Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Selasa, 1 Mei 2018: Hari Biasa Pekan V Paskah - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Kis 14:19-28; Mzm 145:10-11; 12-13ab, 21; Yoh 14:27-31a
Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu (1) mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.
Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe.
Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu (2) mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.
Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu (3) menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka.
Mereka menjelajah seluruh Pisidia dan tiba di Pamfilia. Di situ mereka memberitakan firman di Perga, lalu pergi ke Atalia, di pantai. Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan.
(4) Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman. (5) Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu.
Renungan
1. Hamba Tuhan sejati
Maju terus, pantang mundur!” demikianlah kira-kira semangat Paulus dan Barnabas dalam pemberitaan Injil. Sebagai hamba Tuhan:
(1) Penganiayaan yang mereka telah alami tidak membuat mereka trauma.
Tuhan mengizinkan musuh iman menghadang kita agar kita belajar bagaimana menggunakan senjata Allah dan tetap tegak dalam iman. Melalui pencobaan kita belajar berserah pada Allah dan tak bergantung pada diri sendiri.
(2) Mereka menguatkan hati orang yang telah percaya Tuhan agar tetap setia bila mengalami sengsara.
(3) Menolong jemaat untuk hidup sebagai komunitas orang beriman yang terorganisir di bawah kepemimpinan penatua.
(4) Mereka bertanggung jawab kepada jemaat yang mengutus mereka. Mereka melaporkan segala sesuatu yang Allah telah lakukan bersama mereka.
Mereka memuliakan Allah atas segala sesuatu yang Allah telah lakukan melalui mereka. Mereka pergi karena kasih karunia Allah dan karena kasih karunia pula mereka dapat menyelesaikan tugas mereka.
(5) Mereka tahu kapan harus beristirahat dan mengisi kembali “baterai” rohaninya sebelum mereka harus pergi untuk pelayanan yang berikutnya.
Setiap orang beriman tentu harus memiliki hati seorang hamba Tuhan, walaupun kita tidak bekerja di bidang kerohanian. Belajar dari Paulus dan Barnabas, milikilah sikap bertanggung jawab terhadap apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Dan muliakanlah Allah melalui apa yang kita lakukan.