Pages

Kamis, 21 November 2019

Tanggungjawab di dalam hidup menggereja



Ada banyak umat Katolik yang hanya pergi ke Gereja pada hari Minggu saja, katanya: “Di dalam Gereja kami tidak menemukan apa-apa, tetapi di tempat lain kami menemukan Tuhan.” Akhirnya mereka pindah gereja atau pindah agama. 

Kalau sampai mereka menjadi demikian, itu salah siapa? Bukankah para gembala yang harus memikul tanggung jawabnya, karena tidak mampu membawa domba-dombanya kepada “pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan” (Flp 3:8). 

Namun di sisi lain, gembala-gembala tersebut juga tidak dapat dipersalahkan, karena mungkin sekali mereka sendiri belum pernah tersentuh oleh pengalaman itu (tidak seorang pun dapat memberikan apa yang tidak dimilikinya). Jadi, saat ini Gereja sangat membutuhkan para imam dan religius yang penuh dengan Roh Kudus, yang sungguh mengalami bahwa Allah itu hidup, sehingga dapat menjadi saksi-saksi Kristus yang meyakinkan. 

Demikian pula mereka harus menguasai teologi yang kuat dan sehat, tidak asal teologi saja, namun juga menguasai liku-liku hidup rohani yang mendalam, sehingga mampu memberikan bimbingan kepada orang lain juga. Pendek kata dibutuhkan insan-insan Allah yang diresapi Sabda Allah dan menguasai teologi yang sejati. Namun mampukan Gereja melahirkannya? Ini suatu tantangan. 

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau (Ayb 42:5).

Marilah kita belajar dari Mat 25:14-30 

"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, (1) masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 

Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 

Hamba yang (2A) menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 

Lalu datanglah hamba yang (2B) menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 

Kini datanglah juga hamba yang (3) menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 

Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 

Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." 

» (1) Kata talenta dalam perumpamaan ini, tidak ada kaitannya sama sekali dengan bakat. Talenta adalah ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya, yaitu 6.000 dinar, kira-kira upah 15 tahun bekerja. Allah tidak mempercayakan lebih kepada seseorang hanya karena orang itu memiliki bakat yang lebih dari yang lain. 

Bakat seseorang tidak selalu menjadi hal yang berguna dalam menjalankan pekerjaan Allah. Malahan bisa menjadi penghambat jika bakat tersebut menumbuhkan kesombongan pada orang itu. Jadi, bakat seseorang tidak diperhitungkan dalam peperangan rohani. Misalnya: seseorang mempunyai suara merdu, tetapi tidak ada kuasa Allah dalam dirinya, maka nyanyian itu akan terasa hampa. Sedangkan seseorang yang suaranya biasa-biasa saja tetapi kuasa Allah terwujud dalam diri orang tersebut maka hati para pendengarnya terasa ditarik naik ke sorga. Contoh: Paulus, pandai dan berbakat, baik dalam hal manajemen maupun dalam hal memahami Kitab Suci dan pekara-pekara rohani. Karena keunggulannya ini Allah memberi duri dalam dagingnya agar dia tetap rendah hati. Paulus menyadari bahwa dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna (2 Kor 12:7-10). 

Dalam perumpamaan ini Yesus memberikan penekanan bahwa menantikan kedatangan sang tuan adalah penantian di dalam sebuah tanggung jawab. Mereka tidak menantikan tuan mereka di dalam keadaan menganggur. Ketiga orang itu diberi kepercayaan, diangkat sebagai wakil tuannya untuk mengembangkan hartanya. 

(2AB) Kedua hamba ini menyadari penghormatan yang diberikan oleh tuannya, maka mereka mengerjakan bagian mereka dengan setia. (3) Hamba ini tidak mengerjakan apa-apa tetapi menghakimi, dia tidak peduli dengan anugerah, dan tidak menaruh hormat sama sekali kepada tuan yang telah menghormatinya dengan kedudukan sebagai pengusaha atas uang tuan itu. [Baca juga: Talenta yang tidak dikembangkan tidak akan berguna.

[Baca Warta KPI TL No. 75/VII/2010] 

Sejak dibaptis, kita pun mendapat modal yang sama (Kis 11:17), maksudnya: kita menerima Roh yang sama, iman yang sama, Injil yang sama dan gereja yang sama (1 Kor 12:4; 2 Ptr 1:1; Gal 1:6-10). Kita juga telah diberikan kuasa untuk mengelola milik-Nya (Mzm 24:1; Kej 2:28). Tuhan membagikan talenta kepada para hamba-Nya tidak didasari oleh kemampuan jasmani dan duniawi dari orang tersebut. Setiap orang mendapatkan talentanya berdasarkan kuasa dan kemampuan rohaninya Jadi, kita tidak akan mempercayakan kuasa kepada orang yang kita pandang tidak akan mampu mengelola kuasa itu. Kuasa datang dari iman (Ef 6:10; Flp 4:13). Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Ptr 4:10). 

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 17 Oktober 2019, Dra Yovita Baskoro, MM).

