Balak, Raja Moab mengirim utasan kepada Bileam, untuk memanggil dia, dengan pesan: “datanglah dan kutuk bangsa Israel itu bagiku. Sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.”- karunia kuasa perkataan
Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: “Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan kepadaku.”
Kemudian datanglah Allah kepada Billeam serta berfirman: “Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa Israel itu, sebab mereka telah diberkati.”
Bangunlah Bileam lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: “Pulanglah ke negerimu, sebab Tuhan tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.”
Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama. Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: “... aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apa pun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah dan serapahlah bangsa Israel bagiku.”
Oleh sebab itu, baiklah kamu pun tinggal di sini malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan Tuhan kepadaku. Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: “Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.”
Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainya keledainya dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab.
Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat Tuhan di jalan sebagai lawannya.
Ketika keledai itu melihat Malaikat Tuhan dengan pedang terhunus di tangan-Nya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang.
Ketika keledai itu melihat Malaikat Tuhan ditekankannya dirinya ke tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit tembok.
Ketika keledai itu melihat Malaikat Tuhan meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat.
Ketika itu Tuhan membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: “Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?”
Kemudian Tuhan menyingkapkan mata Bileam; dilihatnya Malaikat Tuhan dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud.
Berfirmanlah Malaikat Tuhan kepadanya: “... Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju kepada kebinasan...
Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat Tuhan: “Aku telah berdosa ... jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pulang.
Tetapi Malaikat Tuhan berfirman kepada Bileam: “Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.”... untuk menyerapah musuhku aku memanggil engkau, tetapi sebaliknya sampai tiga kali engkau memberkati mereka (Bil 22-24).
Bileam suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu. Celakalah mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam (2 Ptr 15-16; Yud 1:11).
(Sumber: Warta KPI TL No. 63/VII/2009 » Renungan KPI TL 11 Juni 2009, Dra Yovita Baskoro, MM)