Pada saat terjadi bencana alam, para tokoh agama hatinya tergerak untuk memberi bantuan berupa doa maupun berbagai macam keperluan (makanan, obat-obatan, pakaian dll).
Menghadapi bencana ini, semua tokoh agama dapat bersatu dalam membantu para korban. Demikian pula dari pihak pemerintah, juga ikut bertanggungjawab atas bencana tersebut.
Tetapi sungguh sayang, apa yang tampak di publik sangat berbeda dengan keadaan sesungguhnya. Pada saat kunjungan Bapak Presiden di lokasi bencana, para korban betul-betul diperhatikan, salah satunya: mereka diberi tikar untuk tidur.
Namun, begitu Bapak Presiden meninggalkan lokasi, tikar tersebut dikumpulkan lagi. Di sinilah penderitaan rakyat, mereka sudah terpuruk ... bertambah terpuruk lagi.
Para tokoh agama menyampaikan suara mereka kepada pemerintah ... tetapi pihak pemerintah tidak mau terbuka sehingga segala persoalan tidak menemukan jalan keluarnya.
Demikian pula dalam kehidupan berkeluarga. Jika kita mau saling terbuka, maka tantangan hidup yang ada dalam keluarga akan ada jalan keluarnya.
Gesekan terjadi karena ego kita yang besar, semakin ego kita menjadi besar, kita akan makin terbentur dengan orang lain dan kita berbicara sembarangan.
Justru di dalam ketakberdayaan itu (kelemahan dan kerapuhan), kita bisa lihat Yesus yang hadir.
Tetapi seringkali dalam hidup ini kita tidak mau menerima ketidakberdayaan itu. Kita ingin tampak ke luar seperti orang yang kuat dan orang yang bijak, orang yang hebat.
Rangkaian bacaan Kitab Suci dari Fransiskus Asisi tentang “Saling mengasihi dan jangan mengumpat dan menghina”
* Hendaklah semua saudara menjaga diri, agar tidak menfitnah dan bertengkar mulut; sebaliknya hendaknya mereka berusaha menjaga keheningan, selama Allah menganugerahi mereka rahmat untuk itu (Bdk 2 Tim 2:14).
* Jangan mereka berselisih di antara mereka sendiri atau dengan orang lain, tetapi hendaknya mereka berusaha menjawab dengan rendah hati dengan mengatakan: Aku ini hamba yang tidak berguna (Bdk Luk 17:10).
* Janganlah mereka marah, sebab orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum. Siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke neraka yang menyala-nyala (Mat 5:22).
* Mereka harus saling mengasihi sesuai dengan firman Tuhan: Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Cintakasih antara mereka itu haruslah mereka nyatakan dengan, sesuai dengan kata rasul: Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (Yoh 15:12; bdk Yak 2:18; 1 Yoh 3:18).
* Janganlah mereka memfitnah seorang pun (Bdk Tit 3:2).
* Janganlah mereka bersungut-sungut dan mengumpat orang lain karena ada tertulis: Para pengumpat dan pemfitnah dibenci Allah (Bdk Rm 1:29-30).
* Lagipula hendaklah mereka sopan dan lemah lembut terhadap semua orang; janganlah mereka menghakimi dan menghukum (Bdk Tit 3:2).
* Dan lagi. Sesuai dengan firman Tuhan, janganlah mereka melihat dosa orang lain yang kecil, tetapi lebih-lebih hendaklah mereka merenungkan dosanya sendiri dengan hati yang pahit pedih (Bdk Mat 7:3; Luk 6:41).
* Mereka harus berlomba-lomba untuk masuk melalui pintu yang sesak, sebab Tuhan berfirman: Sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan; dan sedikitlah orang yang didapatinya (Yes 38:15; Luk 13:24: Mat 7:14).
Jika kita ingin belajar menjadi terang bagi orang lain, kita harus menghayati terang itu terlebih dulu, lalu kita bawa terang itu kepada yang lain melalui perbuatan-perbuatan yang baik.
Sebagai murid Kristus, seharusnya kita dipenuhi semangat Yesus, mengandung Dia dalam hati kita dan melahirkan dalam perbuatan-perbuatan nyata.
Marilah kita mempunyai jiwa seperti para gembala: sederhana, hatinya terbuka dan bersedia dituntun oleh Allah.
(Sumber: Warta KPI TL No. 83/III/2011» Renungan KPI TL tgl 20 Januari 2011, Rm Kees van Dick OFM).