Pages

Minggu, 16 Oktober 2016

Kecanduan

Kecanduan bukanlah suatu penyakit yang bersifat teknis, tetapi hakekat sebenarnya adalah penyembahan berhala (Rm 6:19 – kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan); 

merupakan perbudakan yang dijalani dengan rela, meliputi apa saja yang memikat hati kita; penghambaan kepada kuasa suatu benda, aktivitas, atau keadaan pikiran, yang kemudian menjadi pusat dari kehidupan seseorang, yang membentengi dirinya sendiri dari kebenaran sehingga konsekuensi yang buruk sekalipun tidak membawa kepada pertobatan, dan hal ini menyebabkan keterpisahan yang semakin jauh dari Allah.



Berhala-berhala pada awalnya menjanjikan kemerdekaan, namun pada akhirnya yang mereka berikan adalah perbudakan (2 Ptr 2:19)



Masalah yang sebenarnya dari kecanduan:


1. Kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi secara sah.

2. Mereka belum belajar mengatasi masalah hidup (lari dari kenyataan, tidak pernah belajar mengatasi tekanan hidup; tidak pernah belajar bagaimana bertumbuh melalui cobaan dan kesengsaraan hidup). 

3. Mereka tampaknya tidak dapat menyelesaikan konflik pribadi atau konflik rohani mereka menurut cara yang bertanggung jawab.

Inilah tragedi kecanduan yang paling mengerikan: pertumbuhan dalam perkembangan karakter dan emosi tertahan.

Emosi, lebih sering digerakkan oleh tujuan hati kita

* Apabila penyembahan kita benar, maka kita akan mengalami sukacita, damai, kasih, dan pengharapan, bahkan dalam saat-saat yang sulit. 

* Apabila penyembahan kita salah, dan hal-hal yang kita rindukan tidak bisa kita dapatkan atau tidak mampu berbuat sesuatu bagi kita, maka kita mungkin akan merasa bersedih, sengit, tertekan, marah, atau takut

Mengapa Allah mengizinkan pencobaan? Karena pencobaan merupakan ujian ilahi yang dapat mengungkapkan hati kita.

* Bagi orang yang hatinya tidak tergerak oleh godaan, ada sukacita dan rasa syukur bahwa Roh Allah melakukan pekerjaan yang baik

* Bagi orang yang hatinya tertarik pada godaan, ada kesempatan untuk mengenal pengampunan dan dikuatkan untuk pertempuran yang akan datang.

Jadi, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr 4:16).

Anugerah dan rahmat ini tidak muncul dalam bentuk pertempuran yang mudah. Anugerah itu akan datang dalam bentuk jalan ke luar sehingga kita dapat menanggungnya (1 Kor 10:13).

Ciri dari semua bentuk kecanduan: berbohong, mempersalahkan orang lain, tidak memiliki rasa takut akan Tuhan dan buta terhadap dosa.

Hidup berbohong sama dengan bermain-main tepat di tangan Iblis, yang merupakan bapa pembohong dan raja kegelapan (Yoh 8:44).

Kita dapat memainkan kemunafikan untuk satu kurun waktu tertentu, tetapi akhirnya permainan itu akan membebankan akibatnya kepada kita pribadi.

Tipu daya adalah mengatakan kebohongan, pada akhirnya kita akan mempercayai kebohongan itu.

1. Allah itu tidak baik

Salah satu tipu daya yang paling besar adalah kebohongan bahwa ada sesuatu yang baik di luar sana dan hal itu lebih baik daripada apa yang diberikan oleh Allah sehingga kita cenderung mempercayai kebohongan Iblis (Kej 3).

Kita mungkin saja mengetahui strategi musuh dengan sangat baik namun tetap tertipu. Jadi, nasehatilah seorang akan yang lain setiap hari ... supaya Jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa (Ibr 3:13).

2. Saya baik (tetapi saya kadang-kadang melakukan sesuatu yang buruk)

Jauh di lubuk hati kita, kita yakin bahwa Allah tidaklah sebaik yang dikatakan-Nya, dan kita berpikir bahwa kita lebih baik daripada diri kita yang sesungguhnya.