Pentingnya karunia iman




Iman Kristiani bukanlah suatu lompatan buta ke dalam kegelapan tanpa mengikutsertakan akal budi. Sebaliknya, sampai pada tahap tertentu, iman Kristen bisa dan bahkan harus dijelaskan dengan menggunakan akal budi

Sehubungan dengan kaitan antara iman dan akal, Agustinus pernah mengatakan “Percayalah agar Anda memahami dan pahamilah agar Anda percaya”; Anselmus dari Canterbury merumuskannya dengan “iman mencari pemahaman”; Paus Benediktus XVI pernah mengatakan “Iman tampaknya membutuhkan pemahaman.” 

Iman tidak pernah mengecewakanAllah selalu menjawab iman yang mempertanyakan bahkan ketika Ia tidak menjawab seperti yang diharapkan secara manusiawi oleh orang beriman (Adtienne von Speyr). 



Elia adalah orang yang hidup dalam hubungan yang sangat mesra dengan Allah yang hidup. Seluruh hidupnya ditandai dengan kesadaran akan kehadiran Allah yang menjiwai segala kegiatan-kegiatannya (1 Raj 17:1 » Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani). Kesadaran akan kehadiran Allah ini mengilhaminya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan darinya, dan segala kegiatannya dimotivasi oleh kehendak Allah. 

Secara khusus, Elia adalah insan Allah, yang melewati hampir seluruh hidupnya dalam keheningan dan kesunyian di hadirat Tuhan, Allah saja yang menjadi satu-satunya alasan hidupnya. 

Dalam keheningan dan kesunyian itulah Allah membentuk Elia dan mengajarkan kepadanya misteri hidup-Nya sendiri dan pengenalan yang mendalam akan kasih-Nya

Dari persatuannya yang mesra dengan Allah, mengalirlah semangatnya yang besar bagi Tuhan dan kegiatan-kegiatannya, yaitu penyelamatkan manusia. Karena begitu bersatu dengan Tuhan, ia selalu mencari kehendak Allah. Atas perintah Allah, ia meninggalkan keheningannya yang penuh damai, untuk membawa umat Israel yang telah disesatkan dengan menyembah Baal kembali kepada Allah

Dari pihak-Nya, Allah menyatakan cinta-Nya yang paling mesra dan hidup-Nya kepadanya, tidak dalam hiruk pikuk, bukan dalam badai, ataupun dalam gempa atau api, melainkan dalam keheningan angin sepoi-sepoi. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (1 Raj 19:11-13). 

Dalam keheningan itu Elia terus bertumbuh dalam iman, harapan dan cinta, serta dalam pengenalan akan Allah yang mengatasi segala pengertian. Dalam hal ini, ia menjadi model bagi para kontemplatif yang melihat segalanya dalam terang Allah sebab dalam iman Elia telah melihat segalanya dalam Allah. 

Dalam iman pula, ia melihat bahwa tiada sesuatu pun terjadi tanpa sepengetahuan Allah atau tanpa perkenanan Allah. Allah adalah penguasa atas segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari. Dalam iman ia juga sungguh yakin, bahwa tiada mustahil bagi mereka yang percaya. 

[Yak 5:17-18] Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa (1 Raj 17:1 » Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan), supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya. 

[1 Raj 17:2-24] Datanglah firman Tuhan kepadanya: "Pergilah dari sini, berjalanlah ke ... " Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman Tuhan ... Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. 

Maka datanglah firman Tuhan kepada Elia: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." 

Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." Perempuan itu menjawab: "Demi Tuhan, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." 

Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman Tuhan, Allah Israel: ... sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi." 

Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. 

Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" 

Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. Sesudah itu ia berseru kepada Tuhan, katanya: "Ya Tuhan, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?" 

Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada Tuhan, katanya: "Ya Tuhan, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." Tuhan mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. 

Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: "Ini anakmu, ia sudah hidup!" Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman Tuhan yang kauucapkan itu adalah benar." 

» Melalui iman, Elia melihat yang tidak kelihatan. Oleh karena itu ia mempunyai keberanian untuk mewartakan kebenaran tanpa keraguan sedikitpun. Ia hidup dalam kepercayaan dan ketergantungan penuh kepada Tuhan. 

[1 Raj 18:30-39] Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: "Datanglah dekat kepadaku!" Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah Tuhan yang telah diruntuhkan itu. Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama Tuhan dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. 

Sesudah itu ia berkata: "Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!" Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk kedua kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itu pun penuh dengan air. 

Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya Tuhan, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya Tuhan, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya Tuhan, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." 

Lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "Tuhan, Dialah Allah! Tuhan, Dialah Allah!" 

» Seandainya iman Elia kurang, ia akan membantah, “Untuk apa mengambil resiko? Bila tidak ada api, bila saya tidak bisa menurunkan api dari surga, umat akan marah kepadaku dan meremukkan aku. Jadi untuk apa aku harus mengambil resiko?” Tetapi Elia mempunyai karunia iman untuk memindahkan gunung (Mrk 11:22-23), karena itu ia tidak ragu-ragu sama sekali. 

