Dalam doanya dia bertanya: “Tuhan, mengapa Engkau tidak mengizinkan aku pergi untuk mendoakan saat ini?” Jawab Tuhan dalam hatinya: “Siapa yang mengutusmu dan yang memberi kuasa? Sebelum kamu melayani, kamu harus terlebih dahulu menimba kekuatan pada-Ku seperti Yesus, Anak-Ku, Ia tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya.”
Ketika kita berdoa, Allah akan terus-menerus memasukkan spirit-Nya sehingga kita mempunyai keinginan seperti apa yang dikehendaki-Nya (Mzm 80:19; Flp 2:13; Rm 8:26-27).
Ketika kita menerima kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, kita menemukan bahwa Allah memberikan kita kekuatan, keberanian, dan martabat yang bergema sampai ke sorga. Hal ini bergema sampai ke sorga karena mereka tidak berada jauh darinya sorga segera berada di dalam hati kita (Mother Angelica).
[Baca juga: Rahmat Allah tentang penyembuhan]
Marilah kita belajar dari Mat 7:21-23:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan (1) kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami (2A) bernubuat demi nama-Mu, dan (2B) mengusir setan demi nama-Mu, dan (2C) mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
» (1) Kehendak Allah adalah kebijaksanaan tertinggi. Oleh karena itu norma tertinggi di dalam kehidupan Kristiani adalah melakukan kehendak Allah. Yesus adalah teladan ketaatan dalam melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Ibr 10:7; Yoh 6:38; 4:34; Flp 2:8).
Apa yang menjadi “hasrat” (keinginan/harapan yang kuat) Tuhan akan datang seiring dengan pengenalan atas kedaulatan Allah. Ketidakmampuan kita melakukan kehendak Tuhan (tidak taat), bukti kuat bahwa kita kurang mengenal Tuhan dengan benar. Jadi, antara melakukan kehendak Allah dan kehendak sendiri beti (beda tipis).
[Baca juga: Hidup menurut kehendak Allah]
(2ABC) Pelayanan karismatik mudah sekali mendapatkan penghargaan dari sesama manusia (Gal 1:10 » masih mau mencoba berkenan kepada manusia, bukanlah hamba Kristus). Oleh karena itu Yesus memberi peringatan keras agar kita tidak “gagal paham” dalam melakukan kehendak Allah.
Akibat dari “gagal paham” ini menyebabkan kita tergelincir dalam dosa kesombongan, mencuri kemuliaan Tuhan sehingga kita tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Karunia Roh tidak bisa bergerak tanpa otoritas dari pemilik-Nya, yaitu Tuhan.
Meskipun kita gagal paham dalam melakukan kehendak Allah, tetapi “mengapa mujizat masih terjadi?” Karena kamu minta sesuatu dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak (Yoh 14:13).
Ingatlah! Kita hanyalah bejana tanah liat, kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah. Ketika kita setia memikul tanggung jawab, giat selalu dalam pekerjaan Tuhan (senang dan rela ... oleh karena Kristus) maka “hukum alam” dipatahkan oleh-Nya (giat melakukan pekerjaan, tubuh akan mengalami kelelahan, namun ketika giat melakukan pekerjaan Tuhan, tubuh akan mengalami kebugaran).
Kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kita (2 Kor 4:7; 2 Kor 3:5; Mat 25:23; 1 Kor 15:58; 2 Kor 12:10). Oleh karena itu janganlah ada kesombongan di hati ketika melayani dengan karunia karismatik, tetapi layanilah seorang akan yang lain oleh kasih (Gal 5:13).
Jadi, apabila kita telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepada kita, hendaklah kita berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Luk 17:10).
Setiap orang awam, karena karunia-karunia yang diterimanya, menjadi saksi dan sarana hidup perutusan Gereja sendiri menurut ukuran anugerah Kristus (KGK 913).
[Baca juga: Roh Kudus-lah yang menjiwai Gereja; Karisma].
(Sumber: Warta KPI TL No. 173/IX/2019 » Renungan KPI TL Tgl 22 Agustus 2019, Dra Yovita Baskoro, MM).