Sesudah pulang dari Filipina, saya diundang ke Timika, Irian Jaya untuk merayakan Natal di sana. Karena berbagai macam pertimbangan, maka stasi yang terjauh dilayani terlebih dahulu.
Untuk mencapai stasi tersebut kami berangkat jam sebelas malam dengan speedboat. Perjalanan ini sungguh sangat melelahkan, kami tidak bisa tidur karena hujan, bau minyak tanah tumpah dan ruangannya sangat sempit.
Jam sepuluh pagi kami baru sampai di stasi tersebut. Di sana kami tidak disambut umat, tetapi harus mempersiapkan makanan sendiri, bahkan ada juga beberapa umat yang ikut makan.
Sesudah misa di tempat itu, rombongan kami langsung melanjutkan perjalanan ke stasi-stasi yang lainnya. Di sana saya melihat katekis-katekis awam yang luar biasa semangatnya dalam melayani. Mereka dengan penuh kesabaran melayani umat, meskipun ada umat yang belum bisa membaca dan menulis.
Hidup misioner terwujud melalui:
* Kesediaan diri untuk menjadi utusan dan siap memikul salib (Kis 23:11). Kita semua diutus untuk menjadi misioner, bukan hanya biarawan/biarawati.
* Kesadaran dalam menjalankan perutusan tanpa membeda-bedakan kelompok/golongan.
* Karya terus-menerus dengan harapan adanya kelimpahan yang disediakan Allah pada masa depan (Mzm 16:9-10).
* Berbagai upaya yang mengarah bagi terwujudnya kesempurnaan dan kemuliaan Bapa.
Marilah memohon tujuh karunia Roh Kudus (PS No. 93) agar kita mampu mewujudkan hidup misioner tengah masyarakat.
(Sumber: Warta KPI TL No. 86/VI/2011 » Renungan Novena Roh Kudus hari ke 7, Rm. Wayan Marianta, SVD).