Melalui iman, kita punya kepastian bahwa apa yang kita harapkan, yaitu perjumpaan mesra dengan Tuhan, akan diberikan kepada kita. Bila kita bertumbuh dalam iman, dunia Allah yang tidak kelihatan akan dinyatakan secara bertahap kepada kita dengan segala keindahan dan kemegahannya, sehingga kita dapat menghayati seolah-olah melihat yang tidak kelihatan, termasuk kemungkinan terjadinya mujizat-mujizat. 

(Sumber: Bagai memandang yang tak kelihatan, Yohanes Indrakusuma, O.Carm)

Kebebasan batin



Saya mempunyai tiga anak, dan rumah saya bersebelahan dengan rumah mertua saya (X). Karena anak pertama saya (Y) wajahnya sangat mirip dengan suami saya maka mertua saya sangat menyayanginya, katanya: “ini bukan cucu saya tapi anak saya yang paling kecil.”

Jika Y pulang sekolah, selalu disediakan berbagai macam makanan di rumahnya, sedangkan kedua adiknya makan di rumah sendiri. Jika terlambat pulang sekolah, X bingung menunggu kedatangan Y. Jika X ke luar kota, beliau selalu membawa oleh-oleh buat cucu-cucunya, Y mendapatkan bagian lebih banyak dari pada yang lainnya, oleh-oleh tersebut diberikan kepada Y secara sembunyi-sembunyi. Biasanya X mengunjungi adik suami saya setahun sekali. Tetapi ketika Y sekolah di kota tersebut, X mengunjungi Y setahun dua kali, meskipun kakinya kurang kuat untuk berjalan.

Pada hari Minggu, tiga tahun yang lalu suami saya (Z) merasakan sesak nafas.  Rencananya saya bawa ke RKZ, namun karena jalanan macet (ada acara car free day » hari bebas kendaraan bermotor) dan Z merasa sudah tidak kuat menahan sakitnya maka dia minta dibawa ke UGD RS Darmo saja. 

Sesampainya di sana, saya memanggil perawatnya, namun tidak ada satupun jawaban. Tiba-tiba ada seseorang yang muncul dari bawah meja, karena dia baru selesai sembahyang. Lalu saya tuntun Z ke tempat tidur sambil menunggu dokternya. Karena dokternya tidak kunjung datang, maka saya memutuskan untuk pindah ke RKZ sesuai rencana awal.

Sesampainya di RKZ, perawat dan dokter jaga langsung memberikan pertolongan pada Z. Setelah diperiksa, ternyata ada penyumbatan di jantung dan harus di “ring jantung”-nya. Karena Z sering membaca tentang kesehatan, maka dia memutuskan untuk minum obat jantung saja dan pasang “ring” di Singapura.

Ketika perawatnya menanyakan hendak memakai dokter A atau B, keluarga besar suami saya memutuskan memakai dokter A, karena beliau adalah dokter senior. Namun dokter A tersebut tidak dapat segera dihubungi. Kata perawatnya: “Mungkin dokter A saat ini sedang mengikuti Misa Hari Minggu.” 

Menghadapi situasi ini saya sedikit panik, namun tiba-tiba saya melantunkan sebuah pujian dalam hati “Singkirkanlah penghalang Sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.” 

Lalu  saya berpikir: “Kalau Tuhan mau menyelamatkan suami saya, Dia akan memakai sarana obat dan dokter siapa pun.” Akhirnya saya memutuskan memakai dokter B, meskipun saat itu belum dikenal banyak orang. Ketika dokter B datang, ada perasaan di hati saya bahwa dokter ini memang betul-betul diutus oleh Tuhan untuk menolong Z. Saya bertambah yakin lagi ketika beliau menyuruh saya memimpin doa sebelum melakukan operasi.
  
Selesai operasi, dokter B berbincang-bincang dengan saya, katanya: “Biasanya saya diberi tugas kolektan jam delapan, entah mengapa hari ini kok dipindah jam setengah enam. Ketika diberitahu ada pasien maka saya segera meluncur dari Gereja Salib Suci ke RKZ, dalam perjalanan saya berdoa memohon hikmat dari Tuhan, apakah yang akan saya bicarakan dengan pasien.” 

Dari dua pengalaman di atas saya mulai mengerti perbedaan antarapercaya” pada Tuhan dan “mempercayakan” (ber-iman) pada Tuhan.

Orang ber-iman » merespon segala sesuatu yang belum terjadi dengan mengandalkan dan berserah pada Tuhan, dan menantikan janji-janji-Nya dengan setia sehingga batinnya ada ketenangan (Mat 11:28-30), ada damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm 14:17). Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Tim 1:7).

Orang percaya saja tanpa berserah pada Tuhan » merespon segala sesuatu yang belum terjadi dengan mengandalkan dirinya sendiri sehingga batinnya penuh kebimbangan, sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin (Yak 1:6). Jadi, dalam mengikuti Tuhan Yesus, kita tidak cukup percaya saja tetapi harus beriman. 

Tuhan memberikan kepada manusia pengetahuan, supaya dimuliakan karena pekerjaan-pekerjaan-Nya yang ajaib. Adakalanya kesehatan terletak di tangan tabib. Mereka juga berdoa kepada Tuhan, semoga Ia menganugerahkan keringanan penyakit serta penyembuhan akan keselamatan hidup (Sir 38:6, 13-14).