Daripada mempercayai bahwa kita adalah orang berdosa, kita cenderung menganggap diri sendiri sebagai orang yang baik tetapi kadang-kadang melakukan sesuatu yang buruk.

Beberapa pecandu merasa bahwa mereka memiliki hak untuk marah kepada Alla
h atau orang lain karena sumber masalah mereka berasal dari luar diri mereka.

Sesungguhnya, sumber masalah berasal dari hati manusia yang berdosa (Yak 1:14-15). Kecanduan dimulai dengan sikap kita yang egois dan sikap mementingkan diri sendiri.

3. Berhala tidaklah berbahaya

Orang-orang yang mengalami pergumulan dengan kecanduan akan mendengar suara-suara Iblis atau kedagingan berbisik di telinga mereka, membujuk mereka untuk menggunakannya lagi. Suara-suara itu memiliki kreativitas yang tidak habis-habisnya.

Contoh: “Allah telah memberimu kemampuan untuk mengendalikan diri, sekarang buktikan hal itu!”;

“Kamu sudah berada di ujung tanduk. Kamu akan segera kehilangan kendali. Kamu pasti akan ..., jadi sebaiknya kamu lakukan hal itu sekarang dan masalahnya akan selesai.”

Orang-orang yang pernah mengalami kecanduan harus belajar bahwa dosa penuh dengan tipu daya, dia menyamar sebagai terang.

Melacak langkah-langkah perusakan

1. Rasa tergila-gila yang polosbiasanya dimulai dengan keinginan-keinginan alami.

Tertarik pada lawan jenis bukan suatu kesalahan. Tuhan membuat kita demikian. Daya tarik alami semacam itu diperlukan untuk kesenangan kita, dan itulah kasusnya, sejauh kita tidak melampaui batas-batas moral mana pun. 

Daud melihat Batsyeba “sangat elok rupanya” (2 Sam 11:2). Seandainya ia hanya berhenti sampai di situ, segala sesuatu akan baik-baik saja.

Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yak 1:14-15).

2. Obsesi mental

Ketika kita tergoda, Tuhan menyediakan cara untuk melepaskan diri. Agar ini berhasil, kita harus memenangkan peperangan di dalam pikiran kita pada saat kita menyadari godaan tersebut, kalau tidak, kita akan terobsesi secara mental dan nafsu berahi akan terjadi. 

Amnon jatuh cinta pada saudaranya yang cantik (Tamar). Hatinya sangat tergoda, sehingga ia jatuh sakit ... menurut anggapannya mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap dia (2 Sam 13:1-2).

3. Hawa nafsu yang dinyatakan

Orang percaya mana pun yang bergumul dengan kecanduan akan berbohong dan menutupi perbuatannya, dan segala akal akan hilang. 

Daud tidur dengan Batsyeba ... lalu mengandunglah perempuan itu. Untuk menutupi dosanya, Daud memanggil suaminya, Uria, untuk pulang.

Daud berharap bahwa suami istri itu akan tidur bersama dan Uria akan mengira bayi itu anaknya. Tetapi Uria menolak mengambil hak istimewa sementara orang-orangnya berperang.

Ketika rencana Daud yang pertama itu gagal, ia mengatur siasat agar Uria di tempatkan di tempat yang berbahaya, di mana ia akhirnya terbunuh (2 Sam 11).

Amnon bersiasat agar Tamar dibawa kepadanya, lalu ia memperkosanya. Tamar berusaha untuk membela diri, tetapi ia tidak mau mendengarkan (2 Sam 13). 

4. Pengendalian yang dibenci

Langkah-langkah perusakan terpenuhi semua ketika orang-orang yang bersalah akhirnya membenci perbuatan yang kemudian mengendalikan diri mereka itu.

Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu daripada cinta yang dirasa sebelumnya (2 Sam 13:15).

Segala berhala memancing gairah dan keinginan jasmani kita (narkoba, alkohol, seks, judi, game, makanan dll. - 1 Yoh 5:21).

