Iman adalah suatu karunia Allah yang membimbing kita ke dalam eksistensi rohani Kerajaan Allah, yang kedatangan-Nya telah diwartakan Kristus. Bertumbuh melalui ketaatan kepada hukum-Nya, yang terungkap dalam cinta kasih persaudaraan (Mother Teresa; Rm 10:17; 1 Tim 1:12))
Ciri orang beriman: selalu bersyukur kepada Allah, mereka menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.
Iman dimulai oleh kemampuan mendengarkan firman Tuhan. Iman adalah satu kegiatan akal budi, menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat (Tomas Aquinas, KGK 155)
Iman bertumbuh dalam penganiayaan dan dalam pembacaan Kitab Suci (2 Tim 3:10-17).
Tuhan telah menanamkan benih iman di hati kita, yang harus kita lakukan adalah: menyiraminya dengan doa, menyuburkannya dengan firman-Nya dan mengolahnya dengan banyak kasih.
Pentingnya karunia iman
Mata yang berdimensi tiga
Firman iman
Perjalanan ke Emaus
Pilih mana: Percaya janji Tuhan atau kenyataan buruk?
Iman adalah percaya kepada firman Tuhan, bukan kepada perasaan
Terimalah apa adanya
Iman mengartikan lembar kehidupan
Krisis dunia = krisis iman
Iman yang besar
Don't worry, be happy
Menanti dengan penuh iman
Miliki ruang untuk mukjizat di dalam pikiran kita
Ibadah keluarga sebagai sekolah iman
Keluarga yang beriman: keluarga Abraham dan Sara
Beriman kepada Kristus melalui Gereja Katolik
Mempertahankan iman Katolik di tengah badai zaman
Beriman kepada Kristus melalui Gereja Katolik
Mempertahankan iman Katolik di tengah badai zaman
Tanda pengenal iman Kristen: kepercayaan akan penjelmaan Putera Allah menjadi manusia (KGK 463).
Iman Kristen bukanlah satu "agama buku". Agama Kristen adalah agama "Sabda Allah", "bukan sabda yang ditulis dan bisu, melainkan Sabda yang menjadi manusia dan hidup" (Bernard, hom. miss. 4, 11)
Kristus, Sabda abadi dari Allah yang hidup, membuka pikiran kita dengan penerangan Roh Kudus, "untuk mengerti maksud Alkitab" (Luk 24:45), supaya ia tidak tinggal huruf mati (KGK 108).
Orientasi kekosongan dalam iman Kristiani bukan pada pengosongan tetapi justru kepada pengisian. Tuhan tidak meminta kita melepaskan harta benda kita, pekerjaan, keluarga, dan mundur dari dunia. Yang Tuhan inginkan adalah "bergesernya titik berat dalam hati kita". Itulah sebabnya kita menjumpai orang-orang yang mendapatkan Tuhan secara berlimpah justru di saat mereka berada di tengah-tengah kebangkrutan, sakit yang tak tersembuhkan, atau kehilangan anggota keluarga yang sangat dicintainya.