Di dalam pertunjukan sirkus, ada seorang akrobat (C) yang bertanya pada penonton: “Apakah bapak atau ibu percaya saya dapat berjalan di atas seutas tali ini dari kiri ke kanan dengan selamat?” Jawab penonton: “Kami percaya!” Sesampainya diujung  kanan tali, C mendapatkan tepuk tangan dari penonton. 

Sesudah itu C bertanya lagi: “Apakah bapak atau ibu percaya juga kalau saya dapat naik sepeda melewati seutas tali ini dari kanan ke kiri dengan selamat?” Jawab penonton: “Kami percaya!” Sesampainya diujung  kiri tali, C mendapatkan tepuk tangan dari penonton.

Sesudah itu C bertanya lagi: “Apakah bapak atau ibu ada yang mau saya gendong dari kiri ke kanan berjalan di atas seutas tali ini?” Mendengar pertanyaan itu, suasana menjadi hening. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mau digendong C. Sesampainya di ujung kanan tali, C mendapatkan tepuk tangan yang luar biasa dari penonton karena mereka takjub dengan atraksi tersebut.

Salah seorang penonton penasaran dan dia bertanya pada anak kecil tersebut: “Dek, kamu kok berani digendong C di atas seutas tali?” Jawabnya: “Saya percaya sepenuhnya pada C karena beliau adalah bapak saya. Saya tahu pasti bahwa bapak saya pasti membawa saya ke ujung tali dengan selamat.” 

Kita pun diminta oleh Tuhan seperti itu, bukan percaya 1 dan 2 tetapi mempercayakan diri (meng-iman-i) seperti anak kecil tadi.



Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi ... semuanya itu baik (Kej 1:1, 10, 18, 21), Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik (Kej 1:31). Namun saat ini kita melihat kenyataan yang berbeda. 

Contoh: manfaat ganja atau mariyuana di bidang kesehatan: menenangkan kecemasan, mengobati epilepsi, memperlambat alzheimer, obat kanker, meredam gejala multiple sclerosis, mengobati penyakit parkinson, mengobati radang usus. Manfaat yang baik dari ganja disalah-gunakan sehingga 80% tahanan di Medaeng adalah kasus narkoba. Mereka berpikir dengan mengkonsumsi ganja setiap hari, mereka akan merasa bahagia karena dapat melupakan persoalan yang berat. Ingatlah! Ini bukan suatu kebahagiaan sejati, namun ini hanyalah efek dari halusinasi, merasakan kebahagiaan semu.  

Mengapa di dunia ini semakin langka kebahagiaan sejati? Karena mereka belum mengenal Allah sepenuhnya sehingga tanpa sadar telah dijerat dan diikat Iblis untuk melakukan kehendaknya, pikirannya ditarik kepada berhala-hala (2 Tim 2:26; Gal 4:8), seperti terbelenggu oleh materi, keluarga, kehormatan, kekuasaan dll.  

Agar kita tidak terbelenggu yang ada di dalam dunia ini, maka Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16; 1:1, 14; Yoh 17:3 » mengenal Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah diutus-Nya). Ia telah mengutus Anak-Nya untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19).

Yesus berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Mrk 2:17). 

Jadi, datanglah kepada-Nya semua yang letih lesu dan berbeban berat, Dia akan memberi kelegaan kepada kita. ... jiwa kita akan mendapat ketenangan”. (Mat 11:28-30). Dia menghadirkan Kerajaan Allah di bumi ini  (Luk 17:21; Rm 14:17 » Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus; 1 Kor 4:20 » Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa).

Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh 1:12). 

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh (Mrk 16:17-18).

Jadi, hendaklah kita kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kita dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis Ef 6:10-11). Janganlah beri kesempatan kepada Iblis (Ef 4:27). Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kita tahu, bahwa semua saudara kita di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kita dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita, sesudah kita menderita seketika lamanya (1 Ptr 5:9-10). Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kaki kita. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kita! (Rm 16:20).

(Sumber: Renungan KPI  TL Tgl 24 Oktober 2019, Ibu Mimi).

Singkirkanlah penghalang sabda-Mu



Tuhan menciptakan manusia karena cinta, ia diciptakan menurut citra Allah, dalam mata Allah ia lebih bernilai daripada segala makhluk. Diciptakan dalam keadaan kekudusan, manusia ditentukan supaya "di-ilahi-kan" sepenuhnya oleh Allah dalam kemuliaan. 

Tujuan Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya. Bagi Allah, kemulianan-Nya lebih penting daripada apapun (Rm 11:36 » Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya; Yes 43:7 » semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan). 



Setan "adalah pembunuh manusia sejak semula ... ia pendusta dan asal segala dusta" (Yoh 8:44). Dialah "si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan seluruh dunia" (Why 12:9). Melalui dia dosa dan kematian masuk ke dalam dunia. 

Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati (Kej 3:1-11) di dalam hatinya, menyalah-gunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia (Rm 5:19). 

Sesudah jatuh, manusia tidak dibiarkan Allah. Sebaliknya, Allah memanggil dia (Kej 3:9) dan memberitahukan kepadanya atas cara yang penuh rahasia (Kej. 3:15). Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya sehingga Ia tidak menyayangi Putera-Nya yang tunggal untuk dia. 

Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31). 

Tuhan adalah pribadi yang memegangrule of the game”, Dia mempunyai keadilan yang luar biasa, yang berjalan dalam aturan ilahi yang sangat ajaib. Dia kirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk merampas segala kunci maut dan kunci kerajaan maut (Why 1:18). Sekarang semua itu bukan milik Setan lagi, tapi sudah menjadi milik Yesus, kemudian hak itu diberikan-Nya kepada Gereja-Nya. 

Tetapi Setan tidak mau taat hukum, katanya: “Kalau ada manusia yang tidak mengerti kebenaran ini, maka aku akan tetap memiliki hakku.” Karena tahu bahwa waktunya sudah singkat, maka dalam geramnya yang dahsyat dia menunggu waktu yang baik, mencari orang yang dapat ditelannya (Luk 4:13; 1 Ptr 5:8). 



Sungguhnya, secara legal Setan sudah dikalahkan oleh Yesus tetapi dia tidak mau menyerahkan hak kita. Oleh karena itu dia mengirim paket mautnya. Yang pertama kali diambilnya adalah damai sejahtera (Why 12:10, 12; 6:4). 

Kita dibuatnya kecewa dan marah pada orang tua, orang-orang yang kita cintai, pemimpin-pemimpin kita dan gereja kita. Emosi negatif ini adalah kendaraan yang sering dipakai setan sehingga mata rohani kita buta

Emosi negatif ini mengurangi jumlah endofin dan memperlambat aliran sel-sel darah putih memerangi penyakit. Dengan melepaskan sejumlah besar adrenalin ke dalam aliran darah, emosi negatif memberi sumbangan pada terjadinya stroke dan penyakit jantung. 

Akhirnya tanpa sadar kita digiring pada jebakannya, yaitu “mengasihani diri sendirisehingga kita tidak yakin lagi bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm 8:28). Pikiran kita pun dibawanya untuk berkhayal, “Lebih baik aku bunuh diri saja, toh tidak ada orang yang peduli samaku.” Jebakan ini bertujuan mengantar banyak orang menuju pada kehancuran, baik tubuh maupun jiwanya. 

Kita harus berhati-hati terhadap pesan negatif, ubahlah pesan itu dengan pesan yang positif, yang berasal dari ajaran sehat (1 Tim 6:3 » perkataan Tuhan Yesus Kristus). 

Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1). Injil bukanlah injil manusia, tetapi adalah ajaran sehat yang disampaikan dengan kekuatan Roh Kudus (Gal 1:11; 1 Tim 1:10-11; 1 Tes 1:5); kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Jadi, Injil mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (Rm 1:16-17; 2 Tim 1:10). 

Oleh karena itu, membaca Alkitab secara teratur berarti memberi makanan bergizi kepada jiwa, sehingga kesehatan jiwa kita terjaga (Yak 1:21). Firman Tuhan yang hidup akan mengubah pola pikir kita yang pada umumnya dikuasai oleh kedagingan, sehingga kita lebih memilih hidup dipimpin oleh keinginan Roh. 

Akibat dari jebakan iblis, maka tidak ada lagi kerukunan baik dalam keluarga maupun dalam komunitas, yang ada hanyalah pertengkaran (Mzm 133:1-3; Luk 9:46; Ams 21:19; Kej 13:8). Meskipun mereka membangun mezbah doa, doa tersebut terhalang sehingga tidak memiliki kuasa lagi (Mat 18:20; 5:24). 

Ketahuilah bahwa orang yang suka melawan, sesungguhnya mereka tidak sadar bahwa telah dijerat dan diikat Iblis untuk melakukan kehendaknya

Jadi, hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak agar tidak menimbulkan pertengkaran, bersikaplah ramah terhadap semua orang, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntunnya, mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran (2 Tim 2:23-26). 

Jadi, jika saat ini kita sedang kecewa dan marah, masuklah dalam kamar dan berdoalah (Mat 6:6), serahkan diri kita kepada Tuhan (1 Ptr 5:7) dan imanilah janji-janji-Nya (Mat 24:35). 

Berbahagialah orang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm 1:1-3; Yer 17:7). 

Gereja menasihati semua umat beriman Kristen dengan sungguh-sungguh, "agar dengan sering membaca Kitab Suci, mereka sampai kepada suatu pengetahuan yang unggul mengenai Kristus". Mereka harus selalu ingat, "bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi (Ambrosius, off. 1,88)" (DV 25) (KGK 2653). 

Ketika kita berdoa, Allah akan terus-menerus memasukkan spirit-Nya sehingga kita mempunyai keinginan seperti apa yang dikehendaki-Nya (Mzm 80:19; Flp 2:13; Rm 8:26-27). 

Jadi, kita tidak dapat mengubah kehendak Tuhan, tetapi kita dapat menemukan kehendak Tuhan (Sundar Singh). 

Ketika kita menerima kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, kita menemukan bahwa Allah memberikan kita kekuatan, keberanian, dan martabat yang bergema sampai ke sorga (Mother Angelica). 

