Ada banyak cara yang dapat kita lakukan dalam hidup ini untuk berkenan di hati seseorang. Misalnya: dengan memberi hadiah, mengungkapkan kata-kata pujian, memberi perhatian, menunjukkan perilaku yang baik, mempercantik penampilan diri, dsb.
Lalu, bagaimana caranya agar hidup kita dapat berkenan di hati Allah seperti Daud, sehingga mengerti detak jantung-Nya? (1 Sam 13:14).
Yang menggerakkan seluruh hidup kita adalah hati (Mrk 7:21-23), Allah merindukan kita untuk beristirahat di hadirat-Nya, mendengarkan detak jantung-Nya.
Pada saat kita dibaptis, kita menjadi anak angkat Allah (Gal 4:5-7). Buah dari Sakramen ini menyanggupkan kita hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus (KGK 1265-1266). Ia yang menyanggupkan kita mengenal Allah dan menuruti perintah-perintah-Nya (1 Yoh 2:3; Yoh 14:15; Bdk. 1 Sam 13:14).
Allah mengutus Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita dan berdoa untuk kita kepada-Nya (Rm 8:26), Roh Kudus juga yang menginsafkan dosa kita (Yoh 16:8-11) sehingga kita berani mengoreksi diri tanpa membandingkan (2 Sam 12:13; Luk 18:11-13).
Allah sangat merindukan anak-anak-Nya untuk mendengar detak jantung-Nya, maka bagian kita adalah melekat pada-Nya (Yoh 15:1-8) dengan cara berdoa dan berpuasa (2 Sam 12:16), sujud menyembah-Nya (2 Sam 12:20), dan mendengarkan atau membaca firman (Rm 10:17).
Jika kita mendengar/membaca firman Tuhan serta menanamkan firman tersebut di dalam hati kita maka kita diberi hati dan roh yang baru, hati yang taat (Yak 1:21; Yeh 36:26) sehingga detak jantung kita dapat seirama dengan detak jantung-Nya (Yes 55:8-9; Ams 19:21).
Doa itu bukanlah meminta. Doa adalah menempatkan diri ke dalam tangan Tuhan, ke dalam posisi-Nya dan mendengarkan suara-Nya ke dalam hati kita (Mother Teresa).
Marilah kita belajar dari Kitab Ester:
[Est 1:11] Pada zaman Ahasyweros ... diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya ... Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak ...
Juga Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros. Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda ... supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya.
» Raja Ahasyweros lambang Allah yang suka memamerkan mempelai-Nya (Ayb 1:8; 2:3).
[Est 1:12 - 2:1-4] Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja ..., sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya.
Maka bertanyalah raja kepada orang-orang arif bijaksana: "Apakah yang harus diperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang, karena tidak dilakukannya titah raja Ahasyweros yang disampaikan oleh sida-sida?"
Maka sembah Memukan di hadapan raja dan para pembesar itu: "... Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah ... Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya. ..." Usul itu dipandang baik oleh raja serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu.
Sesudah peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut, terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang diputuskan atasnya.
Maka sembah para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Hendaklah orang mencari bagi raja ... gadis yang terbaik pada pemandangan raja, baiklah dia menjadi ratu ganti Wasti." Hal itu dipandang baik oleh raja, dan dilakukanlah demikian.
[Est 2:8-9] Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan. Di bawah pengawasan Hegai, Ester pun dibawa masuk ke dalam istana raja ... gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya,
» Hegai lambang Roh Kudus. Ester mempunyai roh yang mau diajar (taat) sehingga menjadi favoritnya Hegai.
[Est 2:12-13] Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: enam bulan untuk (1) memakai minyak mur dan enam bulan lagi untuk (2) memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan. Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya harus diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam istana raja.
» Perawatan kecantikan (1) untuk mengeluarkan racun-racun dalam tubuh. (2) seperti disauna, wangi-wangian tersebut baunya meresap ke dalam pori-pori kulit sehingga bau tubuhnya harum.
[Est 2:14-15] Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali ini ke dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida raja, penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya.
Ketika Ester mendapat giliran untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apa pun selain dari pada yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.
» Hegai dipercaya untuk menyiapkan calon ratu karena ia yang paling tahu selera raja. Maka Esther berjuang untuk mempunyai sikap hati yang taat (memiliki roh penguasaan diri).
[Est 2:16-17] Demikianlah Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam istananya. Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti.
» Demikian pula dengan kehidupan kita, jika kita taat kepada Roh Kudus maka Ia-lah yang akan membantu kita dalam kelemahan kita (Rm 8:26-27) dan yang menyelidiki segala sesuatu yang tersembunyi dari Allah (1 Kor 2:9-11). Maka bekerjasamalah dengan Roh Kudus agar hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya.
[Est 3:5-11] Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman, tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros.
Sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa ... di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja."
Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, kemudian titah raja kepada Haman: "Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik.
» Persembahan mampu untuk menggerakkan hati raja untuk melepaskan cincin meterainya.
[Est 4:1-16] Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih.
Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja, karena seorang pun tidak boleh masuk pintu gerbang istana raja dengan berpakaian kain kabung.
Di tiap-tiap daerah, ke mana titah dan undang-undang raja telah sampai, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya.
Ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya.
Maka Ester memanggil Hatah, salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda melayani dia, lalu memberi perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk mengetahui apa artinya dan apa sebabnya hal itu. ... dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya ... Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda.
... Akan tetapi Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai: "..." Ketika disampaikan orang perkataan Ester itu kepada Mordekhai, maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: "Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."
Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati."
