Senin, 03 Oktober 2016

23.49 -

Sikap yang benar di hadapan Allah

Banyak orang yang menerima visi/janji Tuhan, menunggu dan menunggu, tidak kunjung tiba sehingga pernyataan Allah di dalam hidupnya makin lama makin redup dan makin tidak jelas, akhirnya pengharapannya hampir mati dan dia mengundurkan diri. 

Hal ini terjadi karena pengaruh dunia yang begitu besar sehingga dia sulit untuk dapat mengerti kasih Allah. Karena cara berpikir Allah berbeda dengan cara berpikir kita. Ingatlah bahwa Allah selalu menyertai kita (Imanuel – Mat 1:23), Dia selalu hadir dalam setiap peristiwa kita. 


Dia rindu kita mengenal-Nya secara pribadi dan membalas seluruh kasih-Nya. Dia juga rindu kita percaya dan mempercayakan seluruh hidup kita kepada-Nya. Memang hal ini tidak gampang karena akal budi kita tidak dapat menerimanya.

Jika hari ini kita bisa berbuat baik, janganlah mengeluarkan penghakiman terhadap orang lain, baik di dalam hati maupun melalui mulut. Karena Tuhanlah yang memampukan kita. Besokpun, mungkin kita dapat jatuh pada hal yang sama (Bdk. Ayb 1:10). 

Seperti seorang anak kecil yang belajar berjalan. Kadang Tuhan memegang tangan kita, kadang Dia membiarkan kita jatuh, asal tidak berbahaya. Dia memberikan kita kehendak bebas, agar kita dewasa di dalamNya. 

Marilah kita belajar dari Yairus (Mrk 5:21-23) dan Maria (Yoh 11:1-44)

Ketika Yairus (kepala rumah ibadat) melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. 

Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Di situ ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya pendarahan. Katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh. Seketika itu juga sembuhlah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” 

Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”... Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegangnya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang artinya: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan ... makan

» Kadangkala kita sulit untuk mengerti cara kerja Tuhan. Yang dalam keadaan kritis Dia tunda, sedangkan yang bisa ditunda justru diprioritaskan. 

Jika kita berpikir dengan cara berpikir manusia, maka kita akan kecewa karena menganggap Allah tidak adil. Tuhan menunda datang ke rumah Yairus karena Dia mau melakukan sesuatu agar orang bisa percaya kepada-Nya.

Karena iman, taat ketika dipanggil; menanti-nantikan yang direncanakan oleh Allah; beroleh kekuatan dan menganggap Dia yang memberikan janji itu setia (Ibr 11:8-11)

Yesus sangat mengasihi Maria, Marta dan Lazarus. Namun setelah didengarnya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi. Ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.

Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 

» Maria mengalami sesuatu akan Tuhannya (Yoh 11:2) dan dia juga mengerti segala sesuatu ada waktunya (Pkh 3). Jadi dia menunggu dipanggil. Jika seseorang dekat dengan Tuhannya, pasti dia mempunyai penguasan diri yang baik.

Marta pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.” Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus 

» ini adalah sikap yang sangat bijaksana.

Sikap hati berbeda, membuat reaksi Allah juga berbeda

* Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”

Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” 

Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” 

Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia. 

» Marta datang ke Yesus langsung mengungkapkan isi hatinya. Proses cepat ini hanya menghasilkan dialog, Tuhan belum melakukan apa-apa.

* Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”

Ketika Yesus melihat Maria menangis, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, mari dan lihatlah! Maka menangislah Yesus ... berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah keluar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” 

» Maria adalah orang yang dapat menempatkan dirinya (tersungkur di bawah kaki-Nya) baru mengungkapkan isi hatinya. Proses yang kelihatan lambat ini, membuahkan hasil yang lebih cepat. Sikap yang ditunjukkan dengan kerendahan hati itulah yang membuat Yesus menangis dan Dia bertindak.

Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah (Yoh 11:40)

(Sumber: Warta KPI TL No. 67/XI/2009 » Renungan KPI TL tgl 8 Oktober 2009, Dra Yovita Baskoro, MM).