Jadi, masuklah dalam suatu persekutuan oleh dorongan-Nya, jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang (Yes 30:1; Ibr 12:15). 

Firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara (Yes 43:18-19). 



Singkirkan penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu. 

Yesus datang untuk memberitakan "Injil Kerajaan Allah" (Luk 4:43). Demikian juga para murid-Nya, diutus-Nya untuk menjalankan Amanat Agung-Nya (Luk 9:2; Mrk 16:15 » Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk) agar semakin banyak orang kembali kepada Allah. 

Namun, seringkali orang-orang Kristen sendiri menjadi penghalang besar bagi orang-orang yang ingin mendekati Kristus. Karena mereka seringkali berkotbah tentang injil yang tidak mereka hayati. Inilah alasan mendasar mengapa begitu banyak orang di dunia ini yang tidak percaya (Mother Teresa). 

Mahatma Gandi tertarik dengan Kristus, ia sudah membaca Injil sampai katam dan ia juga melakukan apa yang Injil katakan, tetapi ia tidak mau dibaptis karena ia melihat kehidupan sebagian orang Kristen tidak sesuai dengan Injil, katanya: "Yesus saya suka, Injil saya kerjakan. Tetapi saya tidak mau menjadi orang Kristen karena ada sebagian orang Kristen yang tidak melakukan apa yang dikatakan Yesus." Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga melakukannya? Mengapa mereka berbuat demikian? 



Yang pertama, karena mereka tidak pernah mengenal Allah secara pribadi melalui doa maupun membaca Kitab Suci. Akibatnya, mereka hanya melakukan kegiatan rohani, tanpa mempunyai kehidupan rohani sehingga mereka tidak tahu apa yang menjadi kehendak Allah. 

Ciri-ciri orang yang masih belum mengenal Allah: tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, menghambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Roh perzinahan ada di antara mereka (1 Kor 12:2; Gal 4:8; Hos 5:4). Pikirannya sia-sia (Ef 4:17); hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang (1 Ptr 4:3; Kol 3:5 - segala sesuatu yang duniawi yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakan; 1 Yoh 2:16 - semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup). 

Jika kita tidak mengenal akan Allah yang benar, maka kita tidak berbeda dengan bangsa Israel. Misalnya, setiap Minggu kita pergi ke gereja, tetapi mulai Senin sampai Sabtu relasi kita dengan Tuhan baik dalam doa maupun perenungan firman tidak kita hidupi dengan baik. Di gereja tampak seperti orang suci, namun ketika tidak dilihat orang, kita sibuk menghambakan diri kepada dosa (tidak ada pertobatan dan perubahan di dalam hidup, hidup penuh dengan kemunafikan). Orang yang sudah pernah mengenal Allah justru lebih sulit bertobat daripada orang yang tidak mengenal Allah. Jadi, pengalaman dicintai oleh Kristus secara pribadi sangat penting bagi setiap orang agar dapat bertahan dalam pengabdian pada Yesus Kristus. 



Yang kedua, ada kerinduan mengenal Allah dengan berdoa dan membaca Kitab Suci, namun sarana untuk mengenal Allah itu tidak mengubah hatinya menjadi bijaksana, dia mengembangkan sikap ekslusif dan kaku dalam pewartaannya. Sesungguhnya, maksud hati pewarta ini sangat baik, agar semua pendengarnya dapat menghindari segala hal yang dapat menjauhkan dari Allah. Namun sikap ini menyebabkan para pendengarnya merasa tidak nyaman atau ketakutan. 

Ingatlah! Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8, 16), Injil adalah Kabar Gembira. Hikmat dalam Kitab Suci sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri (2 Ptr 3:15-16) 

Andaikata semua orang Kristen mau belajarajaran Gereja”dan mengerti kebenaran ini, maka mereka tidak akan masuk dalam jebakan Iblis tetapi mereka akan menikmati Kerajaan Allah di bumi ini

Kerajaan Allah: Pemerintahan Alah sebagai Raja yang hendak melaksanakan di sorga maupun di bumi. Dengan kedatangan Yesus Kerajaan Allah sudah dekat (Mat 4:17), bahkan berada "di antara kamu" (Luk 17:21) (Kamus Alkitab). 

Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa (1 Kor 4:20; Yoh 1:12 » diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya). 

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh (Mrk 16:17-18). 

Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm 14:17). 

Jadi, pakailah bahasa kasih dalam mewartakan Kabar Gembira, yaitu dengan berkata-kata yang baik untuk membangun supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia (Ef 4:29).

Yang ketiga, ada kerinduan mengenal Allah dengan berdoa dan membaca Kitab Suci, namun sarana untuk mengenal Allah itu tidak mengubah hati mereka menjadi bijaksana, karena jiwanya masih terluka secara emosional dan rohani, yang mengalami segala macam penolakan, yang menyimpan trauma-trauma yang tersembunyi jauh di dalam kehidupan mereka. Pengalaman ini melumpuhkannya dan membutakannya, pada akhirnya membuatnya putus asa



Firman Yesus menerangkan apa yang Ia kerjakan. Pekerjaan Yesus membuktikan kebenaran Firman-Nya. Kedua hal ini ada bersamaan dan saling menerangkan. Jadi, sabda tanpa karya dengan mudah dianggap omong kosong atau dalam istilah populis “gajah diblangkoni” (bisa kotbah ora bisa nglakoni). Demikian pula sebaliknya, karya tanpa sabda yang menerangkannya bisa saja membuat orang bingung dan salah paham (Mat 12:24, 28). 

