapat mengerti firman Tuhan sangatlah dibutuhkan rahmat dan bimbingan-Nya agar Dia membuka pikiran kita. Mengenal Dia dengan benar merupakan anugerah. Keberdosaan kita menghalangi mata iman kita. Akan tetapi, membuka diri kepada-Nya, bersedia percaya kepada firman-Nya merupakan kunci untuk mengenal Dia yang benar. 

(3A) Mereka hanya fokus pada masalah saja sehingga tidak mengenali kehadiran Tuhan, padahal Tuhan Mahahadir (Mzm 139:2-4; Mat 18:20 » Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka). 

(3B) Perjumpaan dengan Tuhan mampu mengubah, yang awalnya kecewa menjadi penuh harapan lagi. Terlebih lagi melalui Komuni, memperdalam persatuan kita dengan Kristus. Buah utama dari penerimaan Ekaristi di dalam komuni ialah persatuan yang erat dengan Yesus Kristus. Tuhan berkata: "Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia" (Yoh 6:56). Kehidupan di dalam Kristus mempunyai dasarnya di dalam perjamuan Ekaristi: "Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barang siapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku" (Yoh 6:57). 

"Kalau pada hari raya Tuhan umat beriman menerima tubuh Tuhan, mereka saling mengumumkan warta gembira bahwa anugerah-anugerah sudah diberikan, seperti dahulu ketika malaikat mengatakan kepada Maria Magdalena: "Kristus telah bangkit". Juga sekarang kehidupan dan kebangkitan itu dianugerahkan kepada orang yang menerima Kristus" (Fanqith, Ofisi Siria dari Antiokia, jilid 1, Commune, hal. 237 a-b) (KGK 1391). Berkat persatuan yang erat dengan Yesus Kristus, maka kita mempunyai karakter Kristus. 

(4) Jika kita ingin segala hal di dalam hidup kita diberkati (keluarga, pekerjaan, pelayanan dan lain-lain), maka kita juga harus mengundang Yesus hadir di dalam segala bidang hidup kita sehingga Kerajaan Allah sungguh nyata di dalam hidup kita. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 178/II/2020 » Renungan KPI TL Tgl 13 Februari 2020, Bpk Martinus).

Mimpi yang menjadi kenyataan



Di awal Januari 2019, ibu Yovita mengajak setiap anggota KPI TL untuk bermimpi berdasarkan iman. Misalnya: kita bisa pergi ke suatu tempat dengan biaya seratus ribu rupiah. Sekarang kita belajar bermimpi untuk bisa pergi ke suatu tempat dengan biaya satu juta rupiah. 

Di bulan Februari 2019, ketika naik motor, saya mengalami kecelakaan tunggal dan kaki saya terluka. Karena saya menderita diabetes, lukanya tidak sembuh-sembuh. Meskipun mengalami hal ini, saya mempunyai kerinduan yang sangat besar untuk bertamasya ke Jepang bersama keluarga. 

Akhirnya di bulan Maret 2019, kami sekeluarga dengan antusias memutuskan membuat paspor, jadi atau tidak jadi berangkatnya. 

Ketika saya mendengar renungan ibu Yovita tentang “Penyertaan Tuhan dalam perencanaan” (8 Agustus 2019) dan menghimbau kami untuk membuat dua lembaran doa yang terdiri dari rencana secara dunia dan rencana secara rohani, maka semangat saya bangkit lagi untuk berangkat ke Jepang bersama keluarga. Oleh karena itu kami sekeluarga berdoa bersama setiap malam. 

Rencana kami sekeluarga hendak bertamasya ke Jepang diutarakan oleh istri saya ke ibu Mariko Hase, beliau pernah konser bersama kami di Jepang. Mendengar kabar kami, beliau mengusulkan agar kami membuat rencana konser di gereja Hamamatsu. 

Di gereja tersebut ada alat musik band, namun kami kekurangan pemain bass-nya. Iseng-iseng saya bercerita pada seorang teman saya dan mengajaknya bergabung bersama kami. Teman saya berkata bahwa tidak mungkin sebagai seorang pegawai negeri aktif ambil cuti selama 12 hari. Setelah beberapa saat kemudian ternyata teman saya itu berminat mendukung pelayanan keluarga saya meskipun dia harus mengeluarkan ongkos sendiri. Saya sangat senang pemain band kami jadi lengkap. Namun, saya masih kepikiran dengan dua cucu saya. Siapa yang akan mengawasi mereka saat kami konser? Puji Tuhan, ternyata teman saya membawa istri dan anaknya sehingga mereka bisa mengawasi kedua cucu saya saat kami konser. 