Demikian pula dengan berhala dalam hati (keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup - Yeh 14:3; 1 Yoh 2:16).

Sebuah keputusan yang penuh kesadaran untuk menggunakan seks, narkoba, atau makanan secara berlebihan mungkin merupakan cara untuk melepaskan diri dari kehidupan keluarga yang sulit, mengurangi luka batin, menekan kemarahan, menjauhkan keputusasaan dan depresi, atau menghancurkan diri sendiri. Prilaku itu merupakan sebuah pelarian, dan juga menggambarkan kebodohan moral. Contoh kemabukan: Nuh (Kej 9:18-27), Lot (Kej 19:30-38), Ela (1 Raj 16:9), dan Nabal (1 Sam 25:36). 

Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap daging. Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping (Ams 23:20-21).

Penyembahan berhala semacam ini dapat memberikan kesenangan jasmani, meredakan ketegangan jasmani, dan meredam hasrat jasmani (tubuh dipuaskan untuk sesaat). Kesenangan-kesenangan semacam ini sulit untuk dibendung.

Iblis bergabung dalam drama ini karena ia memiliki kepentingan khusus dalam memanfaatkan kebutuhan dan keinginan jasmani yang alami. Jika anda merasa nyaman secara jasmani, anda bisa dipastikan bahwa Iblis akan mencoba untuk mengambil keuntungan darinya. Seperti biasanya, tujuan Iblis bertentangan dengan tujuan Allah.

Allah telah menciptakan kita dengan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan jasmani, apabila kita batasi dalam batas-batas yang sesuai dengan hati yang beriman, dapat memberikan sukacita.

Iblis ingin memutarbalikkan tatanan Allah dan membuat keinginan jasmani itu menguasai manusia. Makanan, seks, dan istirahat yang seharusnya diterima sebagai kenikmatan yang diberikan Allah justru diagung-agungkan sebagai hawa nafsu yang memerintah dan memperbudak. Kenikmatan menjadi cepat hilang/berlalu. Paling banyak, kenikmatan itu hanya dapat dinikmati ketika kita berada di puncak sensasi

Bagi orang yang kecanduan, rasa bersalah dan ketidakberdayaan ini dapat dihilangkan dengan menuruti kehendak/keinginannya. Mereka mengalami rasa lapar dan haus yang luar biasa akan sesuatu. Maka mereka terus bertahan, meskipun prilaku itu hanya memberikan sedikit rasa nyaman/tenang, gambaran diri yang lebih baik, perasaan berkuasa/kuat, memuaskan keinginan mereka sendiri, entah keinginan itu berupa kesenangan, bebas dari rasa sakit, bebas dari rasa takut, melupakan masalah, membalas dendam, atau apa pun yang diinginkan hati.

Sesungguhnya mereka membuat pilihan yang berakar pada kesombongan dan sikap mementingkan diri sendiri. Akhirnya mereka diperbudak, terjepit dan tidak memiliki pengharapan untuk lolos atau melepaskan diri.

Para pecandu seringkali merasa yakin bahwa mereka telah memperoleh kehidupan, namun ganjaran yang mereka dapatkan itu memperdaya dan tidak berlangsung lama. Mereka buta terhadap kenyataan bahwa mereka sedang mengadakan pesta menuju kematian. Mereka benar-benar tidak bisa mengendalikan dan menjadi korban dari hawa nafsu mereka sendiri.

Dosa adalah setiap kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan hukum Allah, baik dalam sikap maupun perbuatan. Semua dosa merupakan perbudakan yang pantas dikasihani namun sekaligus pemberontakan atau sikap mementingkan diri sendiri yang terang-terangan.

Siklus awal dari kecanduan: pemberontakan (keinginan jasmani kita terperangkap dalam peperangan yang terjadi dalam jiwa kita).

Kecanduan tidak ditandai oleh lompatan pemberontakan yang besar dan tampak, melainkan langkah-langkah kecil ketidakpedulian atau kurangnya perhatian terhadap hal-hal rohani, serta kurangnya kepekaan terhadap hal yang benar dan salah.