Penampilan Yesus yang selalu berdimensi ganda ini memberikan inspirasi kepada kita bagaimana kita harus mewartakan Kabar Gembira. Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata! Hidup konkret kita menjadi saksi yang efektif dari berita yang kita wartakan. 

Untuk menjalankan perutusan ini tidak mudah, oleh karena itu Yesus berdoa bagi kita: “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 

Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. 

Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan (Yoh 17:1-26). 

Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalah engkau sudah insyaf, kuatkanlah saudara-saudaramu (Luk 22:32). 

Tuhan Yesus, kini aku mohon kepada-Mu, bantulah aku agar tetap dekat pada-Mu dengan hati berkobar, agar tetap gembira mengemban perutusan yang Engkau percayakan kepadaku: yakni melanjutkan kehadiran-Mu, dan menyebarkan berita gembira - Engkau telah bangkit! (Pater Carlo Maria Martini, SJ).

(Sumber: Warta KPI TL No. 175/XI/2019)

Kamis, 14 November 2019

Sampah paling berbahaya



Sampah paling berbahaya bukan sampah nuklir tetapi kotoran dalam hati yang bisa membunuh anda dalam hitungan hari. Itulah sebabnya setiap manusia harus pintar pintar menjaga hati. 

Pertama, hati manusia itu licik, saking liciknya banyak yang sudah tertipu, termasuk yang memiliki hati. 

Kedua, hati adalah mata air kehidupan, jika mata air kotor, seluruh pengguna air akan kena dampak polusi. 

Ketiga, hati manusia adalah pusat dari segala pikiran, ucapan dan perbuatan bahkan penyembahan. Maka sering seringlah melakukan ‘check and recheck’ jangan sampai hatimu sudah ‘membatu’ 

Beberapa jenis sampah ini harus segera dibuang jangan sampai bersarang di dalam hati. “Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kolose 3:8) 

Perhatikanlah waktunya ‘sekarang’. Itu artinya ‘emergency’. Jangan tunggu sampai besok atau bulan depan. Menyimpan amarah itu sangat berbahaya bagi kinerja tubuh. Konon anda marah 5 menit bisa menyebabkan system kekebalan tubuh macet hingga 6 jam. Itulah sebabnya Firman Allah mengajarkan ‘jangan pernah menyimpan kemarahan sampai larut malam’. 

Beberapa hal ini harus segera dibuang

Pertama, amarah atau bahasa aslinya orgḗs, kemarahan adalah kondisi pikiran anger as a state of mind. Aristoteles mengatakan kemarahan itu sebuah keinginan dimotivasi rasa dukacita ‘anger, is desire with grief’. Anda marah karena keinginan tidak tercapai atau kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup. 

Gara gara tidak bisa mendapatkan kebun anggur Nabal, raja Ahab marah dan berbuntut pertumpahan darah. Seorang istri tega membunuh suaminya sendiri karena amarah.

Hal kedua yang harus dibuang adalah ‘geram’ thumós atau ‘violent motion’ tindakan kekerasan yang lahir dari kemarahan. Amarah melahirkan geram dan geram melahirkan kejahatan dan perkataan kotor

Ibarat pelihara ular, demikianlah nasib orang yang pelihara amarah. Suatu saat ular yang berbisa itu akan mematikan pemiliknya, demikian juga amarah bisa menghancurkan hidup kita. Menyimpan amarah sama seperti menyimpan sampah dalam rumah, sebentar lagi akan datang musibah.

(Paulus Wiratno)

Senin, 11 November 2019

Musuh kita yang sebenarnya



[2 Tim 2:22-26] Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.

Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran

sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran

dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.

[Ef 6:12] karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.


Sadarlah sesungguhnya musuh kita bukanlah manusianya, namun roh jahat yang menguasai hidup manusia itu

Sebagai orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus jangan pernah menjadikan orang yang berbuat jahat atau yang berbuat dosa sebagai musuh. 

Kehidupan seseorang yang beriman kepada Tuhan Yesus tidak akan pernah menjadikan orang lain sebagai musuh tetapi sebagai saudara, kawan dan teman

Sebab kasih itu sifatnya merangkul dan bersahabat. Jikalau menjadikan orang lain musuh, berarti ada yang salah dalam diri seseorang

Musuh kita yang utama adalah roh-roh jahat yang menguasai hidup manusia bukan manusianya. Ini haruslah kita ingat. Jangan pernah membenci orang yang berbuat jahat dan berbuat kesalahan kepadamu. 

Sesungguhnya tatkala ia melakukan hal yang jahat, ia tidak mengerti dan mengetahui bahwa roh jahatlah yang menguasai hidupnya

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengucapkan doa ini :
Lukas 23:34 (TB) Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." 