Saya juga punya kerinduan agar lagu Indonesia “Berkat kemurahan-Mu” menjadi lagu pop di Jepang. Maka saya utarakan kerinduan tersebut pada istri saya. Dengan penuh semangat, dia menterjemahkan 15 lagu bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jepang. Kumpulan lagu itu saya kumpulkan jadi satu dengan nama “Berkat dari negeri Selatan”. 

Ada kerjasama antara kota Surabaya dengan kota “Kitakyushu”. Istri saya bekerja sebagai penterjemahnya ibu Risma, walikota Surabaya. Oleh karena istri saya banyak kenal dengan orang Jepang, maka salah satu kenalannya mengusulkan agar konser juga diadakan di Kitakyushu. 

Akhirnya, tanggal 31 Oktober 2019 kami sekeluarga bersama keluarga teman saya (total 12 orang) berangkat ke Jepang untuk konser di dua tempat (2x di gereja Hamamatsu dan 1x di gereja Kokura Kitakyushu). 

Sesudah konser di gereja Hamamatsu dan gereja Kokura Kitakyushu, kami juga diundang konser di beberapa tempat lainnya (1x di Panti Jompo Hamamatsu, 1x di rumah orang tua angkat Bapak Noguchi di Kitaurawa-Saitamaken, 1x konser di museum Mojiko Retro-Kitakyushu, 1x di rumah keluarga Hamamoto, 1x di TK Mojiko-Kitakyushu, 1x di Rumah Makan Jepang). 

Yang menghadiri konser kami tidak semuanya umat Kristen, ada juga orang Indonesia yang muslim. Oleh karena itu kami juga membawakan lagu sekuler dengan tema Indonesia, seperti lagu Doa Anak Negeri, lagu Surabaya, Sik Sik Sibatumanikam (lagu Batak). Mereka tersentuh dengan puji-pujian yang kami bawakan, mereka merasakan jamahan Tuhan, meskipun sebagian puji-pujian itu tidak mereka kenal. 

Jadi, rencana awal kami hanya melayani 3x ternyata kami melayani 9x. Inilah yang menjadi kebanggaan saya, kami ke Jepang bukan hanya sekedar bertamasya bersama keluarga tetapi bersama keluarga “dapat melayani Tuhan”. 

Mengingat keterbatasan keuangan kami, kami berpikir bahwa keuangan kami hanya cukup untuk membeli makanan selama lima hari saja di Jepang, hari-hari berikutnya kami tidak tahu mau makan apa. Namun, apa yang tidak pernah kami pikirkan, Tuhan sediakan semuanya. Selama empat belas hari berada di sana, kami dapat menikmati hidangan yang lezat dan dapat bertamasya ke Ueno-Tokyo, Asakusa-Tokyo, Shibuya-Tokyo lalu Kota Kyoto, Kota Nara, Kota Hamamatsu, Kota Kitakyushu. 

Ada juga suatu keajaiban yang Tuhan berikan pada saya. Di bandara, anak saya selalu mengusahakan meminjam kursi roda untuk saya, namun saya tidak membutuhkan kursi roda tersebut karena saya dapat berjalan sendiri meskipun luka di kaki saya belum sepenuhnya kering. Dua minggu sesampainya di Indonesia, luka kaki saya sembuh total. 

Sungguh indah berjalan bersama Tuhan, di saat kita merindukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Nya, Dia akan sediakan semuanya bagi kita. 

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Kor 2:9).


(Sumber: Warta KPI TL No. 179/III/2020).







 




Identitas kehidupan

 


Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis suatu "ciptaan baru" (2 Kor 5:17), seorang anak angkat Allah (Gal 4:5-7); ia "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Ptr 1:4), adalah anggota Kristus (1 Kor 6:15; 12:27), "ahli waris" bersama Dia (Rm 8:17) dan kenisah Roh Kudus (1 Kor 6:19) (KGK 1265). 

Tritunggal Mahakudus menganugerahkan kepada yang dibaptis rahmat pengudusan, rahmat pembenaran, yang 

- menyanggupkan dia oleh kebajikan-kebajikan ilahi, supaya percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya

- menyanggupkan dia oleh anugerah-anugerah Roh Kudus, supaya hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus

- menyanggupkan dia oleh kebajikan-kebajikan susila, supaya bertumbuh dalam kebaikan. Dengan demikian, berakarlah seluruh organisme kehidupan adikodrati seorang Kristen di dalam Pembaptisan kudus (KGK 1266). 

Orang yang dibaptis telah "dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah, mereka wajib mengakui di muka orang-orang iman, yang telah mereka terima dari Allah melalui Gereja" (LG 11) serta untuk mengambil bagian dalam kegiatan apostolik dan misioner umat Allah (Bdk. LG 17; AG 17; 23) (KGK 1270). 