Kecanduan dimulai sebagai pilihan yang berdosa. Laksana seorang mandor yang kejam, dosa mengendalikan kita sebagai korban (Yoh 8:34 - setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa).

Dosa membuat kita menjadi bodoh, bukan secara intelektual, melainkan secara moral (Ams 9; 14:8, 12, 16; 17:24; 26:11; 27:22; 28:26).

Kita tidak menyadari bahwa terjadi penyembahan berhala dalam hati kita. Berdasarkan naturnya, dosa lebih sering bersikap diam dan tersembunyi dengan cara menyelinap masuk ke dalam hati nurani kita; dimulai dengan langkah ketidaktaatan yang kecil.

Jalan kita terlihat mulus sehingga kita mengabaikan tanda-tanda peringatan yang tampaknya ada di mana-mana (Yak 1:22 – hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri).

Meskipun kita sungguh-sungguh ingin berubah, kita mungkin merasa hal itu sangat berat atau tidak dapat kita lakukan (Rm 7:19-20).

Dengan kata lain, dosa benar-benar terasa seperti penyakit (bdk Yes 1:5-6). Dosa yang dilakukan berulang kali mengakibatkan perbudakan, sangat banyak konsekuensi yang menyakitkan, dan Allah akan menyerahkan manusia pada kehendak mereka sendiri sehingga mereka selalu ingin melakukannya lagi.

Kebohongan dimulai dengan tipu daya terhadap orang lain, dilanjutkan dengan tipu daya terhadap diri sendiri, menuju ke dalam kegelapan di mana tidak ada lagi hal yang jelas, dan keadaan semacam ini berakhir sebagai penyakit (infeksi pada hati manusia) dan tragedi yang tragis.

Karena seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat, maka manusia hatinya jahat dari sejak kecilnya. Sehingga dosa itu menyenangkan bagi hati yang tidak disiplin (1 Yoh 5:19; Kej 8:21).

Tahap selanjutnya dari kecanduan: penghambaan

Ketika sensasi jasmani telah berurat akar sebagai alat pemuas yang tak henti-hentinya dalam kehidupan seseorang, ada siklus lainnya yang terjadi. Hati menjadi lebih dari sekedar pencetak berhala. Sejalan dengan aktivitas berhala yang terus-menerus dan tuntutannya akan kepuasan, hati juga menjadi budak keinginan-keinginan jasmani dari tubuh.

Pengalaman jasmani yang menyenangkan merupakan fokus yang disukai oleh hati yang menyembah berhala. Contoh: keinginan akan manisan. Anda tahu anda tidak membutuhkannya, dan anda mungkin merasa kenyang karena sudah makan, tetapi jika manisan itu ada di depan anda, anda mungkin akan merasa sangat menginginkannya.

Strategi ini sama dengan yang diterapkan pada mereka yang menggunakan narkoba. Menariknya, seperti yang terjadi pada sebagian orang yang menggunakan narkoba atau alkohol, jika manisan itu tidak ada di hadapan kita maka keinginan untuk memakannya juga minimal.

Aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya (1 Kor 9:26-27)

Saya (Hudson Taylor - misionaris) merasa tidak bersyukur, merasakan bahaya dan dosa karena hidup berjauhan dari Tuhan. Saya berdoa, menderita, berpuasa, lapar, membuat resolusi, membaca firman Tuhan dengan lebih rajin, mencari waktu lebih panjang untuk bermeditasi, tetapi tanpa hasil. Setiap hari, hampir setiap jam, kesadaran akan dosa menekan saya. Saya tahu bahwa hanya kalau saya dapat berdiam di dalam Kristus, maka segalanya akan baik, tetapi saya tidak dapat... setiap hari saya membawa daftar dosa dan kegagalan, kekurangan kuasa. Sungguh, kemauan ada di dalam hati saya, tetapi bagaimana cara untuk menunjukkannya, saya tidak menemukannya ... kemudian muncullah pertanyaan, apakah tidak ada penyelamatan? ... Saya membenci diri saya sendiri, dosa saya, namun saya tidak mempunyai kekuatan untuk melawannya ...