Manusia yang melakukan hal yang jahat dan berbuat dosa dan kesalahan terhadap kita sesungguhnya ia tidak tahu apa yang ia perbuat sebab Iblislah yang membutakan mata rohaninya sehingga ia tidak mengerti bahwa hidupnya telah dikuasai yang jahat

Tatkala ada orang yang suka menjelekkanmu, ada yang suka menjatuhkanmu, ada yang suka meremehkanmu, itulah sebenarnya ada roh jahat yang bekerja atas hidup manusia. Bagaimanakah respon kita menghadapi hal ini? 

Saat orang lain menjelekkanmu, maka rendahkanlah dirimu dan balaslah dengan memberkati dalam doa sehingga engkau tidak terpancing untuk menjelekkannya

Saat orang lain menjatuhkanmu, maka rendahkanlah dirimu dan berdoalah kepada Tuhan mohon belas kasihan Tuhan untuk dirimu dan orang yang menjatuhkanmu itu. Maka Tuhan sendirilah yang akan bertindak untuk meninggikanmu

Saat orang lain meremehkanmu, maka rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan akuilah bahwa memang engkau bodoh tanpa Tuhan yang pimpin hidupmu sehingga engkau pun tidak membalas meremehkan orang lain tetapi mendoakannya

Kenapa ada keluar perkataan yang jahat terhadap seseorangJawabannya karena hidupnya masih dikuasai kepahitan dan kebencian. Ia belum sepenuhnya memiliki kasih dan pengampunan itu. 

Saat Tuhan Yesus menguasai hidup seseorang maka ia akan dimampukan untuk mengasihi (tidak membalas yang jahat dengan jahat tetapi membalasnya dengan kebaikan) dan mengampuni (tidak menyimpan kesalahan orang lain).

Ingatlah! Jangan pernah memusuhi orang lain tetapi yang menjadi musuh kita sebenarnya adalah Iblis dan roh-roh jahat yang menguasai hidup manusia itu.

Minggu, 10 November 2019

Bergumul dengan Tuhan itu enak

Beberapa waktu lalu saya mengalami kesalahpahaman dengan seorang pembimbing rohani di sebuah persekutuan doa. Saya merasa kecewa dan memutuskan untuk tidak datang lagi ke persekutuan doa tersebut. Saat itu saya berpikir bahwa itu adalah keputusan yang terbaik, karena saya takut dikecewakan kembali. Namun hati saya merasa tidak enak, tidak ada damai dan sukacita. 

Ada beberapa teman yang tau saya mau mundur memberikan saya nasehat-nasehat, ayat-ayat Firman dan video-video yang menguatkan saya dan mereka mendoakan saya. Saya pun berdoa kepada Tuhan dan meminta tanda dari Tuhan. 

Malamnya saya membaca Kitab Suci dan mendapat teguran dari Tuhan melalui Yohanes 21:15-17, disitu Tuhan bertanya kepada Petrus sampai 3x, apakah Petrus sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Saya berkata dalam hati kepada Tuhan bahwa saya mengasihi Tuhan, tetapi saya juga mengevaluasi diri saya, apakah saya hanya mengasihi Tuhan di mulut saja. 

Tiga hari sesudah kejadian, waktu doa pagi, saya seperti disadarkan. Saya bisa berkata bahwa saya ini keras kepala, sangat keras kepala. Tidak mudah hati saya mau menerima nasehat ataupun Firman apalagi melakukannya. Saya sering merasa diri saya sudah benar. 

Siang harinya saya mengantarkan anak saya ke sekolah. Waktu perjalanan ke sekolah, saya berpikir kalau saya butuh waktu hening untuk menata pikiran saya, karena begitu banyak kejadian yang saya alami baik di rumah maupun di luar rumah. Sampai di sekolah ternyata tidak ada satu pun teman yang bisa diajak mengobrol sehingga saya pergi berdoa di gua Maria. 

Saya sampaikan apa yang ada di hati saya kepada Yesus dan Bunda Maria dan saya tidak tahu harus berbuat apa, saya berserah saja. Setelah selesai berdoa tiba-tiba saya merasakan kerinduan untuk kembali ke persekutuan tersebut. 

Lalu saya menelepon teman saya dan teman saya cerita kalau orang yang berkonflik dengan saya ini juga menelepon dia dan menanyakan pendapatnya. Dan teman saya meluruskan masalah ini kalau ternyata ini hanya salah paham. 

Seketika itu juga saya merasa beban saya telah diangkat. Saya bersyukur kepada Yesus dan Bunda Maria telah menyelamatkan jiwa saya dari kekecewaan. 

Dari peristiwa ini saya belajar untuk menghadapi konflik. Saya biasanya takut menghadapi konflik dan suka “mutung”. 

Saya mau membagikan kepada teman-teman bahwa apapun permasalahanmu datanglah kepada Tuhan, bergumullah dengan Tuhan dalam doa, jangan mengandalkan pikiranmu dan kekuatanmu sendiri, serta milikilah teman-teman yang bisa menguatkan dan mendoakan kita. Hidup kita pasti tak lepas dari konflik, percayalah bergumul dengan Tuhan itu enak. EL SHADDAI