Orang yang dibaptis menjadi serupa dengan Kristuskarena melalui Pembaptisan ia digabungkan bersama Kristus (KGK 1272; Rm 8:29).

Saya hampir mati ketika batok kepala saya terbuka. Berkat kebaikan-Nya, maka saya dibangunkan oleh-Nya. Tuhan itu Mahabaik, jika kita hidup menurut jalan-Nya (Yoh 14:6 » Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku; Yer 29:11 » Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan). 

Pengalaman dikasihi Allah, membuat saya bertobat dari pemberontakan saya (karena saya dikucilkan sebagai orang Katolik). Kehadiran Allah ini membuat saya tidak peduli lagi dengan kritikan. Misalnya: tampang saya brewokan, dianggap teroris. Bagi saya, yang lebih penting memperlihatkan identitas saya sebagai seorang Katolik (tanda kesaksian), yaitu: seluruh hidup saya sama seperti Dia yang kudus (1 Ptr 1:15-16). 

Sesudah ditahbiskan menjadi seorang imam, saya diutus oleh Jenderal ke Argentina. Namun, visa saya ditolak untuk pergi ke tanah misi tersebut. Oleh karena itu Jendral menyuruh saya membuat surat ke dua. 

Karena saya ingin mempunyai kepribadian seperti Yesus (Yoh 4:34; 5:19-24; 19:30 » melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, maka saya sengaja berdoa (Tuhan, berilah tempat yang paling sulit bagi saya, agar saya berani menjadi saksi-Mu. Berilah tempat orang yang paling membenci saya, agar saya bisa menghargai setiap doa yang dipanjatkan lewat diri saya) dan memilih dua tempat yang sulit yaitu: Amazon dan Filipina Utara. 

Syukur kepada Allah, akhirnya saya ditempatkan di Filipina Utara. Tempat ini benar-benar sangat sulit secara geografis maupun finansial. Justru di tempat yang sulit inilah saya belajar menghayati kehidupan sebagai pengikut Kristus yang sejati, yaitu: menyangkal diri dan memikul salib setiap hari dan mengikuti-Nya (Luk 9:23), belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (Flp 4:11; Luk 3:8, 14) karena uang sakunya hanya diberi dua belas juta setahun. 

Karena saya tahu identitas saya sebagai seorang imam, maka jika ada seseorang yang datang menghadap saya, ia pasti membutuhkan sarana imamat saya, maka saya selalu siap dengan stola dan minyak urapan. Meskipun tidak ada seorang pun yang menghargai pelayanan saya, saya belajar untuk tidak marah. 

Bagi saya, yang penting saya melayani sesuai dengan kehendak-Nya, saya percaya bahwa Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil saya dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan saya, sesudah saya menderita seketika lamanya (1 Ptr 5:10). 

Jadi, kekristenan bukanlah sekedar liturgi keagamaan, melainkan suatu hubungan karib dengan Tuhan, pengalaman hidup pribadi seseorang bersama Tuhan hari lepas hari. Hal inilah yang ditegaskan Tuhan kepada Nikedemus: “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Tanpa kelahiran baru, pekara rohani apapun yang kita kerjakan takkan lebih dari sekedar kegiatan agamawi atau rutinitas. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 179/III/2020 » Renungan KPI TL Tgl 7 Novermber 2019 Romo Heru Kurniawan, SVD).

Menjadi pelayan yang dahsyat



Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yoh 3:17). Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia (Kis10:38). Makanan-Nya ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh 4:34; Mat 26:39). 

Ketika orang beriman digabungkan kepada Gereja oleh Pembaptisan, mereka menerima meterai sakramental, yang "menugaskan mereka untuk menghormati Allah secara Kristen" (LG 11). Meterai Pembaptisan menyanggupkan dan mewajibkan orang Kristen, agar melayani Allah dengan mengambil bagian secara aktif dalam liturgi Gereja yang kudus dan menjalankan imamat semua orang Kristen melalui kesaksian hidup kudus dan cinta penuh semangat (Bdk. LG 10) (KGK 1273). 

Jika kita ingin menjadi pelayan yang dahsyat, kita harus melekat pada pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-8), kita harus berjalan di jalan yang sama yang dilalui Kristus, yaitu: mengosongkan diri-Nya sendiri, merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati (Flp 2:7-8). 


