Dalam Kitab Suci, kesehatan lahir dan batin dipandang sebagai berkat Tuhan yang paling berharga bagi seorang manusia (Sir 30:14-17: Yes 65:19-20).
“Penyakit” membuat keadaan baik seseorang menjadi buruk, sehingga ia “kehilangan kebahagiaan” karena “menderita sengsara” (Bdk. Mat 15:22; 17:15; Mrk 5:25).
Proses penyembuhan suatu penyakit lazim mensyaratkan empat hal:
1. Kemauan sembuh.
Maukah engkau sembuh? (Yoh 5:6).
Apakah yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu? (Mat 20:32).
Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku! (Mrk 1:40).
2. Iman kepercayaan.
Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya? Ya Tuhan, kami percaya. Jadilah kepadamu menurut imanmu! (Mat 9:28-29).
3. Permohonan spesifik.
Tuhan, supaya mata kami dapat melihat! (Mat 20:33)
4. Usaha pengobatan.
Untuk menyembuhkan “seorang buta sejak lahirnya”, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi. Kemudian menyuruh dia untuk membasuh dirinya dalam kolam Siloam (Yoh 9:1, 6-7).
Perempuan itu “sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan”... ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya. Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh! Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakit (Mrk 5:25-29).
Kisah tentang penyembuhan seorang buta di Betsaida (Mrk 8:22-26).
(Sumber: Warta KPI TL No. 58/II/2009 » Fenomena penyembuhan dalam Kitab Suci, P. Hendrik Njiolah, Pr).