[Etr 4:17 & T.Est C] Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya. Kemudian Mordekhai berdoa kepada Tuhan seraya mengingat segala perbuatan Tuhan, katanya: "Tuhan, Tuhan, Raja semesta alam! Segala sesuatunya ada dalam kekuasaan-Mu dan tiada seorangpun dapat membantah Engkau, jika Engkau mau menyelamatkan Israel. ... Segala sesuatunya Kaukenal dan Engkaupun, ya Tuhan, tahu bahwa ... Aku tidak akan sujud menyembah kepada siapapun kecuali kepada-Mu, ... Dengarkanlah permohonanku, kasihanilah umat-Mu. Ubahlah derita kami menjadi sukacita ... "
Seluruh Israelpun menjerit sekuat-kuatnya, sebab maut terbayang di depan mata mereka. Ratu Esterpun berlindung pada Tuhan dalam bahaya maut yang menyerang dia. Pakaian kemuliaannya telah ditanggalkannya dan telah dikenakannya pakaian kesesakan dan perkabungan. Dari pada dengan wangi-wangian yang ulung telah ditaburinya kepalanya dengan abu dan kotoran. Tubuhnya sangat disiksanya dengan puasa dan jalinan-jalinan rambutnya yang terlepas memenuhi seluruh tempat perhiasan riangnya.
Maka mohonlah Ester kepada Tuhan, Allah Israel, katanya: "Tuhanku, Raja kami, Engkaulah yang tunggal, dan tolonglah aku yang seorang diri ini, yang padanya tidak ada yang menolong selain dari Engkau, sebab bahaya maut mendekati diriku. ... Ingatlah, ya Tuhan, dan hendaklah menampakkan diri-Mu di waktu kesesakan kami. Berikanlah kepadaku keberanian, ya Raja para allah dan Penguasa sekalian kuasa! Taruhlah perkataan sedap di dalam mulutku terhadap singa itu; dan ubahkanlah hatinya sehingga menjadi benci kepada orang yang memerangi kami, supaya orang itu serta semua yang sehaluan dengannya menemui ajalnya. ... Ya Allah, Engkaulah yang terlebih kuat dari sekalian orang, dengarkanlah suara orang-orang yang putus harapannya dan selamatkanlah kami dari kekuasaan para penjahat dan selamatkanlah aku ini dari ketakutanku!"
[Est 5:1-2 & T. Est D] Pada hari ketiga ketika Ester berhenti berdoa maka ditanggalkannya pakaian ibadahnya, lalu dikenakannya pakaian ratu. Berserilah muka Ester karena memuncak keelokannya; bergiranglah wajahnya seolah-olah berpancarkan cinta, tetapi hatinya kesesakan karena takut. Semua pintu dilaluinya lalu berdirilah ia di hadapan raja.
Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu. Dengan wajah yang merah ungu karena kemuliaannya raja menengadah dan menengok dengan memuncak kemurkaannya. Maka rebahlah ratu dan berubahlah warna mukanya karena pingsan.
» pingsan karena takut (Est 4:11 - menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati).
Dengan kepalanya ia bersandarkan dayang yang berjalan di depannya. Tetapi hati raja dirubah oleh Allah menjadi lemah lembut. Penuh kegelisahan ia melompat turun dari takhtanya, didekapnya Ester sampai siuman sambil dihiburkannya dengan kata-kata yang ramah.
Berkatalah raja kepada Ester: "Ada apa, Ester? Aku ini kakanda! Jangan takut! Engkau tidak akan mati! Penetapan kami hanya berlaku untuk umum saja! Mari!"
Maka raja mengedangkan tongkat keemasannya lalu ditaruhnya pada leher Ester. Sambil memeluknya berkatalah ia: "Berbicaralah dengan aku!"
Sahut Ester kepadanya: "Hamba melihat baginda, tuanku, laksana malaikat Allah. Maka gelisahlah hati hamba karena takut kepada kemuliaan baginda. Sebab baginda sungguh mengagetkan, ya tuanku, dan wajah baginda penuh kebagusan." Ketika berkata demikian Ester jatuh pingsan. Rajapun lalu gelisah dan seluruh pengiringnya memberi hati kepada Ester.
[Est 5:3-8] Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu."
Jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja." Maka titah raja: "Suruhlah Haman datang dengan segera, supaya kami memenuhi permintaan Ester." Lalu raja datang dengan Haman ke perjamuan yang diadakan oleh Ester.
Sementara minum anggur bertanyalah raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi."
Maka jawab Ester: "Permintaan dan keinginan hamba ialah: Jikalau hamba mendapat kasih raja, dan jikalau baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja."
[Est 7:1-6; 8:1-] Datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu. Pada hari yang kedua itu, sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi."
Maka jawab Ester, sang ratu: "Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja."
Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: "Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?" Lalu jawab Ester: "Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!"
Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia.
Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman.
Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi.
Maka raja mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja, serta sembahnya: "Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat kasih raja, dan hal ini kiranya dipandang benar oleh raja dan raja berkenan kepada hamba, maka hendaklah dikeluarkan surat titah untuk menarik kembali surat-surat yang berisi rancangan Haman bin Hamedata, orang Agag itu, yang ditulisnya untuk membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan. Karena bagaimana hamba dapat melihat malapetaka yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat melihat kebinasaan sanak saudara hamba?"
Maka jawab raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: "Harta milik Haman telah kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi. Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat ditarik kembali."
» Jika detak jantung kita seirama dengan detak jantung Tuhan, maka apa saja yang kita kehendaki akan dikabulkan oleh-Nya.
Sebagai anak angkat Allah hendaknya kita menempel pada-Nya sehingga kita dapat mendengar detak jantung-Nya seperti seorang dokter kandungan menempelkan piringan stetoskop Laennec pada perut ibu hamil (zaman dulu) untuk mengetahui detak jantung janin dalam kandungan.
(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 5 Juli 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).