Pages

Minggu, 05 Agustus 2018

Mat 13:16-17

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 26 Juli 2018: PW St. Yoakim dan St. Anna - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Sir 44:1, 10-15; Mzm 132:11, 13-14, 17-18; Mat 13:16-17


Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar (*) ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.


Renungan


1. Yang berbahagia

(*) Sudah pasti apa yang dilihat atau didengar ini bukan sesuatu yang kasat mata, atau material-fisik yang dapat diindrai saja, melainkan sesuatu yang non material, yang metafisik. Maka, untuk memahaminya tidak cukuplah dengan indra lahiriah; dibutuhkan mata hati, mata iman, indra batiniah.

Banyak orang yang berhenti dan puas pada pencapaian hal-hal yang lahiriah, terpesona oleh hal-hal fisik belaka, serta menganggap di luar itu hanya ilusi. Orang-orang seperti itu tidak akan pernah dapat melihat apa yang orang beriman lihat; tidak akan pernah memahami apa yang didengar oleh orang yang membuka dirinya bagi sesuatu yang adikodrati.

Namun, tidak berarti semua orang yang beriman pun otomatis bisa menangkap kebenaran-kebenaran adikodrati yang Yesus maksudkan ini.

Hanya mereka yang fokus, yang bersedia meninggalkan ketertarikan lahiriah, dan menghayati keutamaan-keutamaan Yesus sajalah yang mampu melihat dengan benar dan menangkap kehendak Yang Ilahi. Dan mereka itulah ”yang berbahagia”.

Santo Yoakim dan Santa Ana, orangtua S.P. Maria yang kita rayakan hari ini, memang sungguh berbahagia, sebab mereka dengan mata batin dan iman telah menangkap maksud Ilahi dan memasrahkan Maria anak mereka kepada misteri penyelenggaraan Allah. Apakah Anda termasuk ke dalam kelompok orang ”yang berbahagia” itu?


2. Karunia kebijaksanaan

Setiap umat Kristiani dipanggil untuk memiliki semangat kontemplatif. Artinya, menjadi orang yang mampu melihat segala peristiwa yang terjadi di dunia sekitar dan sesama dari kacamata Allah. Mampu melihat jejak-jejak kebaikan Allah dalam setiap peristiwa hidup. 

Maka orang ini dapat menimbang segala sesuatunya dengan tepat, mempunyai perspektif yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik tanpa adanya kepahitan, dan dapat bersukacita di dalam penderitaan. Semua yang terjadi dilihat secara jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. 

Berkat "karunia kebijaksanaan" kita dimampukan untuk memperlakukan sesama sebagai pribadi-pribadi yang bermartabat sama di hadapan Tuhan. Berbahagialah orang yang mampu melihat dan menemukan pesan positif di balik setiap peristiwa serta melihat sesama sebagai citra Allah.