Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Kamis, 29 November 2018: Hari Biasa XXXIV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Why 18:1-2, 21-23, Mzm 100:2, 3, 4, 5; Luk 21:20-28
"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis.
Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."
"Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."
Renungan
1. Membuka mata terhadap kehadiran Allah
Keruntuhan Yerusalem menjadi sebuah peringatan dari Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi untuk tidak menyombongkan diri sebagai bangsa pilihan Allah.
Orang Yahudi menjadi sombong karena membanggakan Yerusalem sebagai tempat dimana Bait Suci, simbol kehadiran Allah di tengah bangsa pilihan-Nya, berdiri.
Akibat kesombongan ini, orang Yahudi “menutup mata” terhadap kehadiran Allah di luar Bait Suci. Mereka menganggap bahwa Allah hanya hadir di Bait Suci Yerusalem dan tidak di tempat lain, tidak di dalam orang lain. Dengan demikian, orang Yahudi tidak menerima kehadiran Allah dalam Yesus Kristus.
Peringatan ini juga menjadi sebuah peringatan keras bagi kita untuk “membuka mata” terhadap kehadiran Allah.
Allah tidak hanya hadir dalam rupa Sakramen Mahakudus yang tersimpan di dalam tabernakel gereja, melainkan Ia juga hadir dalam setiap manusia.
Sebuah sapaan hangat kepada setiap orang yang kita jumpai adalah sebuah tindakan sederhana yang menjadi bentuk keterbukaan kita terhadap kehadiran Allah yang berbelas kasih.
Tuhan Yesus memberkati.