18.02 -
*Allah Roh Kudus*
Bagaimana cara mendengar suara Tuhan?
Hidup yang kekal ini bukan lain daripada “mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang diutus-Nya.” (Yoh.17:3) Hubungan pribadi itu begitu eratnya, sehingga Yesus menggambarkannya sebagai hubungan antara pokok anggur dan ranting-rantingnya. “Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya.” (Yoh.15:5). Hubungan pribadi itu mengandaikan komunikasi dari dua pihak.
Dari pihak Allah hal itu diungkapkan dalam perhatian dan penyelenggaraan terhadap manusia serta segala kebutuhannya. Allah memperhatikan manusia sampai hal yang sekecil-kecilnya, karena tiada sesuatu pun yang luput dari pandangan Allah, bahkan burung-burung di udara tidak lepas dari perhatian dan penyelenggaraan Allah (Mat. 6:25-30). Kemudian sebagai alasan yang lebih dalam dikatakan-Nya, “Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” (Mat. 6:32).
Ketika mengajar tentang doa, Yesus bersabda supaya kalau berdoa jangan bertele-tele memakai banyak kata seperti kebiasaan orang kafir, yang mengira, bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan. Kemudian dikatakan-Nya, “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui, apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Mat. 6:8).
Dari pihak manusia hubungan itu diungkapkan dalam iman penuh penyerahan diri, seperti diungkapkan Santo Paulus, “Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal. 2:20). Iman ini diungkapkan dalam pelaksanaan kehendak Allah sebagai jawaban, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23)
Dari semuanya itu kiranya jelas, bahwa agama Kristen bukanlah suatu rentetan hukum-hukum, peraturan-peraturan, dan perintah-perintah yang harus ditaati, melainkan pertama-tama adalah suatu relasi pribadi dengan Allah sendiri. Memang, hukum, peraturan, dan perintah diperlukan sebagai bantuan, supaya kita dapat mengerti apa yang dikehendaki Allah.
Hal itu khususnya berlaku pada awal hidup rohani kita, sebab pada awalnya orang belum cukup mampu untuk mengikuti bimbingan Allah yang lebih langsung. Namun kemudian, kalau hubungan pribadi itu berkembang Allah akan membimbing kita secara lebih pribadi dan langsung.
Oleh karena itu pula, bila orang tidak memiliki hubungan pribadi yang nyata dengan Allah, hidupnya lebih dipimpin oleh peraturan-peraturan yang anonim. Banyak orang yang hidupnya dikuasai perintah-perintah yang negatif, jangan berdusta, jangan mencuri, jangan menipu, jangan berzinah, dan lain-lain, namun pada dasarnya hidupnya masih dikuasai oleh kehendak sendiri, keinginan sendiri. Kalaupun ia giat dalam kegiatan Gereja, semuanya itu masih sebagian besar demi kepentingan diri sendiri, bukan karena cinta kepada Allah. Ia tetap menentukan sendiri arah dan keputusan hidupnya, bukan Allah.
Dalam kenyataannya sedikit sekali orang yang sadar, bahwa hidupnya seharusnya diserahkan ke dalam bimbingan Allah yang telah lebih dahulu mengasihi dia. (Yoh. 4:10) Sedikit sekali yang berani menyerahkan hidupnya ke dalam bimbingan Allah dalam kepercayaan dan pasrah dari hari ke hari, dari saat ke saat.
Mengapa demikian? Karena ia tidak memiliki hubungan pribadi yang sadar dengan Allah, karena Allah jauh dan kurang hidup bagi dia, walaupun sebenarnya sangat dekat.
Sebaliknya setelah orang mengalami pencurahan Roh Kudus, atau dibaptis dalam Roh, Allah menjadi begitu hidup bagi dia dan ia mengalami suatu relasi pribadi yang nyata dengan Allah. Karena pencurahan itu, Allah begitu hidup bagi dia dan ia jadi menggebu-gebu semangatnya dan seringkali menjadi berlebihan dalam banyak hal dan juga dalam menanggapi bimbingan Allah. Dalam hal ini dibutuhkan keseimbangan.
Bimbingan Allah itu dikerjakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Namun secara khusus bimbingan itu dilakukan oleh Roh Kudus, karena Dialah yang diberi tugas untuk itu oleh Bapa. Roh itulah yang dianugerahkan Allah kepada kita dan yang menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita dapat berkata “ya Abba, ya Bapa” (Rm. 8:15).
Oleh karena itu, Dia pulalah yang membimbing semua anak Allah. “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.” (Rm. 8:14) Bahkan pada saat-saat yang sukar, dalam masa penganiayaan, Dia pula yang akan mendampingi para murid Kristus. “Sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus.” (Mrk. 13:11) dan Injil Lukas 12:12 mengatakan, “Sebab pada saat itu juga Roh Kudus sendiri akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.”