Namun seringkali tanpa sadar kita melayani Tuhan hanya karena kewajiban saja (melayani pekerjaan Tuhan, disibukkan dengan begitu banyak aktivitas dan rutinitas pelayanan, menyelesaikan list-list pekerjaan pelayanan), buahnya: tubuh dan jiwa lelah; tidak ada tanda kekudusan dalam hidup mereka (Rm 14:17 » kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus), yang ada hanyalah iri hati (Yak 4:2) atau membanggakan diri (1 Kor 1:12). 

Jika kita melayani Tuhan (mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk kita kerjakan, melakukan segala sesuatu demi kemuliaan-Nya (1 Kor 10:31; Kol 3:17, 23), maka pelayanan itu akan menghasilkan Buah Roh (KGK 1832 » 1. Kasih 2. Sukacita 3. Damai sejahtera 4. Kesabaran 5. Kemurahan 6. Kebaikan 7. Kesetiaan 8. Kelemahlembutan 9. Penguasaan diri 10. Kerendahan Hati 11. Kesederhanaan 12. Kemurnian) Kita bisa menjadi surat Kristus (2 Kor 3:3) sehingga kita dapat memperkenalkan Bapa kepada dunia

Jadi, pelayanan yang tulus hanya bisa lahir dari pengalaman iman. Semangatnya berkobar-kobar untuk melayani bersumber dari pengalamannya akan Allah yang telah mengubah dan menyembuhkannya (St Theresia Lisieux). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 179/III/2020 » Renungan KPI TL Tgl 27 Juni 2019, Romo Korinus Budaya, SVD).

Engkau berharga di mata-Nya



Michael Jordan, berkulit hitam, lahir pada tahun 1963, di daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia memiliki empat orang saudara, sementara upah ayahnya yang hanya sedikit tidak cukup untuk menafkahi keluarga. Semenjak kecil, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga ia sama sekali tidak bisa melihat harapan masa depannya. 

Ketika ia berusia tiga belas tahun, ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya, “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” Jordan menjawab, “Mungkin 1 dollar.” Ayahnya kembali berkata, “Bisakah dijual seharga 2 dollar? Jika engkau berhasil menjualnya, berarti telah membantu ayah dan ibumu.” Jordan menganggukkan kepalanya, “Saya akan mencobanya, tapi belum tentu bisa berhasil.” 

Dengan hati-hati dicucinya pakaian itu hingga bersih. Karena tidak ada setrika untuk melicinkan pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur sampai kering. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu ke stasiun bawah tanah yang ramai, ditawarkannya hingga lebih dari enam jam. Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu. Kini ia memegang lembaran uang 2 dollar dan berlarilah ia pulang. Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas, lalu dirapikan kembali dan dijualnya di keramaian. 

Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, “Coba engkau pikirkan bagaimana caranya untuk menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar?” Kata Jordan, “Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling tinggi nilainya hanya 2 dollar.” Ayahnya kembali memberikan inspirasi, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? Pasti ada jalan.” 

Akhirnya, Jordan mendapatkan satu ide. Ia belajar melukis dari sepupunya, ia menggambar Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Lalu ia berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Tak lama kemudian seorang pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu, sehingga ia memberikan tip 5 dolar. Tentu saja 25 dollar adalah jumlah yang besar bagi Jordan, setara dengan satu bulan gaji dari ayahnya. 

Setibanya di rumah, ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, “Apakah engkau mampu menjualnya kembali dengan harga 200 dolar?” Mata ayahnya tampak berbinar. 

Kali ini, Jordan menerima pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farah Fawcett datang ke New York melakukan promo. Setelah konferensi pers, Jordan pun menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan senang hati membubuhkan tanda tangannya pada pakaian itu. 

Jordan pun berteriak dengan sangat gembira, “Ini adalah sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!” Ia pun melelang pakaian itu, hingga seorang pengusaha membelinya dengan harga 1.200 dollar. 

Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, “Tidak terbayangkan kalau engkau berhasil melakukannya. Anakku! Engkau sungguh hebat!” 

Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya dengan kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian yang sudah kau lakukan, apakah yang berhasil engkau pahami?” 

Jordan menjawab dengan rasa haru, “Selama kita mau berpikir dengan otak, pasti ada caranya.” Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian menggelengkan kepala, “Yang engkau katakan tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup? Mungkin kita berkulit lebih gelap dan lebih miskin, tapi apa bedanya? Tergantung bagaimana kita mendayagunakan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing.” 

Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, lalu apakah saya punya alasan untuk meremehkan diri sendiri? 

Sejak saat itu, dalam hal apapun, Michael Jordan merasa bahwa masa depannya indah dan penuh harapan. Dia mengasah potensinya hingga akhirnya dia menjadi salah seorang pemain basket terhebat di dunia ini dan menjadi salah seora ng atlet terkaya.

(Sumber: Warta KPI TL No. 179/III/2020).