Pada hari Minggu di bulan April yang lalu, anak kedua saya mengajak saya ke Gereja Santa Maria tak bercela, karena dia ingin mengakses internet secara gratis di cafe, di area wifi. Sambil menunggu anak saya, saya membeli buku rosario pembebasan dan membacanya sampai tuntas.
Pada saat itu hujan turun deras disertai angin kencang. Pohon-pohon terombang-ambing tertiup angin ke kanan dan ke kiri. Saya takut pohon itu tumbang dan menimpa mobil saya, karena mobil saya parkir di bawah pohon. Tetapi puji Tuhan hal itu tidak terjadi.
Ketika hujan mulai reda, kami putuskan untuk pulang. Ternyata jalan di depan gereja sudah penuh air, alias banjir. Sepanjang perjalanan pulang saya dan anak saya berdoa terus berharap mobil yang dipakai itu tidak mogok. Karena air sudah menutupi ban mobil, tanpa sadar saya berdoa rosario pembebasan “Tuhan kasihanilah kami...Tuhan bebaskanlah kami dari mogok.”
Terlebih-lebih lagi di depan Sampurna, jalan Kali Rungkut. Mobil-mobil di sana jalannya merambat. Saya berdoa semakin kencang agar tidak ada satupun mobil di depan yang mogok.
Tiba-tiba saya teringat peristiwa Petrus berjalan di atas air. Lalu saya mengimani bahwa Tuhan juga akan memampukan saya dan mobil saya berjalan di atas air seperti Petrus.
Di depan saya ada sebuah mobil sedan, saya berharap mobil tersebut segera minggir, sehingga saya dapat cepat sampai di rumah dengan selamat, terhindar dari banjir. Puji Tuhan, Tuhan mengabulkan doa saya.
Tetapi sebagai manusia biasa, saya masih merasa kurang puas dengan adanya satu mobil yang minggir. Saya masih berharap lagi agar mobil box yang menghalangi pandangan di depan saya juga minggir. Lagi-lagi Tuhan mengabulkan doa saya.
Tetapi ketika mobil box itu benar-benar minggir, saya justru merasakan ketakutan luar biasa melihat air begitu tinggi, pembatas jalan pun tidak kelihatan, seperti berada di tengah lautan. Di sinilah saya menyadari bahwa saya kurang sabar dalam menanti pertolongan-Nya secara tuntas. Lalu saya memohon ampun kepada-Nya.
Akhirnya kami dapat sampai di rumah tanpa mengalami hambatan apapun juga. Saya bersyukur atas penyertaan Tuhan yang ajaib, Dia benar-benar menyelamatkan dan membebaskan kami dari mogok.
(Sumber: Warta KPI TL No. 62/VI/2009