Allah membimbing umat-Nya dengan dua cara, yaitu bimbingan umum dan khusus. Pada permulaan biasanya Allah membimbing umat (I) secara umum
a. lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci
Kitab Suci adalah sumber bimbingan yang pertama dan utama. Lewat sabda-Nya dalam Kitab Suci Allah mengajar, menerangi, menyatakan kehendak-Nya, menegur dan menguatkan kita.
Namun Kitab Suci tidak dapat ditafsirkan sesuka hati. Yang terutama harus kita ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2 Ptr. 2:20), tetapi harus ditafsirkan sesuai dengan iman Gereja Universal, Gereja Katolik. Kita boleh dan harus membaca firman Tuhan, namun dalam menafsirkannya harus tunduk pada tafsiran Gereja.
b. lewat Gereja
Gereja sebagai persekutuan umat beriman di bawah kepemimpinan Paus dan para uskup merupakan Umat Allah yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Oleh karena itu, Yesus secara istimewa memberikan Roh-Nya kepada Gereja itu, supaya ia selalu setia dan tidak sesat.
Kehadiran Roh Kudus yang istimewa dalam Gereja menjadikannya mampu untuk mengerti kehendak dan bimbingan Roh sendiri dan menafsirkannya untuk tiap masa dan situasi bagi umat beriman. Gereja juga diberi karunia dan wewenang untuk menafsirkan Kitab Suci secara tepat. Itulah sebabnya kita harus mempelajari sabda Tuhan dan ajaran iman Gereja, supaya tahu apa yang dikehendaki Allah bagi kita.
c. lewat arah hidup yang umum
Pada umumnya kehendak Allah tidak dapat bertentangan dengan status hidup yang telah dipilih oleh seseorang, biarpun kadang-kadang ada pengecualian juga. Misalnya seorang kepala keluarga harus bertanggungjawab atas kesejahteraan keluarganya. Oleh sebab itu, ia tidak dapat memberikan pelayanan dengan mengabaikan kewajiban tersebut.
II. Bimbingan khusus
Dalam Perjanjian Baru, Allah sering memberikan bimbingan secara khusus. Yesus telah mencurahkan Roh-Nya kepada semua orang yang percaya kepada-Nya, supaya mereka itu mengalami kehadiran, hiburan, kuasa, dan bimbingan Allah. Karena adanya hubungan pribadi, Allah ingin secara khusus berbicara kepada umat-Nya serta membimbing mereka, bukan hanya secara kolektif atau masal, melainkan juga secara pribadi. Inilah perbedaan yang menyolok dengan Perjanjian Lama, yaitu saat umat umumnya hanya dibimbing secara masal.
Bimbingan khusus ini dapat berupa:
a. Inspirasi atau ilham
Inspirasi ialah penerangan Roh Kudus yang diberikan kepada seseorang secara langsung untuk mengerti atau melakukan sesuatu. Roh dapat memberikan inspirasi tersebut kepada seseorang dan dengan demikian menyatukan kehendak-Nya kepada orang tersebut. Inspirasi dapat disertai dorongan Roh. Inspirasi dapat berlaku untuk suatu rencana jangka panjang.
b. Dorongan Roh
Ini merupakan rasa batin yang dialami oleh seseorang yang memberikan keyakinan, bahwa Allah ingin, agar dia melakukan atau mengatakan sesuatu. Ini biasanya ditujukan untuk suatu tindakan dalam jangka pendek.
Dorongan ini merupakan suatu desakan batin dari Roh, tidak sama dengan perasaan, walaupun kadang-kadang juga bisa dirasakan. Ini merupakan suatu pengalaman pribadi dan subyektif dan karenanya dapat keliru. Namun hal itu adalah sesuatu yang amat berharga dan merupakan buah umum dari pencurahan Roh Kudus. Kemungkinan bahwa orang dapat keliru bukan alasan untuk membunuhnya, melainkan diperlukan kebijaksanaan untuk membeda-bedakan roh, untuk mengadakan discernment.
c. Tanda-tanda
Ini cara lain yang juga sering dipakai Allah untuk berbicara kepada kita. Tanda yang paling sering dipakai ialah teks Kitab Suci. Suatu saat teks Kitab Suci dapat tiba-tiba mencuat keluar dan menyentuh hati kita, kadang- kadang dapat dalam sekali, seolah-olah teks itu ditujukan kepada kita secara pribadi. Teks-teks seperti itu amat baik untuk meneguhkan dorongan Roh atau inspirasi.