Selamanya saya yakin bahwa di dalam Kristuslah yang saya perlukan, tetapi kemudian timbul pertanyaan praktis, bagaimana cara mewujudnyatakan iman saya? ... Saya lapar akan iman, tetapi iman tidak mau timbul ... Saya mendoakan iman, tetapi iman tidak datang. ... Apakah yang harus saya lakukan?

Ketika penderitaan jiwa saya mencapai puncaknya, kalimat di dalam sebuah surat ... saya gunakan untuk membuang selumbar dari mata saya, dan Roh Tuhan menyatakan kepada saya kebenaran tentang kesatuan saya dengan Yesus, seperti yang sudah pernah saya ketahui sebelumnya. “Namun, bagaimanakah cara untuk mengtuatkan iman? Bukan dengan berlapar karena iman, tetapi dengan tinggal tentram di dalam Dia yang setia.” 

Kebanyakan orang yang bergumul untuk melepaskan diri dari ikatan kecanduan, tidak mempunyai pengertian atau kepastian tentang siapa diri mereka di dalam Kristus, dan apa arti menjadi anak Tuhan. 

Di dalam Kristus:

- Kita diterima:

Kita menjadi anak Tuhan, anggota tubuh Kristus dan sahabat Kristus (Ef 1:5; Yoh 1:12; 1 Kor 12:27; Yoh 15:15). Kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar (1 Kor 6:19-20), telah ditebus dan diampuni dari semua dosa saya (Kol 1:4), dibenarkan oleh iman (Rm 5:1), orang kudus (Ef 1:1 – percaya dalam Kristus Yesus), menjadi satu roh dengan Tuhan (1 Kor 6:17), mempunyai jalan langsung kepada Tuhan melalui Roh Kudus (Ef 2:18).

- Kita aman

Sebagai warga negara sorga (Flp 3:20), Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Tim 1:7). Hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (Kol 3:3). Allah telah mengurapi, memeteraikan dan memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita (2 Kor 1:21-22), sehingga kita terbebas dari hukum dosa dan hukum maut (Rm 8:1-2). Kristus Yesus menjadi pembela kita (Rm 8:31-34) sehingga kita tidak dipisahkan dari kasih Tuhan (Rm 35-39). Allah melindungi kita dan si jahat tidak dapat menjamah kita (1 Yoh 5:18). 

Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm 8:28), kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya (Ibr 4:16). Tuhan yang memulai pekerjaan yang baik, akan meneruskannya sampai pada akhirnya (Flp 1:6).

- Kita berarti

Kita adalah bait Allah (1 Kor 3:16), ranting pokok anggur yang benar (Yoh 15:5). Kita adalah garam dan terang dunia (Mat 5:13-14), menjadi saksi Tuhan (Kis 1:8). Kita telah dipilih dan ditetapkan menghasilkan buah yang tetap (Yoh 15:16). Tuhan mempercayakan pelayanan pendamaian kepada kita (2 Kor 5:17-21), kita adalah teman sekerjaNya (2 Kor 6:1), untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef 2:10).

Kita semua mengetahui banyak hal tentang Allah dan hukum-Nya, namun kita menindas kebenaran ketika kebenaran itu bertentangan dengan keinginan dan hasrat kita (Rm 1:16-17, 24-32).

· Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya ... sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman <> Kitab Suci penuh kebenaran dan makna.

· Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya.

· Mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselingkuhan, tipu muslihat dan kefasikan.

· Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.

· Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.

Kita memerlukan orang-orang yang mengenal kita dan menyatakan kebenaran kepada kita dengan kasih, seperti yang dilakukan oleh Nabi Natan kepada Raja Daud (2 Sam 12:1-14)

(Sumber: Warta KPI TL No. 83/III/2011» Kecanduan Sebuah Pesta Dalam Kubur, Edward T. Welch; Mengatasi kecanduan, Neil T. Anderson & Mike Quarles)