Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Rabu, 12 Juni 2019: Hari Biasa X - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Kor 3:4-11; Mzm 99:5, 6, 7, 8, 9; Mat 5:17-19
Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, (2) kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi (3A) pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab (1B) hukum yang tertulis mematikan, tetapi (3B) Roh menghidupkan.
(1A) Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian betapa (3D) lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! Sebab, jika (1D) pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa (3E) lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran.
Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti. Sebab, (1C) jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, (3C) betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan.
Renungan
1. Pelayanan Perjanjian Baru
(1ABC) Musa adalah pelayan dari perjanjian yang lama. Tuhan memberikan kepadanya kedua loh batu, yang ditulisi jari Allah, di mana ada segala firman yang diucapkan Tuhan (Ul 9:10).
(1D) Kemuliaan Perjanjian Lama akan berakhir dengan penghukuman. Mengapa demikian? Karena Hukum Taurat berisi standar kebenaran yang tidak dapat dipenuhi oleh siapa pun! Dengan demikian, semua orang akan dianggap berdosa! Segala yang dihasilkan orang yang sudah digelapkan oleh dosa akan berakhir pada kegagalan dan hukuman Allah.
(2, 3A-E) Paulus adalah pelayan dari perjanjian yang baru. Dia sadar bahwa pemberitaan Injil yang dikerjakannya menampakkan hasil, bukan karena kecakapan dirinya, melainkan karena Roh Allah saja yang membuat orang merespons Injil.
Kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh adalah pembenaran Allah bagi orang yang berdosa. Mengapa bisa demikian? Karena tuntutan Hukum Taurat telah dipenuhi oleh Tuhan Yesus melalui penumpahan darah-Nya. Betapa besar perbedaan antara penghukuman dan pembenaran!
Melalui pelayanan, keberadaan kita seperti surat Kristus yang terbuka, yang dapat dibaca dan dikenal oleh semua orang (2 Kor 3:1-3). Oleh karena itu hidup kita harus menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus dengan mengosongkan diri, merendahkan diri, dan taat sampai mati (Flp 2:5-8).
Jadi, kita tidak boleh sembarangan dalam menjalani kehidupan kekristenan kita, karena dimanapun kita berada, kemanapun kita pergi dan kapanpun waktunya, kita sedang mempertaruhkan nama Kristus di mata dunia.