Kadang-kadang ada orang yang berdoa untuk suatu teks, mohon kepada Allah untuk menunjukkan kehendak-Nya melalui teks-teks Kitab Suci. Hal itu dapat dilakukan dengan dua cara: (1) membuka Kitab Suci begitu saja. (2) memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran setelah berdoa
Cara-cara ini, walaupun dapat berasal dari Tuhan, namun sangat berbahaya, khususnya dengan membuka Kitab Suci begitu saja. Dalam hal itu yang sering terjadi ialah, bahwa Kitab Suci berubah menjadi buku ramalan. Demikian pula memperhatikan teks yang muncul dalam pikiran, karena sukar sekali membedakan, mana yang dari pikiran sendiri, mana yang dari Allah. Dalam banyak hal yang muncul ialah pikiran sendiri. Oleh karena itu, cara-cara seperti ini hendaknya jangan dipakai.
Lain halnya kalau orang mendapat dorongan dari dalam untuk membuka Kitab Suci. Pada waktu itu teks tersebut akan mencuat dan memberikan keyakinan yang besar. Demikian pula bila teks itu tiba-tiba muncul sendiri dalam pikiran secara kuat dan konsisten. Kalau tidak, sebaiknya dihindari saja, karena mudah sekali orang keliru.
Kadang-kadang situasi atau keadaan yang menguntungkan dapat menjadi petunjuk kehendak Allah. Namun dalam hal ini pun kita harus hati-hati, karena setan juga dapat menciptakan suatu situasi tertentu. Dalam semuanya itu kita harus memakai akal yang sehat dan kita harus memperdalam pengertian kita tentang jalan-jalan Tuhan, khususnya dengan mempelajari tradisi Gereja lewat tokoh-tokohnya yang besar.
Dalam semuanya itu sikap dasar kita yang paling tepat ialah kerelaan untuk melaksanakan kehendak Allah. Bila kita sungguh-sungguh rela untuk melaksanakan kehendak-Nya, Tuhan akan menyatakannya kepada kita dengan cara yang tepat dan aman, tanpa keraguan.
d. Vision dan sabda batin
Orang juga dapat menerima vision (penglihatan), misalnya melihat Tuhan Yesus, Bunda Maria, orang kudus, atau sesuatu yang lain. Hal itu dapat terjadi lewat mata jasmani atau mata batin. Orang juga dapat mendengar sabda. Hal itu dapat terjadi lewat telinga jasmani maupun telinga batin. Namun, semuanya itu dapat berasal dari setan, dari diri sendiri atau dari Allah. Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus sangat hati-hati.
Semakin jasmaniah, semakin berbahaya, karena semakin mudah ditiru oleh si jahat atau timbul dari fantasi sendiri. Oleh sebab itu dalam hal ini sikap kita ialah jangan mempedulikan. Mengapa? Kalau itu datangnya dari Allah, maka pada saat diberikan, buahnya sudah tertanam dalam hati kita, yaitu pertobatan, kerendahan hati, pertambahan iman dan cintakasih.
Tujuan Allah memberikan semuanya itu ialah untuk memperoleh buah-buah tersebut, bukan supaya orang dapat berbangga-bangga. Itu semua adalah pemberian Allah yang cuma-cuma dan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kapan dikehendaki-Nya menurut kebijaksanaan-Nya.
Mendambakan hal itu berarti membuka diri bagi penipuan si jahat. Sikap yang paling tepat dalam hal ini ialah sikap lepas bebas dalam kepasrahan kepada kebijaksanaan Allah, karena Ia lebih tahu apa yang kita perlukan, apa yang paling baik bagi kita.
Belajar dari orang lain yang berpengetahuan dan berpengalaman serta minta nasihat-nasihatnya adalah suatu cara untuk lebih dapat mengenal kehendak Allah. Namun, secara konkret kita menghadapi persoalan besar, yaitu di manakah kita dapat menemukan orang yang sedemikian itu. Di mana harus kita cari? Namun bila kita sungguh-sungguh mencari kehendak Allah dengan tulus ikhlas, Allah akan mengutus orang semacam itu kepada kita pada saat kita sungguh memerlukannya.
Jadi, untuk dapat tumbuh dalam menerima bimbingan Allah dan mengenali kehendak-Nya, kita harus:
1. Memperdalam hubungan pribadi kita dengan Allah lewat doa-doa pribadi.
2. Rajin mempelajari dan meresap-resapkan sabda Allah dalam Kitab Suci.
3. Penyerahan diri kepada Allah, akan membuat kita semakin peka terhadap bisikan Roh Kudus yang berbicara pada kedalaman lubuk jiwa kita.
4. Sabar untuk tumbuh dalam hubungan pribadi dengan Tuhan dan dalam menerima bimbingan, karena hal itu makan waktu. Lewat pengalaman-pengalaman sedikit demi sedikit kita akan tumbuh dalam hal bimbingan Allah itu.
Roh Kudus berbicara melalui firman-Nya dan hati nurani: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya (Ibr 3:7-9).
(Sumber: Hidup dalam bimbingan Roh Kudus, http://www.holytrinitycarmel.com).