Bulan Agustus saya diminta teman saya untuk membawakan renungan di bulan Oktober, saat ibadat Rosario di lingkungannya.
Beberapa hari sebelum hari H saya mulai mempersiapkan diri untuk mencari tema renungan, namun belum ada perikop yang pas di hati saya. Puji Tuhan, H-1 saya diingatkan untuk mengambil tema bacaan liturgi hari tersebut, yaitu: Lukas 13:20-30 perikopnya tentang "Siapa yang diselamatkan".
Ayat 24 sangat menyentuh hati saya - "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat." Setelah itu saya mulai membuat renungan.
Sebelum berangkat dan selama dalam perjalanan, saya berdoa terus agar Tuhan sendiri yang menuntun dan memberi kekuatan pada saya dalam membawakan renungan.
Ketika saya memasuki rumah tempat ibadat Rosario diadakan, hati saya deg-degan karena belum pernah datang ke lingkungan itu. Ternyata ada banyak umat yang sudah saya kenal sehingga suasana hati saya terasa nyaman.
Namun ketika saat ibadat akan dimulai, saya kehilangan Kitab Suci yang didalamnya ada renungan yang telah saya buat. Menghadapi hal ini saya bingung sekali.
Puji Tuhan, saya disadarkan untuk tidak terpaku pada masalah kehilangan Kitab Suci tersebut tetapi saya dimampukan untuk berdoa: "Tuhan, jika ini adalah kehendak-Mu, aku percaya bahwa Engkau sendiri yang akan menuntunku dalam berkata-kata. Engkau tidak akan mempermalukan aku." Tiba-tiba ada suara di hati kecil saya: "Pinjam saja Kitab Suci nanti Aku akan menolongmu."
Sungguh luar biasa, semua kata-kata yang keluar dari mulut bibir saya mengalir apa adanya dengan lancar tanpa dipikir selama 30 menit. Diakhir pertemuan ada seorang ibu yang mengatakan bahwa renungannya bagus sekali.
Ketika hendak pamit pulang saya melihat Kitab Suci saya ada disamping saya. Jika dipikir dengan logika manusia, Kitab Suci tersebut tidak mungkin tertutup oleh celana panjang yang saya pakai.
Dari peristiwa ini saya benar-benar disadarkan bahwa saya hanyalah alat-Nya, saya bisa menyampaikan segala sesuatu bukan karena kuat gagah saya tetapi Roh Kudus-lah yang mengingatkan semua hal, apa yang harus saya katakan.
(Sumber: Warta KPI TL No.139/X/2016).