Kalau kita meneliti pelayanan Yesus semasa hidup-Nya di dunia ini, dapat kita saksikan, bahwa penyembuhan merupakan bagian integral dari pelayanan-Nya. Di manapun Ia mewartakan, Ia juga sekaligus menyembuhkan orang (Mat 4:23; 12:28 dll).
Demikian juga Gereja melanjutkan karya Yesus – mewartakan Injil dan memberi kuasa pada para murid untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan (Mat 10:1, 7-8; Mrk 16:17-19; Yoh 14:12).
Penyembuhan Kristiani bukanlah semata-mata untuk menyembuhkan tubuh orang, biarpun itu yang paling menyolok.
Namun lewat tanda-tanda itu Tuhan ingin mengatakan, betapa Ia mengasihi manusia dan agar supaya manusia dengan percaya itu memperoleh keselamatan, yang sesungguhnya adalah penyembuhan rohani yang terdalam.
Maka tiap penyembuhan yang sejati mengungkapkan:
Kasih dan keterlibatan Allah dengan manusia yang menderita.
Tanda kehadiran Allah dan bahwa Allah sungguh hidup dan mengasihi kita.
Penyembuhan fisik harus mengarah kepada penyembuhan rohani.
Sebelum kita berdoa harus lebih dulu tahu jenis penyakit apa yang dideritanya, karena cara doanya berbeda yang satu dengan yang lain.
Penyembuhan dapat dibagi 4 golongan (Francis MacNutt ):
1. Penyakit rohani – memerlukan pertobatan dan pengampunan dosa.
2. Gangguan emosional – kita mengundang Yesus untuk kembali ke masa lampau serta menyembuhkan luka-luka batin tersebut.
3. Penyakit fisik.
4. Gangguan roh jahat yang meliputi bidang rohani, emosional dan fisik – kita membebaskannya berdasarkan kuasa Tuhan Yesus sendiri yang diberikanNya kepada Gereja. Dibutuhkan discerment yang teliti sebelum bertindak, serta membedakan apakah orang itu sungguh diganggu roh jahat, ataukah hanya luka batin saja.
Langkah-langkah menuju doa penyembuhan:
1. Iman yang hidup – kunci untuk berhasilnya doa penyembuhan.
Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya (Mrk 9:23).
Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu (Mrk 11:24).
Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu (Yoh 14:12).
2. Menyalurkan kasih Allah
Penyembuhan lebih merupakan manifestasi kasih Allah yang begitu mencintai umat-Nya. Karena itu setiap doa harus dilakukan dalam kasih dan dengan kasih. Bila hal itu ditaati, tidak ada doa yang akan merugikan orang, sekalipun orang yang didoakan itu tidak sembuh, bahkan meninggal.
Para pendoa harus menyalurkan kasih Allah ke dalam diri orang yang didoakan. Maka pendoa yang ideal ialah orang yang penuh kasih, yang tidak merasa perlu membuktikan sesuatu atau mengkorfimasikan dirinya sendiri.
3. Bersatu dengan Allah
Karena doa penyembuhan adalah manifestasi kasih Allah, jelaslah, bahwa orang yang mendoakan harus berusaha bersatu dengan Allah. Semakin bersatu dengan Allah, semakin doanya dikabulkan (Yoh 15:7-8).
4. Kapan harus berdoa?
Kita dapat berdoa:
Bila diminta oleh orang yang sakit atau keluarganya, tetapi si sakit sendiri harus mau.
Kita bisa juga berdoa bila ada dorongan dari Tuhan, tetapi hal ini harus kita uji, apakah dorongan itu dari Tuhan atau bukan.
Kita dapat berdoa di mana saja, sesuai dengan situasi dan kondisinya. Doa dapat di lakukan di mana saja, tidak harus di suatu tempat tertentu.
Dalam Injil Yesus memakai pelbagai macam cara berdoa dan tidak terikat pada salah satu cara saja, misalnya:
Memegang tangan (Mrk 1:31).
Menjamah (Mrk 1:41).
Memberi perintah (Mrk 2:11).
Memasukkan jari, meraba lidah, meludah (Mrk 7:33-34).
Membuat lumpur dengan ludah (Yoh 9:6).
Langkah-langkah tertentu yang harus kita ikuti supaya doa-doa kita efektif:
1. Mendengarkan
Mendengarkan orang yang bersangkutan: bertanya kepadanya, apa yang menjadi keluhannya dan apa permintaannya. Kalau kita tahu apa sakitnya, kita dapat berdoa lebih khusus, bukan hanya secara umum.
Mendengar Tuhan: selain mendengarkan orang yang bersangkutan, kita hendaknya terbuka terhadap apa yang mungkin dinyatakan Tuhan kepada kita lewat inspirasi, dorongan dll.
Ada 3 tahap untuk menerima bimbingan Allah.
1. Proses pertimbangan: memikirkan/menimbang alternatif sampai pada konklusi.
2. Proses intituitif: semacam rasa yang memberikan keyakinan tentang apa yang dikehendaki Allah.
3. Bimbingan langsung - kesan batin yang mendalam, sabda, penglihatan, dll.
2. Diagnosa
Setelah mendengarkan, kita akan sampai pada suatu kesimpulan tentang diagnosanya: apakah orang itu memerlukan penyembuhan rohani, fisik atau pembebasan, atau mungkin beberapa jenis penyembuhan sekaligus.
Dalam hal ini perlu disadari, bahwa diagnosa kita tidak bersifat mutlak, tidak kebal salah, jadi masih dapat keliru. Karenanya kita tidak boleh memutlakkan pandangan kita.
Sewaktu berdoa kita perlu pula memperhatikan manifestasi pada diri orang yang didoakan. Ini untuk membantu kita mengerti apa yang terjadi.
Jenis-jenis doa penyembuhan:
1. Doa permohonan biasa
Berdasarkan iman akan kebaikan Allah dan bahwa Ia mau menyembuhkan, kita dengan penuh keyakinan dapat memohon kepada-Nya supaya menyembuhkan orang tersebut.
2. Doa perintah
Suatu kesadaran baru dalam doa penyembuhan ialah adanya doa perintah.
Doa perintah secara umum
Kita dapat memerintahkan penyakit-penyakit untuk lenyap dan orang menjadi sembuh. Misalnya: flu, sakit kepala dll. Dan bila imannya kuat, bahkan penyakit yang paling berat pun dapat. Kita dapat memerintahkan organ-organ tertentu untuk menjadi baru, bergerak, dll (Mrk 11:23 – beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut). Semakin berkembang iman dan keyakinan seseorang, semakin doa ini menghasilkan buah.
Iman yang tanggap (Mrk 3:5 – ulurkanlah tanganmu! Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah...).
Perpanjangan tangan dan kaki
Salah satu aplekasi doa perintah ialah untuk memanjangkan tangan dan kaki yang mempunyai dampak besar dalam pelayanan penyembuhan. Banyak sekali orang dewasa yang sakit punggung dan hal ini kebanyakan disebabkan oleh pergerakan tangan dan kaki.
Bila orang memperoleh karunia yang khusus (karunia iman), doa-doanya menjadi mantap, baik itu doa permohonan dan pasti itu akan terjadi.
(Sumber: Warta KPI TL No. 58/II/2009 » Doa penyembuhan, Vacare Deo edisi Maret & Mei/Tahun V/2003).