Selasa, 04 Oktober 2016

04.32 -

Hai orang-orang munafik!



Lima tahun yang lalu, tiba-tiba di depan saya ada orang yang menyapa: “Hai orang munafik! Percuma saja ...”


Ketika mendengar pernyataan itu saya sangat terkejut, saya langsung menunduk dan merenungkan “Mengapa orang ini menyebut saya orang munafik?” 



Pikir saya: “Apa sih kekurangan saya? Kegiatan rutin saya mengikuti Misa setiap hari, berdoa dan meditasi setiap pagi, siang, sore, malam, malam membaca Kitab Suci, belajar filsafat teologi, tidak menikah untuk menjadi imam.”

Inilah hasil refleksi saya: orang itu menyebut saya munafik karena saya tidak pernah memperhatikan para pengemis miskin yang sering lewat di depan seminari. Tahu sesuatu yang baik, tetapi tidak melaksanakannya. Hal ini saya lakukan karena keterbatasan uang saku saya, uang saku saya hanya lima puluh ribu untuk segala keperluan. Misalnya beli sabun cuci, buku dll. Mana mungkin saya dapat memberikan pada orang lain. 

Dari kesadaran inilah saya bersama para frater mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual dan diberikan pada orang miskin. Ternyata dari hasil itu, para frater dapat menyekolahkan empat anak yang ada di sekitar seminari.

Melalui peristiwa ini saya menyadari bahwa sebagai biarawan dan calon imam pun ternyata bisa saja termasuk orang munafik. 

Yesus menyebut orang Farisi sebagai orang munafik karena: 
Berpegang pada hukum tetapi tidak menghayatinya

Orang Farisi sangat berpegang teguh pada adat istiadat, mereka ahli-ahli Taurat dan tahu hukum Taurat tetapi tidak menjalankannya. 

Orang Farisi dan ahli Taurat adalah orang-orang yang pandai membuat peraturan/mengatakan orang lain tidak baik, pandai bicara tapi tidak menunjukkan penghayatan sama sekali. Orang-orang di luar kelompok mereka yang melanggar hukum dihukum, hanya ahli-ahli Taurat tidak dihukum meskipun bersalah. 

Orang munafik orang yang buta

terhadap kesalahan sendiri (Mat 7:5). 

kepada pekerjaan Tuhan (Luk 12:56).

terhadap nilai-nilai yang benar (Luk 13:15).

menilai kebiasaan insani secara berlebih-lebihan (Mat 15:7; Mrk 7:6).

tidak menghiraukan tuntutan Allah (Mat 23:14-15, 25; 29).

suka mempertontonkan diri (Mat 6:2, 5, 16).

(Sumber: Warta KPI TL No. 67/XI/2009 » Renungan KPI TL tgl 27 Agustus 2009, Rm Rofinus Jass, SVD).