Pages

Selasa, 06 September 2016

Yesus sang penyembuh

Gereja melihat gejala-gejala yang tidak sehat pada umatnya. Karena sebagian umatnya ada yang lebih percaya pada dukun/paranormal/kuasa-kuasa okultisme. 

Jika mereka sakit datang ke dokter (secara medis), tetapi juga menginginkan kesembuhan secara instant melalui dukun/paranormal

Hal ini adalah tanda krisis iman – di mana orang lebih percaya pada kuasa-kuasa dukun/paranormal bahkan kuasa kegelapan; kuasa Tuhan seolah-olah tidak ada.


Penyembuhan yang dilakukan oleh dukun/paranormalhanya menyembuhkan secara fisik, tetapi secara batin/roh tidak; tidak membuat semakin dekat dengan Allah; ada harga yang harus dibayar mahal (Yak 1:17).


Penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus – tidak hanya menyembuhkan secara fisik, tetapi juga menyembuhkan secara rohani dan jiwa, membuat semakin dekat dengan Allah; tidak ada harga yang harus dibayar (gratis).

Jadi, seharusnya jika kita sakit datang ke dokter dan juga datang ke Yesus mohon kuasa penyembuhan – penyembuhan Kristiani tidak bertentangan dengan medis, seringkali saling mendukung satu sama lain.

Ada seorang hamba Tuhan yang sakit usus buntu. Dia tidak datang ke dokter untuk dioperasi tetapi dia hanya berdoa saja mengharapkan penyembuhan dari Tuhan. Akhirnya usus buntunya pecah dan dia meninggal - mempunyai iman yang salah.

Ada seorang bapak di Australia yang menderita sakit jantung, harus melakukan by pass. Sebelum dioperasi, dokter memperlihatkan bagaimana proses operasi. Dia menyetujui menjalankan operasi itu. Dia minta dukungan doa dari teman-teman sekomunitasnya. Operasi itu berjalan dengan baik. 

Dokternya berkata: “Terima kasih, anda telah percaya pada saya, sehingga saya dapat mengoperasi anda dengan mudah. Karena jika orang tidak percaya dioperasi dokternya, seringkali begitu otot jantung ditarik, biasanya akan mengadakan perlawanan (tegang/kaku).” 

Dalam hati bapak ini berkata: “Melalui kuasa doa, saya percaya bahwa Tuhan memakai tangan dokter itu untuk kesembuhan saya.”

Marilah kita belajar dari Mrk 9:14-27; 1:40-45; Mat 8:1-2:

Ada seorang ayah meminta kepada murid-murid Yesus, supaya mereka mengusir roh yang membuat anaknya bisu. Tetapi mereka tidak dapat. Lalu mereka membawanya kepada Yesus. Lalu Yesus bertanya: “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: “... Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” 

» Seringkali iman kita runtuh. Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, kalau nggak saya akan mencari dukun/paranormal.

Jawab Yesus: “Katamu: Jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya!” segera ayah anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” 

» Tuhan meminta kerjasama kita. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat bagi orang yang percaya.

... orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah seorang sakit kusta kepada-Nya ... ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” 

» Meskipun orang kusta itu mengalami sakit fisik dan batin, dia tidak berhenti pada sakitnya. Karena imannya, orang kusta ini datang kepada Yesus, tanpa memperdulikan reaksi orang banyak.

Pada zaman Yesus, penyakit kusta merupakan suatu penyakit yang mengerikan, bahkan seringkali dianggap sebagai kutukan dari Tuhan, juga mengalami perlakuan yang tidak enak (Im 13:45 - harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai, harus menutupi mukanya sambil berseru-eru: “Najis! Najis!”; harus tinggal terasing, di luar kemah kediamannya). 

Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” 

» Yesus menyebuhkan secara integral (tubuh, jiwa dan roh).

Dalam situasi apa pun dalam hidup kita, sakit penyakit kita, baik secara fisik/mental/batin/rohani (jatuh dalam dosa) kita dapat datang pada Yesus sang penyembuh. 

Marilah kita mohon kuasa Roh Kudus, agar Roh Kudus membuka hati kita untuk jamahan dan kuasa Tuhan. Dan kita berani percaya dan mengimani Dia sebagai Tuhan yang menyembuhkan, menyelamatkan dan membebaskan kita. Karena Yesus yang sama juga hadir pada saat ini. Dia tetap Allah yang hidup dahulu, sekarang dan selama-lamanya. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 58/II/2009 » Renungan KPI TL Tgl 12 Februari 2009, Bpk Effendy T).