Minggu, 30 September 2018

03.00 -

Luk 7:31-35

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Rabu, 19 September 2018: Hari Biasa XXIV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 1 Kor 12:31 – 13:13; Mzm 33:2-3, 4-5, 12, 22; Luk 7:31-35

Rabu, 18 September 2019: Hari Biasa XXIV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 1 Tim 3:14-16; Mzm 111:1-2, 3-4, 5-6; Luk 7:31-35


Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu (1) seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.

Karena (2A) Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian (2B) Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.


Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."


Renungan



1. Ajaran cinta kasih

Yohanes Pembaptis ditolak oleh orang Yahudi karena dianggap aneh dan puasanya terlalu keras. Sedangkan Yesus ditolak karena dianggap terlalu biasa-biasa dan bersahabat dengan setiap orang khususnya orang-orang kecil dan pendosa.

Dasar penolakan ini terjadi karena orang Yahudi tidak sanggup melihat dan menangkap arti terdalam dari kehadiran Yohanes dan Yesus. Mereka telah membuat definisi, gambaran, tafsiran mengenai kedatangan Mesias sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Kedatangan Yesus membawa sesuatu yang baru, yakni menuntut pertobatan dan mengajarkan cinta kasih yang sungguh-sungguh. Jika seseorang menerima Yesus, hidupnya pasti didasari dan dijiwai oleh cinta kasih (1 Kor 12:31 – 13:13).

Jadi, kefasihan berbicara, karunia bernubuat, memiliki pengetahuan, dan iman yang dapat memindahkan gunung serta kerelaan berbagi yang dimiliki, tidak ada gunanya bila tidak berdasar pada cinta kasih. Apakah kita sudah menerima dan melaksanakan ajaran cinta kasih ini dengan benar?



2. Tinggalkan sikap kekanak-kanakan

(1, 2AB) Menonton anak-anak bermain itu sangat menyenangkan. Di situ kita akan melihat suasana spontan, polos, apa adanya, tertawa lepas tanpa hambatan, lupa akan segala beban. Dalam bermain, apapun yang dilakukan, semua dialami dalam kegembiraan dan sukacita. Keindahan rasa batin dalam diri anak-anak menunjukkan suasana rohani yang indah pula.

Di hadapan Yesus, kita dipanggil bersikap seperti anak-anak kecil dalam iman, yang memiliki kepolosan dan kepasrahan total. Kita dipanggil untuk meninggalkan sikap kekanak-kanakan.

Lebih membahagiakan bagi kita mempercayakan diri kepada bimbingan Yesus dan Gereja, daripada terus-menerus memandang Gereja secara pesimis penuh kritik. Lebih membahagiakan bila kita terlibat dalam komunitas dalam suka dan duka, dalam kelebihan dan kekurangannya daripada selalu banyak alasan untuk menarik diri dari sesama kita yang berbeda pandangan dengan kita. Ingatlah! Yesus datang menjadi penebus bagi segala kelemahan dan kekurangan kita.